PENELITI ibarat sakit kepala untuk membuktikan eksistensi Neutrino. Partikel elementer ini praktis tidak kasat mata dan juga sulit dilacak jejaknya. Itu sebabnya dijuluki partikel hantu. Partikel ini datang dari luar angkasa menghujani Bumi. Triliunan neutrino menembus tubuh manusia setiap detiknya. Tapi partikel elementer ini tidak berbahaya karena nyaris tidak bisa berinteraksi dengan materi apapun. Juga partikel tidak kasat mata dan diduga tidak punya massa, karena itu para pakaR fisika partikel memberi nama neutrino atau juga dikenal sebagai partikel hantu atau poltergeist.
Neutrino adalah partikel tak bermuatan. Tidak bisa dilacak dengan medan magnet dan bereaksi sangat lemah pada gravitasi. Sifat ini memungkinkannya bergerak menembus antariksa, atmosfir dan bumi tanpa banyak kesulitan. Nyaris tak ada materi yang bisa menahan gerak maju Neutrino.
Takaaki Kajita dari Universitas Tokyo, Jepang dan Arthur McDonald dari Queens University, Kanada berhasil melacak misteri partikel hantu itu dan membuktikan bahwa neutrino eksis serta memiliki bobot. Hasil penelitian kedua ilmuwan dianugerahi hadiah Nobel Fisikia 2015. Meneliti di bawah tanah. Yang amat menarik, untuk meneliti keberadaan "partikel hantu" yang tidak kasat mata dan nyaris tidak bisa dilacak ini, para pakar fisika partikel harus melakukan risetnya di bawah tanah jauh di kedalaman bumi.
Logika para ilmuwan, partikel ini hanya bisa dideteksi jauh di bawah tanah, karena di sini radaiasi terus menghujani bumi dari luar angkasa tidak akan mengganggu pengukuran partikel. Gelombang gravitasi diprediksi Albert Einstein seabad silam. Intinya, setiap gerakan obyek bermassa akan menimbulkan kerutan pada ruang waktu atau juga disebut gelombang gravitasi.
Diamati
Fenomena ini diamati oleh ilmuwan untuk pertamakali ketika dua lubang hitam bermassa 50 matahari saling berbenturan di jarak 1,3 milyar tahun cahaya dari Bumi.
Ilmuwan Jepang Takaaki Kajita yang mula-mula memiliki dugaan empiris, bahwa neutrino kemungkinan mengubah identitasnya selama perjalanan dari matahari menuju bumi.
Matahari hanya memproduksi satu jenis neutrono, tapi jika ini mengalami transformasi menjadi jenis lain, yang tidak terdeteksi oleh sensor, hal ini bisa menjelaskan misteri yang belum terpecahkan selama ini.
Kajita kemudian mengembangkan detektor Super Kamiokande, yang mampu melacak dua jensi neutrino yang berbeda. Hasilnya, Kajita bisa membuktikan teorinya, bahwa neutrino mengelami transformasi. Proses ini disebut osilasi.
Arthur McDonald melakukan eksperimen lanjutan dengan detektor lainnya yang mampu melacak keberadaan tiga jenis neutrino itu. Kini misteri terkuak, dan partikel itu bukan lagi "partikel hantu". (rtr/afp/dwc/ar)