SAJAK KEBAIKAN 1

SAJAK KEBAIKAN 1

Abd. Sofi

Keluarlah dari rumahmu sendiri, yang diselimuti dengki dan benci lihatlah! Anak-anak di bawah jembatan,di pinggir jalan.melangkah tanpa alas kaki,memikul beban hidup di pundaknya yang masih sejagung muda, kedua orang tuanya entah di mana?

bacalah! tubuhnya lusuh dengan baju kumal tak terlihat warna

orang-orang hanya melongok dari kaca mobil mewahnya."lalu melempar sampah camilan dan botol minuman".

hidup hanya sekedip mata memejam,lantas apa yang telah kau siapkan untuk kendaraan pada kehidupan berikutnya,tak ada yang kelal kecuali kebaikan yang dilandasi ketulusan hati semoga kita sadar, sebelum kesadaran  benar-benar melupakanmu kesadaran akan diri sendiri.

2016

 

SAJAK KEBAIKAN 2

Abd. Sofi

Lupakan pahala, kita hanya pandai membuat dosa

janganlah bangga pada harta benda,karna semua itu akan dihitung tanpa sisa."dari mana? Untuk siapa? kemana ?jangan sampai kau tak bisa menjawabnya"karena neraka jahanam menunggunya."

mulutmu terkunci kuat,dan hartamulah akan lancar jujur menjawab tanya

murnikanlah, sebelum dilumpuhkanya.

2016

 

SAJAK KEBAIKAN 3

Abd. Sofi

Malam begitu panjang,basahilah wajahmu dengan sejuk air wudhu'

buang selimut tebal di jiwa ragamu

terus siramilah kemarau batin,dan daun-daun yang kian layu kelak berbuah matang,kita pun memetiknya

menikmati jerih payahmu beserta anak istrimu, dengan harap ridho-Nya

hidup ini seperti menabur benih-benih di sebuah ladang kosong"lalu kita musti merawatnya dengan baik ,dan sabar tanpa batas waktu

hidup memang bebas,namum dunia hanya awal mula kita akan bergantian berpulang pada sesungguhnya rumah

kita tercipta dari tanah akan kembali pada waktunya

2016

 

SAJAK KEBAIKAN 4

Abd. Sofi

Sudah berapa jam kebaikan yang kau buat dalam 24jam ini? atau tak semenit pun ada,hanya dibuang sia-sia waktu adalah kesempatan yang musti didaya gunakan degan sempurna,waktu yang baru saja lewat tak sedetik pun akan kembali

jagalah waktu dengan baik dan benar

agar hidupmu bersinar cahaya-Nya

jika kau membiarkan ia berlalu begitu saja maka hampa tiada tara melanda jiwa raga petaka dan bencana menerkam hidupmu akan dipenuhi kerugian yang tak dapat dihitung.

2016

 

KUBURAN

Kholil D Rahman

Ke arah matamu aku berserah diri

sebab di liang lahat inilah aku berbaring  sunyi tempat satu-satunya aku menabur kerinduan

dan menyaksika tragedi, serta kegelapan yang hakiki

Madura 2017

 

REMBULAN PANTAI

Kholil D Rahman

Aku kehilangan peta seoarang diri di pantai karang mana yang akan kutatap

sedangkan semua adalah wajahmu

di pasir, wajahmu tergambar seperti purnama menggetarkan ribuan mata nahkoda yang berlayar di lautan samudra membawa rupa-rupa keanggunan dan tujuh helai kain terhelai mempesona seakan pertemuan akan tunai saat terlontar ditepian

dari bibir prajurit yang lalu lalang

seakan sunyi mati dalam karang

kujemput kau dengan perahu yang melawan gelombang

kini aku sasar dalam kerumun penduduk pantai di pintu siang di pintu malam kau nampak seperti rembulan.

Dungekek Pesisir 2017

 

PILIHAN

Kholil D Rahman

Ada yang kita tunggu di masa depan

dan tak mungkin kita lupakan

sebab pilihan hanyalah milik kita seorang Tuhan memberi kebebasan

antara neraka dan surga

Bicabbi 2017

 

MEMELUK APRIL #1

Naomi

Wajahmu masih sama, tersenyum mekar dalam pangkuan malam

semangatmu berapi-api

mencintai tanpa pernah pamit pergi

kini kembali kau dengan jidatmu yang hitam menemui segelas kopi

yang diseduh perempuan diserambi rumah memintaku ikut bersamamu

menimang suka-duka hingga tua

memeluk April (katamu) kita mulai abik bersama

 

 

MEMELUK APRIL #2

Naomi

Selanjutnya, akan ada cerita yang harus kau dengar keluh dan kesah panjang- lebar mendengar tangisan bayi, memopoki cinta, yang tak terhenti

dan terulang diapril slanjutnya

(katamu) begitulah kau akan memayungiku dalam halilintar yang mengguncang kerisauan hatiku

(katamu) begitulah kau akan terima rupa warna kehidupan yang panjang bersamaku

 

HIKAYAT IBU #1

Naomi

Sosok yang menjadi pandangan teduh

menjadi semangat kala hujan datang, mengguyur basah menjadi alamat dimana harus mengadu rindu

adalah perempuan bergincu merah pekat yang ku panggil sebagai darah manisku sosok lembut yang tak menangis dihadapan pilu, kecuali Tuhannya sosok yang haus akan kabar dari putera-puterinya

doanya menyertai sepanjang hayat

seperti nyai Ontosoroh yang menjaga Annelis sepanjang riwayat untuk menyemai bahagia

