Penggalian Drainase Meresahkan Masyarakat

Oleh: Hasan Sitorus.

Proyek penggalian drainase diber­ba­gai jalan Kota Medan dalam beberapa hari terakhir ini semakin meresahkan ma­­sya­rakat. Hal ini disebabkan tum­pu­kan tanah hasil galian semakin membuat ke­ma­cetan di berbagai ruas jalan dan ter­ganggunya aktivitas ekonomi sebagian masyarakat akibat dibongkarnya jalan ma­suk ke rumah-rumah toko yang men­jadi pusat penjualan kebutuhan ma­sya­ra­kat kota Medan.

Kita semakin heran, penggalian drai­nase dilakukan setiap tahun di kota Me­dan sebagai bagian upaya pengen­da­lian banjir, tetapi setiap datang musim hujan ban­jir pun tetap melanda kota ini. Kenapa demikian?  Ada dugaan bahwa penggali­an drainase ini tidak dilakukan tuntas antar ruas jalan dengan alasan keterbatas­an anggaran pembangunan sehingga di­lan­jutkan ke tahun-tahun  berikutnya. Ka­lau itu terjadi, berarti proyek peng­ga­lian drainase itu dilakukan tanpa peren­ca­naan yang baik.

Adalah pekerjaan sia-sia bila proyek peng­galian drainase tidak dilakukan se­cara terencana, karena banjir akibat lim­pasan hujan tidak dapat teratasi.  Ba­yang­kan dalam suatu jalan tertentu hanya di­gali beberapa puluh meter saja, se­men­tara aliran air tidak dapat diterus­kan ke pem­buangan akhir karena drainase belum ter­gali semua, yang menyebabkan air kem­bali masuk ke jalan dan mengge­na­ngi jalan raya alias banjir lokal. 

Harapannya, sisa drainase yang belum di­gali itu akan digali tahun depan dengan suatu proyek baru dan anggaran baru. Be­gitu seterusnya hingga masalah drai­nase di kota ini tidak pernah selesai. Pa­rahnya lagi, drainase yang sudah digali atau diperbaiki di kota ini tidak ada upaya pe­meliharaan dan pemantauan secara reguler. Jalan yang sudah digali tahun yang lalu, sekarang sudah tumpat penuh sampah dan lumpur, sehingga perlu digali lagi.  Kapan selesainya ?  Oleh sebab itu, salah satu faktor penting terjadinya masalah drainase di kota ini adalah tidak adanya pemantauan dan pemeliharaan sistem drainase jalan di kota ini.

Melihat hal ini, masyarakat merasa ke­cewa dengan penataan pembangunan kota metropolitan ini, karena masalah drai­nase jalan di kota ini tidak pernah tun­tas.  Ini salah siapa dan tang­gungjawab siapa?  Apakah hal ini disengaja untuk tetap membuka peluang adanya proyek tahunan dengan anggaran miliaran rupiah bagi Pemko Medan? Bila hal itu terjadi, maka proyek pembangunan kota Medan (Medan Urban Development Project/MUDP) sudah identik dengan Mencari Uang Dari Parit (MUDP).

Pengerjaan penggalian drainase jalan di kota ini juga terlihat tidak profesional, ka­rena kontraktor pelaksana pekerjaan tidak segera mengangkat tanah hasil ga­lian. Mereka menumpuk tanah galian di sisi jalan sampai beberapa hari, dan al­hasil kemacetan pun semakin mening­kat karena luas jalan semakin menyempit.  Ini perlu mendapat perhatian khusus dari instansi terkait yang terlibat dengan pengawasan proyek drainase ini.  Masya­ra­kat sangat mengharapkan agar tum­pu­kan tanah segera diangkut atau paling lama satu hari sudah harus bersih dari pinggir badan jalan. Pengerjaan pemin­dah­an tumpukan tanah itu sangat kita sarankan dilakukan malam hari, sehingga besok harinya lalulintas jalan raya akan lancar.

Kita jadi bertanya, apa memang tidak ada pengawasan pekerjaan drainase itu sehingga pelaksana pekerjaan seenaknya menumpuk hasil galian di pingggir jalan? Dalam musim hujan yang berlangsung se­karang ini, tumpukan tanah galian se­makin membuat jalan menjadi becek, kotor dan estetika kota yang buruk. Apa­kah ini cerminan dari kota yang mem­per­oleh predikat Kota Terbaik di Indonesia  tahun 2017?

