Sungai Deli, Korban Kurangnya Kesadaran Diri

Oleh: Indra Syahputra.

Apa yang terpikir di be­nak kita ketika mendengar kata sungai? Pastinya yang ter­lin­tas adalah kata “kotor, ba­nyak sampah, dan pemu­kiman ku­muh”. Itulah yang ada di da­lam benak kita, dan memang begitulah kondisi yang terja­di di lapangan saat ini.

Bila kita telusuri dan ter­jun langsung ke lapangan, pasti kita melihat dan mera­sa­kan pemandangan kumuh di sepanjang sungai, khusus­nya Sungai Deli. Hanya sedi­kit orang yang mengetahui kondisi sebenarnya di Sungai Deli.

Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan. Mu­lanya, pada masa Kerajaan Deli, sungai merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain. Saat ini, luas hutan di hu­lu Sungai Deli hanya ting­gal 3.655 hektare, atau 7,59 persen dari 48.162 hektare areal DAS Deli. Padahal, de­ngan luas 48.162 hektare, panjang 71,91 kilometer, dan lebar 5,58 km, Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli seharus­nya memiliki hutan alam un­tuk kawasan resapan air se­dikitnya 140 hektare, atau 30 persen dari luas DAS.(http//www.wikipedia.org.)

Sungai merupakan sumber kehidupan, baik bagi manu­sia terlebih untuk ekosistem yang ada di dalamnya. Ka­dang­kala sungai bisa diguna­kan untuk sumber penghi­dup­an bagi manusia, namun sungai bisa juga menjadi ben­cana bila kita tidak pandai merawat dan memeliharanya

Beragam kegiatan terjadi di sekitar Sungai Deli, mulai dari aktivitas mencuci, man­di, anak-anak berenang sam­pai sekedar mengisi waktu luang seperti meman­cing. Kalau kita bayangkan sungai yang kotor tidak layak digu­na­­kan untuk mandi dan men­cuci, apalagi mengkonsumsi airnya.

Masyarakat yang bermu­kim di sekitar bantaran Su­ngai Deli sebagian memutus­kan untuk tetap bertahan wa­laupun merasakan peman­dang­an serta bau menyengat ketika kondisi air menge­luar­kan aroma tak sedap.

Ketika turun hujan, ba­nyak sampah hanyut yang asalnya tidak diketahui. Ba­nyak pihak yang tidak ber­tang­gung jawab yang sengaja membuang sampah ke su­ngai. Hal ini merupakan pri­laku dari kurangnya kesadar­an dalam diri terhadap keles­ta­rian lingkungan. Perbuatan tersebut bukan saja mence­mari lingkungan sekitar ban­taran sungai, tapi mence­mari ekosistem yang ada di da­lamnya.

Ketika hu­jan mengguyur Kota Medan, hal ini berdam­pak pada masyarakat yang ada dibantaran sungai, banjir bukan saja air sungai yang naik ke atas permukaan bah­kan sampah-sampah yang ada juga ikut terbawa arus. Maka masyarakat disekitar wilayah tersebut harus mera­sakan akibat dari peristiwa ini.

Tak hanya sampai disitu saja, ketika air sudah mulai surut kondisi memprihatin­kan kita lihat disepanjang su­ngai ini, ada sebagian sampah yang sangkut dipepohonan, tinggal didaratan sampai ada yang tersangkut di jembatan perlintasan. Memang kalau kita lihat dari atas mungkin tidak kelihatan, akan tetapi bisa kelihatan jika kita me­mandangnya dari sisi bawah jembatan, semua sampah akan terlihat bergelantungan.

Pemandangan ini hanya dapat dilihat orang-orang yang berada di bantaran su­ngai, penulis sendiri selalu merasakan ketika sudah ter­jun langsung ke Sungai Deli untuk program Sungai Deli membaca bagi anak-anak yang ada dikampung Aur, Kecamatan Medan Maimun. Hampir di sepanjang sungai tersebut akan disuguhi pe­mandangan sampah yang ada dipinggiran sungai ini dan sampah yang tersangkut di pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang sungai.

Belum lagi limbah dari pab­rik dan minyak yang me­mang mengalir kesungai ini sehingga tidak hanya mem­buat masyarakat sekitar me­rasakan imbasnya akan tetapi kehidupan ekosistem yang ada didalam sungai juga turut merasakannya.

Siapa lagi kalau bukan ki­ta yang benar-benar peduli akan kelestarian Sungai Deli, bukan hanya tugas dan tang­gungjawab warga yang ada di sekitar sungai saja dan bu­kan pula tugas dan tang­gung jawab segentir orang saja akan tetapi pemerintah dan se­mua lapisan masyarakat yang ada di kota Medan harus ikut andil dan peduli akan keberadaannya.

Maka disini perlunya pe­nyadaran bagi kita semua ten­tang bagaimana pentingnya untuk menjaga kelestarian su­ngai serta mendorong se­mua lapisan masyarakat un­tuk bisa memelihara dan menghargai pentingnya su­ngai sebagai sumber kehi­dup­an bersama bagi kita dan anak cucu kita nantinya. Tumbuhnya kesadaran dari tiap masing-masing dari kita inilah yang patutnya kita rangsang, kita kembangkan dan hargai bersama.

Bersama kita semua bisa untuk berkomitmen menja­di­kan Sungai Deli sebagai su­ngai yang nantinya bisa dirasakan oleh anak cucu kita, menjadi cerminan diri kita bersama akan pen­ting­nya sikap peduli, maka tak hanya akan dirasakan oleh sebagian dari kita terlebih dapat dijadikan objek wisata yang dapat dikunjungi oleh masyarakat kota medan terle­bih lagi dari mancanegara.

(Penulis adalah mahasis­wa jurusan Komunikasi Pe­nyiaran Islam, Fakultas Dak­wah dan Komunikasi UIN SU Medan, Kru LPM Dinamika UIN SU dan Relawan Sungai Deli (Go River) Medan)

()

Baca Juga

Rekomendasi