Oleh: Hodland John Tiar Hutapea
BERDASARKAN hasil penelitian, kurang lebih 70 % pencemaran udara di Indonesia disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor, terutama sepeda motor. Padahal kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia maupun terhadap kesehatan lingkungan.
Zat-zat berbahaya yang terdapat dalam emisi gas buang kendaraan bermotor itu antara lain timbal/timah hitam (Pb), suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), dan oksida fotokimia (Ox). Apabila timbal (Pb) terhirup secara terus menerus dan dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan penurunan tingkat intelegensia (IQ), terutama pada masyarakat yang mempunyai mobilitas tinggi di lapangan. Selain berdampak pada penurunan tingkat IQ, timbal (Pb) juga memengaruhi perkembangan otak, kemampuan belajar bagi siswa, dan gangguan pada sistem syaraf.
Timbal juga dapat memengaruhi fungsi kognitif, pertumbuhan badan, penurunan fungsi pendengaran, memengaruhi perilaku, meningkatkan stres, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal dan alat reproduksi bagi wanita, serta dapat pula mengakibatkan tekanan darah meningkat. Juga menimbulkan anemia bagi wanita hamil yang terpajan timbal dan dampaknya dapat mengenai anak yang akan disusuinya kelak karena telah terakumulasi dalam ASI. Untuk pencemaran udara secara umum, dapat menyebabkan penyakit bronchitis dan kanker paru-paru.
Anak-anak dan usia lanjut biasanya lebih rentan enam kali dibanding orang dewasa. Namun kelompok anak-anak bawah lima tahun (balita) lebih rentan lagi, karena mereka lebih aktif dan menghirup udara lebih banyak, sehingga mereka lebih banyak menghirup zat-zat pencemar. Salah satu indikasinya adalah semakin banyaknya balita pada belakangan ini yang menderita batuk berkepanjangan, bahkan banyak pula yang menderita flek paru sehingga harus mengkonsumsi obat selama berbulan-bulan lamanya.
Akibat keracunan timbal (Pb) tersebut, masih tergantung pada seberapa besar tingkat timbal (Pb), umur dan lamanya waktu keracunan. Tetapi kalau timbal (Pb) sudah mencapai 30 mikro gram/cc yang masuk ke darah, timbal (Pb) dapat langsung merusak organ lain terutama otak, yang akhirnya penderita mengalami kejang-kejang dan koma. Jika sudah koma, akan sulit disembuhkan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, pencemaran udara merupakan pembunuh kedua bagi anak-anak balita, yakni 14 % bagi seluruh kematian balita di Indonesia, dan 6 % bagi seluruh angka kematian penduduk Indonesia. Dampak tersebut tidak dapat terhindar, bahkan lebih parah lagi, jika kendaraan bermotor di Indonesia semakin hari kian meningkat.
Dari segi anggaran, pemerintah pun cukup khawatir realisasi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tahun ini akan melampaui anggaran akibat pertumbuhan kendaraan bermotor yang pesat beberapa tahun terakhir. Sebab, hal itu akan berdampak pada anggaran yang dikeluarkan untuk subsidi BBM. Saat ini, pertumbuhan sepeda motor 7 juta, mobil 1 juta per tahun. Sepeda motor merupakan angkutan yang tidak hemat karena hanya mengangkut dua orang, sedangkan bus kota bisa mencapai 60 orang.
Mantan menteri BUMN, Sugiharto, dalam diskusi panel Jurus Alternatif Penghematan BBM di Hotel Mulia, Jakarta beberapa waktu lalu mengungkapkan, selama 47 hari selama tahun 2013 ini saja, sekitar Rp 37 triliun rupiah uang Negara telah dihabiskan untuk subsidi BBM, per hari harus dikeluarkan Rp 800 miliar sampai Rp 900 miliar untuk subsidi. Dari Rp 37 triliun tersebut, hampir Rp 28 triliun digunakan untuk subsidi BBM bagi kendaraan pribadi dan 50 % dari Rp 28 triliun itu dihabiskan hanya untuk subsidi BBM warga DKI Jakarta. Dan ada Rp 3 triliun untuk oplosan dan lain-lain (Medan Bisnis, 18 Februari 2003).
Seiring dengan laju pertambahan kendaraan bermotor tersebut, maka konsumsi bahan bakar juga akan mengalami peningkatan dan berujung pada bertambahnya jumlah pencemar yang dilepaskan ke udara. Cobalah sesekali Anda menyelediki seberapa banyak kotoran berwarna hitam yang ada di dalam lubang hidung Anda. Masukkan tisu ke lubang hidung dan amati seberapa pekat kotoran berwarna hitam tersebut. Atau cobalah menyeka wajah Anda dengan tisu setelah Anda beraktivitas di luar ruangan atau di ruang terbuka, terutama di dekat jalan raya.
Dari Laporan Tahunan 1999 Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, dan Statistik Perminyakan Indonesia, konsumsi premium untuk transportasi mencapai 11. 515.401 kilo liter. Dalam setiap liter premium yang diproduksi, terkandung timbal (Pb) sebesar 0,45 gram sehingga jumlah timbal (Pb) yang terlepas ke udara total sebesar 5.181,930 ton. Dengan petumbuhan penjualan mobil dan sepeda motor yang meningkat tajam setiap tahun, diperkirakan pada 2013 ini polusi udara akibat timbal (Pb) meningkat hingga 10 kali lipat!
Dengan mempertimbangkan sektor transportasi sebagai kontributor utama perekonomian, maka sektor ini harus dapat perhatian prioritas, meski di sisi lain kita sadar bahwa setiap orang bergantung pada kendaraan bermotor, karena transportasi ini mendukung setiap aspek kehidupan masyarakat. Dalam hal ini pemerintah pun sebenarnya telah berupaya mengatasinya, namun tidak bisa maksimal mengingat harga BBM tanpa timbal (Pb) seperti Premix masih cukup mahal, dan belum tentu semua masyarakat mampu membelinya. Mungkin ada daerah tertentu yang sudah tertib menggunakan BBM tanpa timbal (Pb), tapi untuk digalakkan secara nasional di seluruh Indonesia tidaklah mudah.
Cobalah sesekali Anda menyelidiki seberapa banyak kotoran berwarna hitam ada di dalam lubang hidung Anda. Masukkan tisu ke lubang hidung dan amati seberapa pekat kotoran berwarna hitam tersebut. Atau cobalah menyeka wajah Anda dengan tisu setelah Anda beraktivitas di luar ruangan atau di ruang terbuka, terutama di dekat jalan raya. Jika warna hitam terlihat sangat tebal, itulah bukti betapa polusi udara di lingkungan Anda cukup mengkhawatirkan.
Untuk penanggulangan dan meminimalisir dampak timbal (Pb), masyarakat dianjurkan untuk menggunakan masker berfilter supaya racun timbal (Pb) bersama partikelnya tidak terhirup. Dianjurkan untuk tidak hanya menggunakan kain biasa, saputangan atau slayer, karena kemungkinan besar partikel timbal (Pb) masih ikut terhirup, apalagi kalau kainnya jarang dicuci.