Pondok Widia Medan, 2017

 

HIKAYAT IBU #2

Naomi

Yang ku lihat padamu

adalah kulit yang tak lagi ketat,

gurat-gurat pucat terlihat pada pipi tomat padamu perempuan istimewah

menyehatlah bersama wortel

yang kau blender sepanjang pagi

karena kau harus melihatku

duduk bersanding bak puteri raja

menciumi keningku

dan aku mengajakmu tinggal bersama

Pondok Widia Medan, 2017

 

SURAT UNTUK MUHAMMAD IRSYAD AL-DJAELANI

Muhammad Asqalani Eneste

Jika kau sakit aku telah menyuruh puisimenuliskandirinya untuk kesembuhanmu, segala doa yang pernah tumbuh telah kuoleskan ke tubuh sintal mereka, telanlah, tidurlah telanjang dan telentang, buka matamu!

kuharap mentalmu sudah kembali perjaka sekokoh Adam purbakala

2015

 

JIKA AKU PEREMPUAN

Muhammad Asqalani Eneste

Jika aku perempuan, rindu itu akan kukutuk bersama lindu hujan, hingga berwindu-windu hatiku beku, tak segala jenis air pun mampu mencairkan

2015

 

IHWAL ROTI

Muhammad Asqalani Eneste

Roti meratap kerongkongan, lapar melempar Tuhan,

Tuhan menghidang tangan, doa dalam bijan badan.

Miral dj 2014

 

SENANDUNG

: Amar Madecakep

Muhammad Asqalani Eneste

Bayangkan hidup adalah gumam luka berirama selubung kadang telinga kita tak siap menerimanya

langit-langit dalam kamar jiwa kita mendadak mendung dan setiap sonder angka berputar murung

tapi kawan, hidup tak pernah memiliki aba-aba dia bisa berbahaya tanpa dimulai sebuah tanda maka kita yang belum henti meniti napas mesti hati hati menyeberang suratan membentang

kita tak perlu mengalahkan banteng

untuk membentengi diri kita yang ganteng

kita hanya butuh genteng untuk meledeng takdir yang tak jarang sedeng

kita butuh doa securam lereng dan rasa setinggi langit maha cuaca sebab kita adalah penari yang tak pasti

di pertunjukan zaman

sebuah senandung yang sama sekali tak terhapalkan

Juni 2013

 

PUISI ULANG TAHUN #1

Annisa Tri Sari

Aku menulis puisi ini, sebab ulang tahunmu selayaknya kata-kata kerap menjadi doa maka sudah pantas untuk kuindahkan pada bagian malam yang mana kau ingin merebah

agar kutabur rindu, sehingga kau enggan beranjak

Sketsa KONTAN, Maret 2017

 

PUISI ULANG TAHUN #2

Annisa Tri Sari

Harus dengan apa kubungkus hadiah ini jika dengan senyum, senyumku telah ranum jika dengan doa, doaku telah melambung jika dengan asa, asaku telah terpatri di dada

jika dengan rasa, rasa ini adalah milikmu maka, dengan apa lagi kubungkus hadiah ini adakah mampu kulipat pelangi melengkungi kepala kita, menjadi mahkota adakah ia mampu bercahaya malam ini

turut merayakan pesta kita?

Sketsa KONTAN, Maret 2017

 

PUISI ULANG TAHUN #3

Annisa Tri Sari

Angkat gelasmu tinggi-tinggi

kosongkan segalanya

aku akan menuang setengah kisah kita ke dalamnya mari bersulang, saling berbagi untuk mengisi setengah lagi

tentang masa depan

Sketsa KONTAN, Maret 2017

 

PUISI ULANG TAHUN #4

Annisa Tri Sari

Malam ini kita buang lamunan,

dari ribuan malam yang selalu kita renungi kini biarkan aku membasuh wajahmu berharap kepedihan hilang

Sketsa KONTAN, Maret 2017

 

AURORA 1

Abd. Rahman M

Kupandangi rupamu yang bermekaran

bunga-bunga kenangan menumpuk sepi bertenggelamanlah aurora

lilin-lilin cahayanya meredup pada hembusan angin ia takluk meninggalkan gulita menepikan tawa

SSSK, 2015

 

AURORA 2

Abd. Rahman M

Aurora diwaktu kita bermain kerinduan

memunajatkan doa

menumbuhkembangkan jantung-jantung detaknya tiada selaras menerabas desas-desus

SSSK, 2015

 

AURORA 3

Abd. Rahman M

aurora yang bercumbu dengan langit-langit rindu membingkis cemburu di palung penantian kupandangi biji matamu pada tatapan terakhir kita rebahkan puisi-puisi di jantung kenangan rubuhlah langit

SSSK, 2015

 

AURORA 4

Abd. Rahman M

Aurora yang entah kapan lagi menampakkan diri sinarnya membelah tubuh yang gigil rinai-rinai hujan mencumbu petang memenggal amarah yang bersedekap pada belulang di ubun-ubun kutuang bait gahar

aurora yang bermain pada jantung kenang membunuh segala resah dan gelisah

SSSK, 2015

()

Baca Juga

Rekomendasi