Oleh: Adelina Savitri Lubis. BISNIS rental mainan anak kini marak hadir di kota-kota besar di Indonesia. Lebih baik merental ketimbang membeli mainan anak, bahkan telah dihembuskan zaman menjadi sebuah tren dan gaya hidup baru.
Pilihan itu pun diyakini sebagian masyarakat sebagai tajuk sikap yang dianggap bijaksana. Boleh jadi bisnis ini semula muncul dalam satu momen bincang kaum ibu. Tercetus saat cicipan pertama kopi yang mereka pesan, menyentuh bibir dan keran keluhan dalam balutan curhat pun mengalir. Lalu meninggalkan sebuah pertanyaan, apakah mainan ini harus dibuang, disumbangkan, atau disewakan saja?
Merah dan menangis. Kita tak hanya jatuh hati pada senyumnya. Tawanya. Mungkin tangisnya pun dinantikan. Peluh dan sakit seorang ibu sontak hilang, cemas seorang ayah pun berlalu, tatkala tangisan pertama didengar. Anak adalah anugerah yang dititipkan sang Khalik kepada kamu, dia, mereka, kalian, kepada kita. Panggung nyata kehidupan telah dimulai. Geliat bahagia bertajuk eufouria pun secara alami dilakoni pasangan suami isteri yang resmi menjadi orangtua untuk pertama kalinya.
Setiap orangtua, dengan masing-masing kadar ekonominya berupaya memberikan yang terbaik dalam proses tumbuh kembang sang anugerah tadi. Segala kebutuhannya dipenuhi, apa pun dilakukan, apa pun dibeli, semuanya demi anak terkasih. Umumnya pemenuhan kebutuhan ini bukan sekadar susu, makanan, pakaian sang anak, pun secara luas meliputi peralatan yang mendukung proses tumbuh kembang anak. Salah satunya adalah mainan anak. Malah boleh dibilang hampir setiap orangtua memenuhi kebutuhan hak bermain anak dengan menyediakan peralatan mainan di kediaman mereka.
Tanpa disadari, seiring waktu, jumlah mainan yang dimiliki seorang anak kian bertambah, tentu sesuai dengan usia anak yang juga semakin bertambah. Persoalanan baru pun muncul. Jumlah mainan yang terbilang banyak tadi hampir mendominasi tiap sudut ruangan di dalam rumah. Ruang yang semula kosong kini malah tampak penuh, dan hampir setiap orangtua enggan membuang mainan itu. Bukannya apa-apa, selain masih layak pakai, beberapa mainan memiliki nilai harga yang terbilang cukup mahal. Paling penting mainan-mainan itu masih bisa diturunkan kepada anak kedua, ketiga, dan seterusnya.
“Persis!” Seru Rani (33), ibu dua anak ini kepada Analisa. Menurutnya, orangtua, khususnya seorang ibu baru menyadari kalau dia telah membelikan begitu banyak mainan untuk anaknya, setelah sang anak beranjak besar.
“Sementara itu seiring usianya bertambah, keinginannya untuk memiliki jenis-jenis mainan pun semakin naik kelas. Artinya anak sudah enggan memainkan mainan yang sudah ada,” katanya.
Sejak itu, sambungnya, saat anak kedua, dia tak lagi pernah membelikan mainan bagi anaknya yang kedua. Pilihannya jatuh kepada jasa rental mainan anak. Karena bagaimanapun mainan anak seiring berkembangnya teknologi juga mengalami perubahan.
“Secara pribadi saya merasa tak adil saja jika memberikan dia mainan bekas milik abangnya, jadi saya memilih untuk merental mainan. Anak pun senang karena bisa merasakan jenis mainan yang sedang hits,” bebernya sambil tersenyum.