Untuk mengatasi masalah drainase yang tidak pernah tuntas di  kota Medan, beberapa solusi kebijakan yang dapat dilakukan Pemko Medan adalah : a) Per­baikan Perencanaan Pengerjaan Drainase Dalam Kota, b) Pemantauan dan Pemeli­ha­raan Sistem Drainase, c) Pengem­ba­ngan Pembangunan Sistem Terpadu.

Dengan berbekal pengalaman tahun-ta­hun yang lalu, maka perencanaan pe­nantaan sistem drainase kota Medan su­dah dapat dirancang dengan lebih mantap. Dalam hal ini, pengerjaan drainase jalan kota harus diprioritaskan pada daerah-daerah yang berpotensi mengalami ge­nangan air atau banjir lokal. 

Kemudian, dalam perencanaan harus da­pat ditetapkan jalan-jalan yang sesuai untuk anggaran yang tersedia dengan prinsip penggalian drainase jalan tuntas. Artinya, lebih baik melakukan perbaikan drai­nase pada suatu jalan tertentu sampai tuntas ke hilir ketimbang digali di sana sini tetapi tidak tuntas, seperti terjadi selama ini.

Selain itu, proyek drainase haruslah be­nar-benar dapat diandalkan untuk pem­buangan air limpasan hujan. Karena di beberapa jalan di kota ini terlihat beram jalan lebih tinggi dari jalan raya sehingga air tidak mudah terbuang memasuki sis­tem drainase. Hal ini perlu menjadi ma­sukan penting bagi pengawas pekerja­an drainase di lapangan, sehingga drai­nase yang sudah dicor atau di semen be­nar-benar dapat menerima aliran air dari jalan raya ketika turun hujan.

Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam penataan sistem drainase di kota ini adalah kegiatan pemantauan dan pe­me­li­haraan drainase secara reguler. Tanpa ada­nya pemantauan dan peme­liharaan drai­nase oleh instansi terkait di setiap jalan di kota ini, maka masalah banjir tidak akan pernah dapat teratasi di kota ini. Dapat kita bayangkan, satu atau dua tahun yang lalu sudah digali drainase di sua­tu jalan, tetapi tahun ini kembali digali dengan tumpukan bahan galian yang sangat banyak. Dari mana itu datang ? Jelas berasal dari tumpukan sampah, erosi tanah dan tumpukan lumpur terbawa aliran air hujan yang tertahan di sepanjang parit jalan akibat parit sumbat tidak mengalir hingga ke hilir pembuangan akhir.

Oleh sebab itu, sudah saatnya Pemko Medan menetapkan anggaran untuk pemantauan dan pemeliharaan sistem drainase jalan di kota ini, sehingga bisa diatasi dengan lebih cepat dan efektif untuk mencegah terjadinya banjir atau genangan air. Kita menyarankan agar saluran drai­nase dapat dipantau 2 (dua) kali dalam sebulan, sehingga setiap drainase dapat cepat diketahui yang mengalami gangguan, apakah tersumbat karena sampah/lumpur tanah atau dinding saluran longsor, sehingga saluran drainase dapat segera diperbaiki dan berfungsi sebagaimana mestinya di berbagai penjuru kota ini.

Aspek lain yang perlu mendapat perhatian dalam penataan drainase di kota ini adalah pelaksanaan pemba­ngunan dengan sistem terpadu (Integrated Development System). Hal ini di­maksudkan agar kegiatan pemba­ngunan dan rehabilitasi drainase dapat dilakukan secara simultan dengan pembangunan fasilitas penampungan sampah untuk masyarakat. Bila saluran drainase sudah bagus, dan sekaligus dibuatkan tempat penam­pungan sam­pah penduduk, maka ada harapan volume sampah masyarakat akan ber­kurang masuk saluran drainase, se­hingga aliran air akan tetap lancar.

Namun demikian, kita sebagai warga kota Medan juga harus turut berperan dalam memelihara saluran drainase atau parit jalan minimal yang ada di depan rumah kita, untuk sadar lingkungan dengan tidak membuang sampah ke parit. Jangan kita hanya menyalahkan perencana pembangunan, tetapi kita sendiri tidak mau berperan aktif membantu lancarnya sistem drainase yang ada di depan rumah kita. Bila sudah disediakan tempat penam­pungan sampah di sekitar pemukiman kita, mari kita buang sampah di tempat yang sudah disediakan sebagai wujud tanggungjawab kita untuk memelihara sistem drainase di kota ini. ***

Penulis Dosen Tetap di Universitas HKBP Nommensen dan Pemerhati Masa­lasah Sosial Kemasyarakatan.

()

Baca Juga

Rekomendasi