Oleh: Syafitri Tambunan
ARSITEKTUR ibarat karya seni sastra (puisi). Indah dan bermakna. Seni bangunan tak sekadar indah dipandang mata, namun juga mengandung simbol-simbol tertentu.
Kesan berseni, tampak jelas pada bangunan religi yang satu ini. Masjid Baitul Musyahadah atau lebih dikenal dengan Masjid Teuku Umar. Masjid bergaya Turki ini terletak di Jalan Teuku Umar Banda Aceh, persis berseberangan dengan salah satu pusat perbelanjaan modern di sana. Dari luar, pohon-pohon sedikit menutupi bangunan, namun terlihat jelas ‘topi’ khas Teuku Umar di bagian atas masjid.
Masjid ini, pada dasarnya bukan hanya menyuguhkan kekayaan budaya Aceh, yakni replika topi khas pahlawan Teuku Umar. Tapi, banyak simbol yang bisa terepresentasikan dari bangunan ini. Bentuk topi Teuku Umar itu menjadi salah satu bagian yang paling diingat masyarakat.
Replika topi itu, mewakili kubah masjid. Dengan pola kotak-kotak, hijau, merah, hitam dan putih. Sekilas, kubah luar tersebut juga serupa dengan replika bel di masa dulu.
Sementara, di bagian bawahnya berbentuk persegi. Layaknya sebuah masjid, lengkap dengan pilar-pilar penyangga. Bangunan inti juga dilengkapi puluhan jendela untuk menambah pencahayaan di dalam masjid. Sedangkan bagian luarnya, didominasi cat putih. Secara umum, masjid ini memiliki view yang cukup asri karena di halamannya banyak terdapat tanaman.
Menurut Arsitektur Peranita Sagala, topi di bagian teratas bangunan ini memiliki simbol khusus, baik dari segi bentuk maupun peletakannya.
"Dari yang saya lihat, kesannya, topi Aceh di kubah masjid ini sebagai budaya masyarakatnya. Sementara, yang menegakkan budaya masyarakat adalah agama, yaitu tiang-tiang dan pilar-pilar masjid," ucapnya.
Masyarakat dan budaya di Aceh, sering dikenal dengan kawasan masyarakat dan aturan Islam. Makanya, banyak juga bangunan-bangunan baru menggunakan unsur Islami di dalamnya.
Desain kubah ini, kata Peranita, terinspirasi dari Turki. Namun, bentuk yang berbeda adalah penggunaan replika topi Teuku Umar. "Bentuknya sederhana, tapi pas. Desain kubah dari Turki sedangkan 'Topi Teuku Umar' itu menunjukkan arsitektur Aceh. Bentuk yang khas Aceh," ungkapnya.
Masjid, lanjutnya, biasanya menggunakan pendekatan simbolisme. "Bangunan simbolis itu seperti puisi," ucap Peranita.
Simbolisme sebagai gerakan baru dalam seni. Dalam hal ini seni lukis, seseorang tidak usah melukiskan kenyataan secara seksama (naturalis) dan setiap warna, bentuk, maupun garis tetapi dapat menimbulkan berbagai perasaan atau makna simbolis. Puisi juga begitu, sebuah karya sastra, yang punya sisi seni, tapi bisa terinterpretasi pada makna-makna simbolis.
Arsitektur simbolisme pada dasarnya merupakan pemakaian simbol atau lambang untuk mengekspresikan ide-ide secara arsitektural. Simbol itu akan dapat diperlihatkan melalui jati diri suatu karya arsitektur sekaligus mempunyai makna dan nilai-nilai simbolik yang dapat dihasilkan melalui bentuk, struktur dan langgam.