Oleh: Juandi Manullang.
Hutan merupakan tempat hidup atau habitat beragam flora dan fauna. Ketika kita mengunjungi hutan, tentu akan terlihat beragam jenis flora, dan juga jenis fauna. Hutan juga dikenal sebagai paru-paru dunia, di mana banyak pepohonan yang mengeluarkan oksigen setiap pagi kepada makhluk di bumi. Dengan demikian, dapat dikatakan hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan.
Dengan banyaknya manfaat dari hutan tersebut, sudah selayaknya kita melestarikan segala makhluk hidup yang ada di hutan. Kita harus menjaga bersama dari tindakan pembalakan liar dan pembakaran hutan yang selama ini menyerang kelestarian hutan.
Tindakan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab membakar hutan dan melakukan penebangan liar wajar ditindak tegas dengan hukum yang berlaku. Hal itu terjadi karena cinta terhadap kekayaan alam di negeri ini sudah hilang dan yang ada hanya mementingkan diri sendiri.
Tempat Rekreasi
Hutan juga sangat cocok dijadikan sebagai tempat rekreasi keluarga. Sebagaimana penulis mengutip dari berita Harian Kompas (21/8/2017), bahwa Kebun Raya Bogor dijadikan sebagai tempat rekreasi keluarga. Di lahan seluas 87 hektar tersebut terdapat koleksi ribuan tanaman yang menjadi penarik bagi keluarga Indonesia untuk berekreasi di sana.
Penulis juga kebetulan pernah ke Kebun Raya Bogor tersebut tahun lalu, di mana lahan yang luas, udara sejuk, banyak jenis pepohonan dan sering diguyur hujan menjadi daya tarik dari daerah itu. Secara jelas pula, banyak peneliti seperti mahasiswa yang menjadikan lokasi itu sebagai tempat penelitian akademik dan juga tempat bersantai maupun berlibur bagi keluarga.
Dari kenyataan itu, dapatlah dikatakan bahwa hutan sebagai tempat rekreasi yang pas bagi keluarga. Hutan adalah sahabat dari makhluk hidup dan tempat yang baik untuk melanjutkan kehidupan. Jadi, mengacu pada itu, baiknya masyarakat, pengusaha, aparatur negara tetap menghargai hutan dan melestarikannya.
Alam yang disuguhkan di dalam hutan bak surga di bumi bagi manusia. Flora dan fauna di dalamnya menjadi suguhan menarik bagi mata setiap insan. Jadi jangan ada tindakan kotor yang mencoreng keindahan hutan. Apalagi mengekploitasi sumber daya hutan hanya untuk kepentingan diri sendiri. Cara-cara itu sungguh perbuatan yang tak terpuji dan patut untuk ditindak tegas.
Mengerti Alam
Pada zaman yang super modern dan canggih ini, masih banyak orang yang pikirannya terjerat terhadap harta duniawi. Masih banyak masyarakat yang memiliki sikap hedonisme yang sama sekali tidak memperdulikan dampak buruk dari sikapnya tersebut.
Salah satu contohnya adalah tindakan pembakaran lahan dan hutan serta pembalakan liar yang masih terjadi. Data dari Kompas.com, (10/6/2017) menyebutkan, tahun 2015 misalnya, terjadi kebakaran hutan dan lahan di 12 provinsi, Riau (2.025,42 ha), Kalimantan Barat (900,20 ha), Kalimantan Tengah (655,78 ha), Jawa Tengah (247,73 ha), Jawa Barat (231,85 ha), Kalimantan Selatan (185,70 ha), Sumatera Utara (146 ha), Sumatera Selatan (101,57), dan Jambi (92,50 ha).
Menteri Koodinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan saat itu, Luhut Binsar Panjaitan berkata, kerugian negara mencapai Rp 200 triliun lebih.
Sayangnya, tahun 2017 belum bebas dari api. Sebab, sejumlah tempat telah lebih dahulu terbakar. Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian LHK, Raffles. B Panjaitan menyebut, hingga Juni 2017 kebakaran hutan mencapai 15.000 hektare.
Data tersebut memberikan pengetahuan bagi kita, bahwa Indonesia belum bisa terlepas dari namanya ketamakan, keserakahan maupun hedonisme. Pastinya, pembakaran lahan maupun pembalakan liar adalah tindakan untuk kepentingan diri sendiri. Tindakan itu hanya untuk mengenyangkan perut saja, tidak memperhatikan keadaan alam dan makhluk hidup di dalamnya.
Tangan-tangan manusia layak dikatakan semakin jahil saja, selalu bertindak kotor dan serakah tanpa memperhatikan dampak buruk. Kini sudah saatnya setiap orang harus dapat mengerti alam agar tidak dirusak.
Menurut penulis, sosialisasi pengenalan alam sangat baik dilakukan, baik terhadap anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Salah satunya adalah rekreasi ke hutan agar dapat mengerti alam. Bila kita dapat merasakan dan menikmati keindahan hutan, tentu kita akan cinta kepada alam, sehingga kita berusaha merawatnya.
Untuk itu, mari kita kampanyekan berekreasi di hutan untuk mengerti lingkungan. Jangan ada lagi tindakan yang dapat memusnahkan alam untuk mengekspolitasi sumber daya alam di hutan, karena kita tak dapat hidup tanpa hutan.
(Penulis adalah Alumni FH Unika ST. Thomas Sumut, bagian Komunitas Veritas Unika dan OMK ST. Yakobus Sukadono)