Oleh: Hasan Sitorus
MASYARAKAT mungkin tidak mengetahui apa sebenarnya ancaman toksisitas bahan pencemar timbal itu, atau mungkin mereka belum pernah melihat secara langsung bagaimana gejala orang keracunan timbal.
Tampaknya orang tidak begitu menghiraukan dampak pencemaran timbal (timah hitam) terhadap kesehatan, walaupun sudah ada bukti-bukti terjadinya keracunan logam berat itu di berbagai belahan dunia.
Timbal atau timah hitam (Pb) adalah unsur kimia yang dalam sistem periodik berkala termasuk logam berat, mempunyai toksisitas yang tinggi dengan sifat bioakumulatif. Masuknya bahan pencemar itu ke dalam tubuh manusia bisa melalui berbagai cara dengan suatu proses berantai. Unsur toksik itu dapat mudah masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan dari ikan, terhirup dari udara yang tercemar uap logam berat timbal, dan konsumsi air yang tercemar ion logam timbal terlarut.
Melalui rantai pangan, logam berat timbal dapat sampai di tubuh kita melalui konsumsi ikan yang hidup di perairan yang mengalami pencemaran timbal. Industri yang menggunakan timbal sebagai katalis dalam proses proses produksi pembuatan pipa paralon, atau bahan pembuatan baterai kering dan akki kemungkinan besar menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B-3) yang dapat memasuki lingkungan perairan.
Dalam ekosistem perairan, limbah B-3 itu dalam bentuk ion terlarut pertama sekali akan memasuki tubuh fitoplankton, kemudian berpindah ke tubuh zooplankton, ikan dan akhirnya masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan. Perlu kita ingat bahwa logam berat timbal sekali masuk ke dalam tubuh manusia sangat sukar atau tidak bisa lagi keluar dari tubuh karena logam tersebut bersifat bioakumulatif atau terakumulasi secara biologis dalam jaringan tubuh. Oleh sebab itu, secara perlahan, sedikit demi sedikit logam akan terus diakumulasi dalam tubuh hingga pada akhirnya menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan tubuh.
Dalam proses produksi komoditi pertanian, pestisida atau herbisida yang mengandung Pb mungkin masih digunakan. Bahan itu dapat berakumulasi dalam jaringan tumbuhan. Pemanfaatannya sebagai bahan pangan dapat menjadi jembatan masuknya bahan itu ke dalam tubuh. Anehnya, logam berat itu bisa mempunyai kadar yang rendah dalam tanaman atau ikan, tetapi dalam tubuh manusia bisa menjadi berlipat ganda.
Hal itu merupakan ciri sifat bioakumulatif dari logam berat. Sekalipun demikian, hal ini bukan alasan menajadi kita menjadi takut mengkonsumsi sayur-sayuran dari hasil pertanian intensif. Dengan memperhatikan kebersihannya, maka bahaya racun akumulatif logam berat itu tentu dapat dicegah atau dikurangi.
Langkah yang paling baik adalah mengontrol penggunaan pestisida yang dilarang dan dosis yang berlebihan dapat dicegah. Penggunaan pestisida dengan dosis berlebihan sering terjadi, seperti yang dinyatakan hasil penelitian Balai Penelitian Holtikultura Lembang bahwa pada sentra produksi sayuran dataran rendah di lima propinsi (Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur), pemakaian pertisida yang sangat intensif (baca : berlebihan) dilakukan petani demi menstabilkan hasil usaha taninya, tanpa memikirkan dampak negatifnya terhadap konsumen.
Melalui udara timbal dapat dengan mudah masuk ke dalam tumbuh manusia tanpa disadari ketika menghirup udara yang mengandung uap timbal. Asap pembakaran bahan bakar minyak (BBM) pada kenderaan bermotor adalah sumber yang potensial terjadinya pencemaran udara yang mengandung uap logam timbale, karena sampai hari ini bahan bakar seperti premium masih menggunakan timbal terlarut (ion Pb2+) sebagai anti letupan (anti knocking) mesin kenderaan bermotor. Karena sifatnya yang akumulatif, maka dampak negatif bahan pencemar itu tidak segera tampak dan baru akan terlihat setelah jangka waktu tertentu dengan akibat yang sangat mencemaskan.
Bahan pencemar timbal juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui air minum. Apabila pipa air minum yang digunakan mengandung logam berat itu, baik sebagai bahan pembuatan atau pematrian pipa, maka kerusakan pipa menjadi sumber pencemaran timbal yang membahayakan. Keracunan timbal yang diketahui berasal dari pipa air minum pernah terjadi pada penduduk Meksiko tahun 1987.
Selain itu, masuknya bahan pencemar ke dalam air sumur kemungkinan dapat melalui infiltrasi air tanah. Air permukaan yang mengandung timbal meresap ke dalam tanah. Melalui infiltrasi, unsur timbal itu akan menjalar memasuki pori-pori tanah. Bila tanah digali untuk membuat sumur, maka bahan pencemar logam berat itu dapat mengkontaminasi air sumur tanapa diketahui penduduk.
Pada zaman modern ini, logam berat timbal banyak digunakan sebagai bahan dasar ataupun katalisator dalam proses pembuatan barang-barang keperluan manusia. Perabot dari keramik yang mengandung campuran timah putih dan hitam, seperti piring, mangkok, dan lain-lain menjadi sumber pencemaran timbal yang tidak disadari, dan masuk ke dalam tubuh bersama makanan dan minuman. Perkakas dan perabot keramik yang sudah luntur catnya misalnya, akan semakin besar peluangnya masuk ke dalam tubuh. Keracunan timbal yang pernah dilaporkan berasal dari perabot keramik adalah keracunan penduduk Romawi dan Amerika pada tahun 1978.
