Sarwoko Berimajinasi dengan Daun

Oleh: Dr. Agus Priyatno, M.Sn.

Imajinasi manusia tiada batas. Pe­lukis bisa berimajina­si tentang apa saja.  Sarwoko pe­lukis yang  menetap di dekat candi Borobudir  beri­majinasi tan­pa batas tentang daun. Da­lam ima­jinasinya daun bisa ber­ubah menjadi banyak hal. Daun bertebaran mem­ben­tuk figur mahluk purba atau ben­tuk-bentuk lainnya. Melalui daun dia ber­imajinasi sekali­gus menyam­paikan pesan se­cara metofora.

Hidup di daerah subur de­ngan banyak flora dan fauna di sekitarnya, memberi inspi­ra­si dalam mencipta­kan lukis­an. Magelang Jawa Tengah, kota pegunungan berudara se­juk. Banyak tumbuh beraneka pohon dan tanaman.

Di kota ke­cil yang dikelili­ngi lima gu­nung ini terdapat ta­man bunga indah, lokasinya di tepi sungai Progo. Pelukis se­ring menjumpai berbagai ma­cam pepohonan dengan ber­bagai macam bentuk daun. Pada musim tertentu, daun-da­un kering ber­gu­guran dari pepohonan.

Lukisannya di antaranya ten­tang de­daunan kering ber­se­rakan. Di te­ngahnya ada tunas daun. Kelihatan tema se­derhana, namun memiliki ke­da­laman makna. Lukisan ten­tang re­generasi tanaman. Se­buah hukum alam yang tidak bisa dielakkan. Daun tua me­ngering lalu menjadi debu, da­un tunas tumbuh mengganti­kannya. Sebuah metafora ten­tang regenerasi manusia.

Daun kering membungkus bu­nga matahari. Bisa memun­cul­kan banyak tafsir tentang ke­hidupan. Senilukis surelis yang berbicara secara metafo­ris. Lukisan lainnya tentang da­un kering berserakan mem­bentuk figur mahkluk purba, semacam dinosaurus, mengi­sah­kan tentang punahnya spe­sies besar yang diduga pernah ada di muka bumi.

Seperti hal­nya daun kering yang menga­lami proses kepu­nahan. Makh­luk purba itu ti­dak perlu me­nunggu waktu, me­mang sudah punah. Ada ju­ga lukisan embrio makhluk pur­ba muncul di tengah daun ke­ring. Seolah mahluk purba itu muncul lagi dalam kehidup­an sekarang. Daun kering ber­serakan dan imajinasinya ber­campur menjadi satu mengha­sil­kan sebuah narasi surealis­tik.

Lukisan daun kering dike­ru­bungi semut dan candi Boro­budur dilukis­kan. Sebuah ima­jinasi tentang kon­didi lingku­ng­an­nya. Proses menua dalam ke­hidupan. Bisa jadi pepoho­nan di sekitar candi merapuh se­perti halnya candi, lalu dike­rubuti oleh semut-semut.

Ada juga lukisan daun-da­un dan wa­jah seorang wanita di antara ke­gelapan. Sebuah pe­ngalaman pribadi yang di­ung­kapkan secara imajinatif. Lukisan dedaunan berwarna kecok­latan membentuk kepala binatang pur­ba dan seeokor ca­pung hinggap di daun segar warna hijau. Lukisan makh­luk zaman dahulu yang sudah pu­nah dan yang masih ada. Sebu­ah ung­kapan yang sangat para­dogsal. Makhluk yang punah jus­tru yang kuat dan besar, se­dangkan yang kecil dan ra­puh justru tetap bisa bertahan hingga kini. Sebuah misteri kehidupan.

Lukisan lainnya berupa ca­pung dengan ukuran diperbe­sar dari yang sesungguhnya.  Ke­pala capung tam­pak di an­tara daun kering. Capung-ca­­pung lainnya dilukiskan lebih kecil. Lu­kisan tanaman de­ngan beberapa daun dikelilingi  puluhan capung, me­reka se­akan ingin hinggap di tempat yang begitu sempit. Lukisan-lukisan tersebut adalah bebe­ra­pa lukisan di antara banyak lukisan yang dicip­ta­kan­nya.

Pelukis kelahiran Mage­lang aktif mengelola berbagai kegiatan seni di kam­pung kelahirannya. Setelah sele­sai studinya di Institut Seni Indonesia (1989-1995), dia memi­lih jalan hidup se­bagai pelukis profesional. Studio­nya di  de­kat candi Borobudur Mage­lang.

