Mengungkap Manipulasi Berita Hoax di Internet

Kemajuan teknologi se­nan­tiasa memberikan dampak positif dan negatif. Tidak terkecuali kemajuan dunia internet apalagi dengan ba­nyak­nya media daring. Seperti kita ketahui bahwa belakangan ini pem­bahasan mengenai berita yang bersifat hoax banyak dibahas di berbagai media baik media elektronik maupun cetak. Melalui berita hoax seseorang bisa mem­pengaruhi per­sepsi publik mela­lui berita semu yang bahkan tidak masuk akal. Hal ini dilakukan untuk berbagai alasan baik itu untuk mena­rik jutaan orang agar mengun­jungi blognya, kepentingan politik, mene­barkan teror, bahkan bisa memecah belah suatu bangsa karena isinya yang provokatif.

Buku Trust Me I’m Lying karya Ryan Holiday ini mengungkap raha­sia hitam dan intrik-intrik yang digunakan di media daring. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman pri­ba­dinya di belakang layar dunia pe­nulisan blog, humas, dan intrik-intrik online. Pada bagian pertama pe­nulis menjelaskan mengapa blog itu pen­ting, bagaimana mereka me­ngen­dalikan pemberitaan, dan bagai­mana mereka dapat dimani­pulasi. Blog punya peranan penting. Blog yang dimaksud di sini mengacu pada semua penerbitan online. Mulai dari akun Twitter, situs web surat kabar besar, video-video di internet hingga blog grup yang memiliki ratusan penulis.

Sebuah blog memiliki kekuatan untuk mengendalikan hasil. Contoh­nya blog-blog politik butuh sesuatu untuk diberitakan karena lalulintas Internet meningkat selama pemilihan umum padahal realitasnya tidak sela­ras dengan hal ini karena saat pemi­lihan umum masih sangat jauh. Blog-blog politik menciptakan kandidat sejak dini. Mereka bergerak lebih awal daripada siklus pemilihan. Orang yang diberitakan kemudian men­jadi kandi­dat atau presiden yang se­sung­guhnya. Tidak peduli kandidat tersebut terpilih atau gagal blog-blog tetap menda­patkan keuntungan karena berita tersebut berhasil menghasilkan jutaan kunjungan, menjadi subjek dari puluhan berita di media cetak dan online, dan mengisi cukup banyak acara di televisi. Semua siklus ini berlaku juga untuk gosip selebriti, berita bisnis, dan topik manapun yang diliput oleh para blog.

Blog juga dapat dimanipulasi, salah satu caranya dengan mengubah yang tidak ada menjadi ada. Caranya dengan menempatkan cerita di sebuah blog kecil yang memiliki standar sangat rendah, yang kemu­dian menjadi sumber untuk sebuah cerita oleh blog yang lebih besar, dan pada gilirannya menjadi sumber untuk cerita oleh saluran-saluran media yang lebih besar lagi. Penulis sendiri menamai trik penipuan ini dengan sebutan “tukar-tambah di rantai media”.

Selanjutnya adalah metode-metode yang digunakan untuk mema­nipulasi para bloger di level-level ter­tinggi, yang dibagi menjadi sem­bilan taktik sederhana. Beberapa diantaranya adalah memberitahu me­re­­ka apa yang ingin mereka dengar, memberikan mereka yang bisa me­nyebar, bukan yang bagus (hal. 104). Taktik lainnya adalah memilih judul tulisan yang tepat karena judul me­rupakan makhluk-makhluk kecil yang telanjang yang harus keluar meng­hadapi dunia untuk bertahan dan berjuang sendiri. Pembaca dan pendapatan tergantung pada kemam­puan judul untuk meme­nangkan pertempuran ini.

Selain itu ekonomi blog bergan­tung pada kejadian-kejadian semu bah­kan mereka diuntungkan oleh be­rita hoax. Karena sifat dasarnya yang di­ren­­cana­kan, diatur, dan diran­cang un­tuk diliput. Berita hoax ter­masuk se­je­nis subsidi berita. Berita ini diberikan ke­pada blog-blog seperti segelas air yang di­berikan kepada seseorang yang haus. Di saat tenggat waktu menjadi semakin ketat dan bahan pemberitaan menjadi semakin sedikit, kejadian palsu adalah yang benar-benar diperlukan oleh para blogger. Berita palsu biasanya jauh lebih menarik bagi kala­ngan penerbit daripada kejadian yang nyata.

Pada titik-titik rentan inilah manipulasi menjadi semakin kuat dibandingkan kenya­taan. Prosesnya sederhana saja, cukup dengan menciptakan sebuah kejadian semu atau berita hoax, lakukan tukar-tambah di rantai media, dapatkan tanggapan dan tindakan yang nyata. Meskipun berita tersebut semu namun respon masyarakat terhadap berita tersebut tidak semu melainkan perilaku aktual.

Di bagian kedua, penulis menunjukkan apa yang terjadi jika kita melakukan mani­pulasi media ini, bagaimana ini akan berbalik menyerang kita, dan konsekuensinya yang membahayakan bagi sistem kita yang seka­rang. Manipulasi di media ini bisa untuk tujuan amal, bisa untuk menciptakan berita bohong yang lucu, atau bisa melakukannya un­tuk menciptakan kekerasan, kebencian, dan bahkan sesekali bisa untuk menimbulkan kematian. Cukup banyak orang yang mela­kukannya sehingga kesalahan pun ditanggung oleh banyak orang.

Akibatnya, kini fiksi dianggap sebagai realitas. Banyak orang menjual dan menipu dan masyarakat tidak menyadarinya. Emosi publik dipicu oleh berbagai simulasi isyarat baik kesalahan interpretasi yang tidak dise­ngaja maupun yang disengaja. Publik mem­baca berita dan merasa bahwa berita itu pen­ting, percaya bahwa berita itu nyata dan prin­sip-prinsip pelaporannya benar-benar terjadi, padahal sebenarnya tidak.

Keberanian Ryan Holiday menyingkap rahasianya sebagai seorang manipulator me­dia ini akan membuat para raksasa media online merasa sangat tidak nyaman. Melalui buku ini pembaca akan disadarkan bahwa be­rita yang ada di Internet belum tentu kebe­narannya. Jadi yang ingin disampaikan penu­lis adalah pembaca jangan menerima mentah-mentah berita yang ada serta perlu menyaring berita yang ada sebelum membagikan berita tersebut pada orang lain.

Peresensi: Tanti Endarwati, lulusan Stikes Surya Global Yogyakarta

()

Baca Juga

Rekomendasi