Oleh: Dr. Agus Priyatno. M.Sn. Rustamadji pelukis realis yang belajar melukis secara mandiri. Meskipuan dia pelukis realis otodidak, pelukis yang tidak pernah studi senilukis di sekolah seni secara formal, lukisan-lukisannya menunjukkan kemampuan seorang pelukis akademis.
Dia sangat menguasai teori warna, bentuk, komposisi dan unsur-unsur rupa lainnya. Seperti halnya lukisan-lukisan realis, lukisan karyanya mengungkapkan realitas kehidupan yang ada di sekitar pelukis. Kehidupan masyarakat kampung di sebuah kota kecil di Klaten yang menjadi tempat tinggalnya. Realitas kehidupan masyarakat kampung dilukiskan kembali secara nyata, tampak seperti yang terlihat oleh mata.
Pemandangan sehari-hari seperti anak kecil memberi makan sekawanan ayam, orang-orang meminum air kelapa, orang jualan es dengan gerobak dorong, adalah beberapa subjek matter lukisannya.
Kemampuan piktorialnya sangat tinggi, dia mampu melukiskan objek-objek lukisan secara detil. Pelukis yang menjalani hidup dengan nilai-nilai spiritualitas keagamaan ini menungkapkan realitas sehari-hari sebagai ungkapan nilai-nilai keilahian.
Presiden RI pertama, Soekarno sangat menyukai karya-karyanya, salah satu lukisannya dikoleksi untuk menghiasi Istana Kepresidenan RI. Lukisan yang dikoleksi tersebut terdokumentasikan dalam buku (jilid II) lukisan-lukisan koleksi Presiden RI. Selain di koleksi oleh Soekarno, lukisan-lukisannya juga dikoleksi oleh sejumlah kolektor lainnya, di antaranya Adam Malik mantan wakil presiden RI (almarhum).
Pelukis kelahiran Klaten Jawa Tengah 1921 (wafat 2001) sangat kratif dalam berkarya. Tema-tema lukisannya sangat bervariasi. Ada pemandangan pegunungan, danau, persawahan, hutan, sungai, dan sebagainya.
Lukisan tentang kehidupan masyarakat di kampung adalah salah satu di antara tema-tema lukisannya. Tema tersebut jarang dilukiskan pelukis. Suatu keindahan kehidupan masyarakat kampung yang sederhana dan kurang diperhatikan. Tampak sengat menarik ketika diekspresikan melalui lukisan.
Dia melukiskan kehidupan masyarakat sederhana yang terdapat di kampung-kampung dekat tempat tinggalnya, di Klaten Jawa Tengah. Lukisan tentang aktivitas masyarakat di kampung, hingga jemuran baju orang kampung. Objek-objek sederhana, bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, tampak sangat menarik dalam lukisan-lukisannya.
Rustamadji satu generasi dengan pelukis Sudjojono, Hendra Gunawan, Batara Lubis dan Sudarso. Tahun 1968 dia kembali ke kampung halamannya di Klaten, sebelumnya kariernya dirintis di berbagai kota seperti Malang, Yogyakarta dan Jakarta.
Dia memilih tinggal di kota kecil Klaten daripada kota-kota besar yang ada di Indonesia. Menjauhi kehidupan ramai, memilih kota kecil yang tenang dan agak sepi. Di kota kecil tersebut, kreativitas dan produktivitasnya sebagai seorang pelukis justru makin meningkat.
Pelukis kontemplatif, melukis melalui perenungan mendalam terhadap objek yang akan dilukiskannya. Dia bukan sekedar melukiskan yang terlihat, tetapi mampu menuangkan kembali suasana objek yang dilukiskannya. Lukisan buah nangka di pohon tampak seolah-olah seperti buah dan pohon sebenarnya.
Kita seperti berhadapan dengan realitas dan suasana katika pelukis melukiskannya. Demikan juga pada lukisan-lukisan lainnya. Lukisan petani dengan kerbau membajak sawah, anak petani menggiring sekawanan bebek di sawah dan sebagainya.
Lukisan suasana kampung juga tampak seolah-olah kita berada di kampung sang pelukis saat memandanginya. Sesuatu yang sederhana menjadi menarik ketika diungkapkan dengan cara yang menarik. Seperti lukisan-lukisan kehidupan masyarakat kampung karya Rustamadji.
Penulis dosen pendidikan seni rupa FBS Unimed dan Pengelola Pusat Dokumentasi Senirupa Sumatera Utara.