Pengalaman pamerannya sangat banyak. Mengikuti ber­bagai kegiatan pameran sejak masih kuliah, hingga kini.  Pa­meran yang diikutinya antara lain. Tahun 2017 berpameran dalam “Inter Character ” Indi­go Art Space, Madiun, Jawa Ti­mur. Tahun sebelum­nya, 2016,  terpilih dalam seleksi pa­me­ran kompetensi bergeng­si, yaitu pa­meran UOB Painting of The Year 2016. Ciputra Artpreneur, Jakarta. Tahun 2015 berpameran dengan tema  “100% Indonesia” Pondok Ti­ngal, Borobudur. Pameran pa­da tahun yang sama dengan lo­kasi yang sama berte­ma “High Art Never Lies” Banyu Be­ning The House of Painting, Boro­budur. Pameran ber­tema “Re-Circle 89” Banyu Be­ning The house of Painting, Borobudur.

Tahun 2014 Pameran “Reuni Pelu­kis Muda Borobu­dur”, Banyu Bening The House of Painting. Pameran “Indonesia – Malaysia Art  Fusion” Mu­tiara Seni Gallery, Penang – Malaysia. Pameran di tahun yang sama de­ngan tema “Indonesia Indah” Lorin Hotel Solo.

Tahun 2013 lukisan-lukis­annya dipamerkan diberbagai event pame­ran. Diantaranya pameran “Suka Pari Suka“ Ben­tara Budaya Yog­yakarta. Pameran “ROB“ Gallery Nasi­onal Indonesia, Jakarta. Pame­r­an “ROB” Gallery Semarang. Pame­ran “TU­RAH” Bentara Bu­daya Yog­ya­karta. Karya-ka­ryanya juga dipa­merkan se­bagai ilustrasi pada pa­meran“ Ilustrasi Cerpen Kompas” Ben­­tara Budaya Jakarta. Pa­me­ran“ Ilus­traso Cerpen Kom­pas” Bentara Budaya Yogya­karta. Pameran “Ilus­trasi Cer­pen Kompas” Balai Soedjat­mo­ko Solo. Pameran  “Ilustrasi Cerpen Kompas” Bentara Bu­da­ya Den­pasar.

Tahun  2012  berpameran da­lam “Tanda Mata IX” Ben­tara Budaya Yog­yakarta. Ta­hun sebelumnya, 2011, aktif da­­lam sejumlah pameran. Di an­­taranya pameran “Pasar Ilang Ky­mandgange” Mletho , Bentara Budaya Yogyakarta.

Pameran “The Art of Motorcycles“ Tribute to Nurlholis, Taman Budaya Yogyakarta. Pa­meran bertema  “Sua­ra Daun, Suara Hhati“ Pameran Ber­dua, Bentara Budaya Yog­ya­karta.

Pameran bertema “Puisi Parkit” Solo Exhibition, Tujuh Bintang Art Space, Yogyakar­ta. Pameran bertema “Imaji Ornamen” Pameran Nusanta­ra, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta.

Catatan pameran lukisan yang diikutinya sejak 1990, hingga tahun 2010 sangat ba­nyak. Diantaranya pameran “Artlicious”  Tujuh Bintang Art Space, Yogyakarta. Pameran  “I Report , I Decide”. Tujuh Bintang Art Space,  Yogyakarta .   Pameran “Yog­ya­karta Iinsight” Sozo Art Space,  Su­rabaya.

Pameran “Menilik Aakar” Pa­meran Nusantara 2009, Gallery Nasional  Indonesia,  Ja­karta.  Pame­ran dalam  International Art Expo Malaysia 2nd, “Sign of the Elements” Matrade Expo. Pameran di Gallery Kunst Kreis Jura, Neumarkt, Jer­man.

Sarwoko menerima banyak peng­har­gaan. Di antaranya, penghargaan karya dalam Fes­tival Kesenian Yogya ke V (1993).  Tahun berikutnya (1994) menerima pengharga­an  The Phillip Morris Group Of Companies Indonesian Art Awards dan peng­har­gaan Pra­tisara Affandi Adikarya. Ta­hun 1997 menerima penghar­ga­an ka­rya FKY lX. Tahun 19­99 menerima peng­hargaan Nominee Phillip Morris Of Companies Indonesian Art Awards. Tahun 2008 merneri­ma peng­hargaan Nominee Akili Museum Art Award (AMAA) 2008. Penghar­gaan ta­hun 2016 adalah -Finalis 35th UOB Painting Of The Year 2016.

Penulis; dosen pendidikan seni rupa FBS Unimed dan anggota Dewan Kesenian Medan.

()

Baca Juga

Rekomendasi