Rupanya pengakuan Rani, diaminkan oleh Yuliawati Jo, Cynthia Lis, dan Veranita dari BonbonPlay – The Ultimate Toys Rental Club. Diungkapkan ketiganya, sikap orangtua yang memilih merental mainan dibandingkan membeli mainan baru bagi anak adalah nyata terjadi di kota-kota besar di Indonesia, termasuk di Kota Medan. Apalagi kini masyarakat sudah bisa memilih jasa rental mainan anak sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan.
“Permintaan jasa rental mainan anak cukup tinggi di Kota Medan. Malah saat ini trennya jasa rental mainan itu tak hanya disewa untuk kebutuhan anak secara individual, bahkan acara-acara besar seperti ulang tahun, pernikahan, acara perusahaan pun telah menggunakan jasa rental mainan anak,” ungkap Yuliawati Jo.
Prioritaskan Kebersihan
Tak dipungkirinya, secara pribadi sebagai seorang ibu, Yuli juga mengalami perasaan dan persoalanan yang sama, persis yang dialami setiap ibu di dunia ini. Mereka pun mengisahkan awal mula berbisnis rental mainan ini.
“Mulanya kami bertemu dalam momen ngopi bareng,” sahut Cynthia Lis. Umumnya kaum ibu tatkala bertemu pasti bercerita tentang banyak hal. Mulai dari persoalanan ekonomi yang lagi pasang surut hingga persoalanan rumah tangga, termasuk soal anak di dalamnya. Benar saja, saat asyik bercerita tentang mainan anak, rupanya mereka bertiga mengeluh tentang hal yang serupa, yakni, bingung kemana lagi mainan anak ini diletakkan. Pasalnya ruang di tempat tinggal mereka hampir dipenuhi mainan anak.
“Mulanya iseng, berangkat dari obrolan, dan akhirnya kami menggagas untuk mendaur ulang mainan anak kami. Caranya dengan membuka jasa rental mainan. Tentu saja bermanfaat, karena usaha ini sangat menghemat kantong orangtua,” beber Cynthia.
Secara literasi, mainan anak itu cukup beragam jenisnya. Sebutlah mulai dari baby toys, playground, slide and swing, riding toys, playhouse, dan art&craft. Tentu saja ragam mainan anak ini ditentukan dari jenis usia anak. Artinya meskipun namanya mainan anak, belum tentu bisa dimainkan semua anak. Tentang itu Yuli pun memberikan tips bagi orangtua yang ingin memanfaatkan jasa rental mainan untuk anaknya. Paling penting di antaranya, pastikan mainan yang dimiliki jasa rental mainan menganut prinsip clean & sanitized.
“Mainan yang bersih dan hiegenis itu penting, dan bagi anak ini adalah sikap yang harus diteladani setiap ibu. Selain itu setiap orangtua juga harus cerdas mengetahui jenis mainan untuk anak-anaknya,” imbuhnya.
Terkait itu, BonbonPlay sebagai salah satu jasa rental mainan telah mengayomi prinsip clean & satinized tadi. Hal ini diakui oleh Manager BonbonPlay - The Ultimate Toys Rental Club, Imelda. Ditegaskannya, orangtua zaman kini sudah cukup cerdas memilih yang terbaik bagi anak-anaknya. Termasuk dalam memilih mainan bagi anaknya.
“Kebanyakan konsumen kami mempertanyakan tentang kebersihan mainan di tempat jasa rental mainan,” sebutnya.
Terlepas dari sisi bisnis, Yuli dan Cynthia menilai paling penting dari semua ini adalah bagaimana peran orangtua dan usaha jasa rental mainan sejalan dalam mengedukasi jenis mainan yang sesuai usia anak. Menurutnya secara nyata, hadirnya mainan buatan dalam situasi dan kondisi Kota Medan yang minim lahan bermain yang layak, sangat membantu anak dalam tumbuh kembangnya. Karena mainan buatan diciptakan bukan untuk merusak, namun untuk membantu perkembangan motorik sang anak. Hm, rental mainan jenis apa kita hari ini, nak?