Cat dinding yang mengandung logam berat timbal, dapat masuk ke dalam tubuh dari uap cat tersebut. Oleh sebab itu, kamar yang baru dicat sebaiknya jangan ditempati dulu sebelum cat tersebut kering benar. Kalau tidak, maka bersama uap itu logam berat timbal akan kita hirup dan terakumulasi dalam tubuh.
Demikian halnya dengan lunturan cat becak yang dibuang ke laut, dalam jangka lama bisa berakumulasi dalam jaringan tubuh ikan yang tanpa diketahui menjadi jembatan masuknya bahan itu ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Namun sampai sekarang, belum ada penelitian khusus terhadap dampak pencemaran dari lunturan cat becak yang dibuang ke laut terhadap besarnya kandungan logam berat timbal dalam tubuh ikan-ikan laut, seperti di perairan Teluk Jakarta.
Dampak negatif
Bila bahan timbal itu berakumulasi dalam tubuh, maka dengan kadar 0,5 ppm saja sudah menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, akan menyebabkan kerusakan ginjal, hati, sistem saraf pusat, dan sistem reproduksi. Logam berat itu dapat juga meningkatkan tekanan darah, menimbulkan gangguan pada saluran pernafasan dan pencernaan, dan dapat menghambat pembentukan hemoglobin dalam darah, sehingga dapat menyebabkan anemia.
Akibat fatal dari bahan toksik itu terutama disebabkan logam berat timbal mudah berikatan dengan unsur sulfur dari asam amino sistin dan sistein dengan membentuk ikatan kovalen, yang menyebabkan tersumbatnya respirasi sel dan tidak aktifnya enzim, sehingga proses metabolisme terhambat.
Dari hasil penelitian di Amerika dinyatakan, pencemaran logam berat timbal itu membawa pengaruh buruk terhadap kemampuan anak di sekolah. Pada kadar 1,5 mikro gram per mili liter sudah menimbulkan kelainan psikologis, neurologis, kehilangan daya pendengaran, daya tangkap menurun dan bahkan IQ rendah.
Demikian juga hasil penelitian Fakultas Kedokteran di Universitas Pitssburgh tahun 1979 menguatkan fakta itu. Dari seluruh murid sekolah dasar yang diamati dan diuji, maka murid yang memiliki IQ terendah, daya tangkap terburuk dan nilai rapor paling jelek adalah anak-anak yang memiliki kadar timbal paling tinggi dalam tubuhnya. Tetapi bukan berarti bila seorang anak bodoh lantas memiliki kadar timbal tinggi dalam tubuhnya. Kejadian tersebut terjadi karena di daerah Pitssburgh pernah terjadi pencemaran timbal.
Dengan melihat fakta-fakta itu, mungkin kita menjadi cemas dan tersentak dari kelengahan selama ini. Bagaimanapun akibat perkembangan industri dewasa ini, maka tubuh kita tetap berpeluang kemasukan bahan pencemar timbal itu. Tentu yang dapat dilakukan adalah bagaimana mencegahnya agar bahan itu sekecil mungkin masuk ke dalam tubuh dari berbagai kemungkinan cara dan proses, sehingga tidak menimbulkan pengaruh buruk pada kesehatan.
Kadar bahan pencemar timbal yang masuk ke dalam tubuh harus berada di bawah standar konsentrasi yang ditetapkan Departemen Kesehatan atau WHO. Besarnya kadar timbal yang diperkenankan untuk air minum misalnya, tidak boleh melebihi 0,05 mg per liter.
Upaya pencegahan
Karena logam berat timbal mempunyai daya racun (toksisitas) yang tinggi, bersifat bioakumulatif dan tidak tampak dalam air, maka pencegahan masuknya unsur pencemar itu ke dalam tubuh manusia adalah lebih penting ketimbang tindakan pengobatan dampak negatif terhadap kesehatan.
Tindakan pencegahan awal yang harus dilakukan adalah pengendalian pencemaran air dan udara dari cemaran logam berat timbal baik oleh pemerintah maupun melalui inisiatif masyarakat. Penerapan baku mutu (emission standards) yang lebih ketat terhadap buangan limbah cair, emisi industi dan transportasi melalui pemantauan kualitas lingkungan perairan dan udara secara regular, merupakan langkah yang efektif untuk mencegah bahan pencemar timbal memasuki tubuh manusia.
Penegakan hukum (laws enforcement) terhadap kegiatan industri yang potensial sebagai sumber pencemar timbal dan tidak melakukan pengolahan buangan (waste treatment) haruslah ditindak tanpa pandang bulu dengan prinsip pencemar membayar (pay polluter principle).
Disamping itu insiatif masyarakat untuk melindungi diri dari cemaran logam berat timbal seperti selalu mencuci sayur sebelum dimasak atau mengkonsumsi sayur organik bebas pestisida, membuang insang dan membersihkan perut ikan, dan menggunakan masker di jalan raya padat kenderaan, merupakan kebiasaan yang baik untuk meminimalkan bahan pencemar timbal memasuki tubuh kita.
(Penulis dosen tetap di Universitas Nommensen Medan).