Oleh: Nur Akmal.
Bagi kamu, siswa Kurikulum 2013, barangkali keharusan memilih peminatan atau yang biasa disebut dengan jurusan, sudah dilakukan sejak kelas X. Bagi generasi sebelumnya, peminatan atau jurusan dipilih pada kelas XI, generasi sebelumnya lagi, punya sistem yang juga berbeda dalam hal peminatan/penjurusan ini. Tapi bagaimana pun sistemnya, peminatan itu penting. Harus dipilih dengan baik dan mantap.
Nah, bagi yang sekarang sudah menentukan pilihan jurusannya, bagaimana rasanya? Apakah mantap dengan pilihan itu, atau rasanya ada yang kurang pas? Atau bahkan kurang pas sama sekali? Tentu rasanya menarik di awal, sebab jika di SMP kita belajar semua mata pelajaran baik IPA maupun IPS beserta turunannya. Di SMA, kita sudah mulai memfokuskan diri untuk memilih satu bidang ilmu yang kita minati saja.
Mereka yang duduk di Jurusan IPA tidak perlu belajar Ekonomi, Geografi dan semacamnya. Begitu pula sebaliknya, mereka yang duduk di jurusan IPS tidak perlu pusing dengan rumus-rumus Fisika, atau menghafal nama-nama ilmiah jenis hewan dan tumbuhan dalam pelajaran biologi. Kecuali ada pelajaran lintas minat yang ditentukan sekolah.
Peminatan ini dilakukan agar siswa dapat memperdalam satu bidang ilmu yang diharapkan kelak akan menjadi dasar dari profesi yang dicita-citakan. Misalnya dokter, tentu harus dari jurusan IPA. Atau Akuntan yang harus dari jurusan IPS.
Meski begitu, tidak sedikit siswa IPA yang ketika kuliah di perguruan tinggi mengambil jurusan Ekonomi. Atau Jurusan IPS yang akhirnya kuliah di akademi perawatan. Meski bukan tidak mungkin dan boleh saja, tapi tentu lebih baik jika sejak awal kita fokus pada satu bidang ilmu tertentu.
Wakil Kepala SMA Al-Ulum, Zulfan Ritonga mengatakan pemilihan peminatan ditentukan sejak kelas X. Pada hari pertama masuk sekolah, siswa diberikan tes soal-soal mata pelajaran eksakta. Jika bisa menjawab soal dengan baik dan nilai yang diperoleh cukup, maka siswa disarankan untuk masuk ke jurusan IPA. Tapi jika tidak, maka akan diarahkan masuk ke IPS.
"Meski begitu, siswa tetap bisa memilih jurusan atau peminatan yang dia mau. Walaupun nilainya bagus di IPA, tapi ia berminat di IPS, dipersilahkan untuk masuk ke IPS. Tapi walaupun duduk di IPS, siswa tetap diberikan pilihan mata pelajaran lintas minat. Mata pelajarannya dipilih sendiri oleh siswa dengan angket," ujarnya.
Jadi, siswa masing-masing jurusan diberikan angket untuk memilih mata pelajaran lintas jurusan apa yang diinginkan. Misalnya di kelas IPA, siswa lebih banyak memilih Ekonomi sebagai mata pelajaran lintas minat, maka sekolah menyediakan guru Ekonomi untuk siswa kelas IPA. Sedangkan di IPS, siswa lebih banyak memilih pelajaran Biologi, sekolah pun menyediakan guru Biologi untuk mengajar di IPS.
Adrian Fahri, siswa kelas XII IPS SMA Al-Ulum mengaku memilih IPS sebagai peminatan atau jurusannya karena keinginan sendiri. Menurutnya jurusan itu sesuai dengan kriteria, minat dan bakatnya. Ia berharap jurusan itu membawa kebaikan untuk dirinya di masa depan.
"Saya lebih condong ke IPS karena saya merasa saya mudah berinteraksi dengan masyarakat dan lebih bisa bersosialisasi. Saya juga ingin kuliah di jurusan ekonomi, jadi sejalan dengan jurusan saya di SMA. Saya ingin jadi pengusaha dan presiden. Presiden kan politik, itu kan IPS juga," katanya.
Sama halnya dengan Faruja Rizki Wirawan, Siswa kelas XI IPA. Ia pun memilih jurusan itu karena sesuai dengan cita-citanya yang ingin menjadi TNI angkatan udara. Menurutnya untuk menjadi TNI AU yang mampu menerbangkan pesawat tempur, ia harus mengambil jurusan IPA.
"Sebelumnya saya ingin jadi arkeolog, tapi karena baca artikel tentang AU, saya jadi tertarik. Saya berkonsultasi dengan orangtua mengenai cita-cita saya itu. Dan mereka mendukung asalkan baik bagi saya," ujarnya.
Faruja sendiri mengambil jurusan ketika kelas X, berbeda dengan Fahri yang mulai memilih jurusan sejak kelas XI. Siswa angkatan Faruja menjadi angkatan pertama yang memilih jurusan sejak kelas X, sesuai dengan kurikulum 2013.
Memilih jurusan yang tepat sejak SMA akan lebih memantapkan seseorang untuk menjadi ahli pada satu bidang ilmu. Meski bukan tidak mungkin memilih jurusan yang berbeda pada saat kuliah. Memilih jurusan yang tepat juga penting agar mampu mengikuti pelajaran selama bersekolah. Jika tidak cukup cakap di IPA misalnya, tapi memaksakan diri, tentu akan menyulitkan.
Di pendidikan tinggi pun banyak mahasiswa yang memilih jurusan yang sesungguhnya tidak sesuai dengan minatnya. Hasilnya ketika lulus, tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan. Istilahnya "SALJU" alias "salah jurusan".