Oleh: Jekson Pardomuan
”Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.” (Matius 23 : 24)
Seperti kata pepatah, ”semut di seberang pulau kelihatan tapi gajah di pelupuk mata tak kelihatan” ini menjadi tipikal kebanyakan pemimpin kita saat ini. Pemimpin kita juga banyak yang jadi buta dalam melihat sesuatu yang sudah nyata-nyata sangat berdampak terhadap orang lain.
Akibat dari keserakahan pemimpin kita dalam banyak hal menjadikan mereka harus menerima akibatnya. Beberapa tahun belakangan ini semakin banyak orang yang terkena operasi tangkap tangan (OTT) karena keserakahan dan sikap cukup kurang cukup.
Firman Tuhan yang tertulis di atas adalah mencerminkan tentang ketamakan dan keserakahan. Banyak orang kaya saat ini yang merasa dirinya paling hebat dan merasa bisa mengatur segalanya dengan uangnya. Pemahaman kita terhadap kekayaan akan menentukan sikap hati kita terhadap kekayaan itu sendiri. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan: pertama, sebesar apa pun kekayaan yang kita peroleh tidak akan pernah memberikan rasa cukup.
"Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai ekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya. Inipun sia-sia." (Pengkotbah 5:9).
Siapa dimuka bumi ini yang tidak ingin menjadi kaya, semua orang ingin menjadi kaya hanya saja prosesnya berbeda-beda. Ada yang sudah menjadi kaya lantas lupa dengan janji-janjinya. Ada yang menjadi kaya tetap rendah hati dan bersyukur kepada Tuhan. Kedua, kekayaan itu tidak kekal. Dkatakan, "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." (1 Timotius 6:7).
Kita tidak akan membawa apa-apa ketika kita mati kelak. Apalah artinya hidup ini bila kita berlimpah kekayaan di dunia fana, tetapi kelak kita akan binasa? FirmanNya menasihati, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya." (Matius 6:19-20).
Kekayaan seseorang seringkali jadi bumerang bagi dirinya sendiri. Kenapa ? Hal itu terjadi karena sudah diperhamba oleh uang dan kekayaan telah membuatnya lupa segalanya. Seringkali keserakahan membuka pintu untuk dosa-dosa lain dan kita menemukan diri kita begitu jauh dari Allah dan dari berkat-Nya untuk kehidupan kita.
Pemimpin yang Melayani
Untuk menjadi pemimpin yang bijaksana tidak semudah membalik telapak tangan. Perlu proses dan penyertaan Tuhan dalam mengawal perilaku kita agar tidak sampai membelok ke arah lain. 1 Yohanes 2 :16 ”Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keingingn daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Firman ini semakin mempertegas bahwa dunia ini dipenuhi keinginan daging dan keinginan mata yang membuat kita semakin lupa diri dan melupakan Tuhan dalam setiap aktivitas kita. Bagaimana mungkin kita berhasil menjadi pemimpin di kantor atau di perusahaan kalau keluarga kecil kita di rumah tak bisa kita pimpin.
Sebuah cerita yang mungkin bisa menginspirasi kita, dimana seorang pemimpin yang terkenal bijaksana harus mati bunuh diri karena tidak bisa memimpin anak-anaknya. Dia dikenal sebagai sosok pemimpin yang baik, peduli dan memiliki rasa sosial yang sangat tinggi. Akan tetapi, kegagalannya adalah ia tidak bisa memimpin anak-anaknya menjadi pribadi yang taat dan takut akan Tuhan.
Matius 6:24 menuliskan ”Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
Berbicara tentang masalah harta dan kekayaan, terkadang membuat kita merasa iri ketika melihat orang-orang yang memiliki harta berlimpah tapi perilakunya tidak manusiawi. Dari mulutnya cenderung keluar kata-kata kebun binatang.
Menjadi kaya adalah berkat dari Tuhan. Amsal 11:28 menuliskan ”Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.” Firman Tuhan ini sangat menginspirasi kita agar tidak terlalu pelit dan tidak pula menghambur-hamburkan uang dengan cuma-cuma.
Menjelang agenda demokrasi memilih pemimpin di daerah masing-masing sudah banyak calon pemimpin yang menebar pesonanya di berbagai tempat. Ada yang menggantungkan diri di baliho, spanduk dan pohon. Biar mudah dikenal orang katanya. Pertanyaannya adalah apakah mereka akan menajdi pemimpin yang bijaksana dan benar-benar menjadi pemimpin yang melayani.
Saatnya kita berserah kepada Tuhan agar menjadi pemimpin yang bijaksana minimal di tengah-tengah keluarga dan membagikan semangat kepemimpinan yang bijaksana itu kepada orang lain. Yang terpenting adalah bagaimana kita selalu berserah dan menaruh kepercayaan kepada Tuhan agar apa yang kita rencanakan diberkati Tuhan. Amin.