Cerpen

Jepang Negeri impian

Oleh: Latifa Adi Salsabila

SETIAP anak selalu me­miliki impian, dan aku memiliki impian yang sangat tinggi. Aku memiliki impian untuk pergi ke Jepang, entah itu liburan atau sekolah di sana. Yang terpenting, aku sangat memimpikan Jepang. Aku sering berkhayal dan bercerita kepada teman maupun keluarga.

“Dil, aku pengin sekali ke Jepang,” kataku. “Ngapain kau ke Jepang? Nyari mbah mu? Tanya Dila. “Is, kau ini. Awas aja kalau aku ke Jepang, gak ku ajak kau,” jawabku kesal.

“Kau jangan gitulah, kita kan kawan,” balas Dila.

Dan semenjak sering dire­meh­kan oleh semua orang, aku terus bertekad untuk pergi ke negeri impian ku itu. Aku merasa, Jepang adalah negara yang sa­ngat istimewa, Jepang memiliki keinda­han tersendiri di mataku, dari bunga sakura, Gunung Fuji, pakaian trasionalnya dan masih banyak lagi keindahan Jepang lainnya yang membuatnya terkesan unik.

“Kayak mana Fa? Sudah mengkhayal tentang Jepang apa belum? Hahah,” ledek Dila.

“Kau ini suka sekali mengacau impian orang,” jawabku.

“Kau pun mimpinya keting­gian, sedangkan bapakmu ker­janya cuma buruh, terus mau dapat uang dari mana kau?” tambahnya.

“Gak semua orang susah susah gak bisa sukses Dil. Kalau kita punya tekad yang besar, pasti kita bisa,” jawabku.

“Udahlah Fa, mimpimu itu ketinggian lo,” Dilla terus me­ledek.

“Gak ada orang yang gak pe­ngin sukses, dan gak orang suk­ses tanpa diiringi usaha. Jadi kalau aku punya usaha, pasti aku bisa mencapai keinginanku Dil. Setiap kita punya keinginan, kita harus punya tekad yang besar,” jawabku menegaskan.

Mendengar kata itu, aku bu­kan langsung putus asa, tapi semakin termotivasi untuk bisa pergi ke negeri impianku itu. Aku akan buktikan kepada orang yang sudah meremehkan keinginanku. Dan meskipun aku sekarang masih SMP tapi kau akan buktikan prestasiku bahwa aku bisa mencapai keinginan ku, danakan membanggakan kedua orangtua yang sudah membe­sarkan ku.

Jika kalian ingin menggapai cita-cita kalian, kalian jangan cepat putus asa. Jika ada orang yang merendahkan impian ka­lian, jawab dengan rendah hati. “Bukan impianku yang terlalu tinggi, tapi cara kalian berpikir yang terlalu rendah,” (Penulis adalah siswa SMP Negeri 1 Pantai Labu)

()

Baca Juga

Rekomendasi