DODOL merupakan salah satu kuliner khas Sipirok, pada awalnya diproduksi secara musiman, namun seiring perjalanan waktu, kini sudah diproduksi secara rutin setiap hari oleh warga setempat.
Makanan cemilan ini biasanya akan semakin marak menjelang Lebaran (Idulfitri). Tujuannya adalah untuk disajikan kepada tamu yang datang berlebaran ke rumah-rumah warga. Karena kebiasaan turun-temuruan di daerah ini, pada Hari Raya Idulfitri banyak perantau yang pulang kampung.
Usai Lebaran, saat mereka kembali ke tempat asalnya, maka buah tangan atau oleh-oleh yang diberikan warga setempat kepada para tamu yang datang tersebut adalah dodol yang dikemas dalam wadah yang terbuat dari anyaman daun pandan, yang biasa disebut sumpit.
Proses produksi dodol sipirok masih menggunakan pola tradisional dengan mengandalkan tenaga manusia. Penggunakan tenaga manusia mulai dari proses pengadonan bahan-bahan, proses mengaduk dodol dalam belanga hingga pengemasannya.
Adapun komposisi bahan yang digunakan untuk memproduksi dodol terdiri dari gula aren, sari santan kelapa, tepung ketan, garam secukupnya dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut dipilih dari kualitas terbaik, sehingga menghasilkan cita rasa yang enak. Proses memasak dodol dilakukan dengan mencampur seluruh bahan-bahan dalam kuali besar, lalu dipanaskan diatas bara api dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utama.
Apabila menilik sejarah dodol di sipirok, beberapa sumber mengatakan, sejak dahulu hingga sekarang dodol sudah ada di daerah ini, dan menjadi makanan khas masyarakat. Ketersediaan dodol didukung oleh banyaknya bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksinya seperti kayu bakar, tepung ketan dan gula aren.
Gula aren merupakan salah satu sumber utama pembuatan dodol. Tanaman aren atau pohon nira mudah dan banyak tumbuh di daerah ini yang dapat menghasilkan gula aren dalam jumlah besar.
Namun sayang, teriring dengn perkembangan bisnis kulang kaling terutama dalam 5 tahun terakhir, pemilik pohon aren banyak yang mengalih fungsikan pohon aren menjadi penyedia bahan kulang kaling, sehingga berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produksi gula aren dari sipirok.
Potensi
Kini…, dodol sipirok tidak lagi sebatas konsumsi masyarakat lokal tapi sudah menjadi kuliner khas yang diburu konsumen external. Untuk memenuhi permintaan konsumen dari berbagai daerah, beberapa pemilik industri melakukan perubahan kemasan dari model sumpit menjadi kemasan kotak.
Dalam kemasan kotak, dicantumkan komposisi bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan dodol, memuat tulisan halal dan batas tanggal konsumsi produk.
Dengan adanya komposisi tersebut membuat tampilan semakin cantik dan menarik hingga membuat konsumen merasa yakin dengan hygienitas dan kehalalannya. Dalam kemasan sumpit keterangan yang demikian tidak tercantum.
Mengingat pentingnya fungsi kemasan, beberapa industri dodol di sipirok sudah menggunakan kemasan kotak seperti, dodol rahmat dan dodol rezki.
Kemasan dodol dalam kotak biasanya untuk konsumen external sedangkan untuk konsumen internal umumnya tetap dengan kemasan sumpit karena harga jual lenih rendah dibanding dengan kemasan kotak.
Jadi, dodol diproduksi dalam dua kemasan yaitu dalam kemasan sumoit dan dalam kemasan kotak. Kian dinamisnya prilaku konsumen, produsen dodol sipirok juga meresponnya secara positif. Bisnis online yang semakin berkembang menjadi salah satu media pemasarannya.
Berdasarkan wawancara dengan bapak Samsul Siagian pemilik dodol Rahmat, “permintaan konsumen terhadap dodol Rahmat kini sudah memasuki era online misalnya dari Batam bahkan ada yang dari Papua. Sudah pernah melakukan pengiriman melalui JNE, namun ongkosnya terlalu mahal.
Tapi bagi konsumen tidak menjadi masalah yang penting bagi mereka adalah dapat menikmati cita rasa dodol sipirok’. Besarnya minat konsumen untuk mencicipi cita rasa dodol sipirok terutama oleh putra/putri sipirok diperantauan disebabkan cira rasanya yang khas.
Dalam bisnis kuliner ada peribahasan yang mengatakan, lidah bisa berbohong tapi rasa tidak bisa dibohongi. Oleh karenanya, cita rasa dodol sipirok supaya dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan baik dari segi kemasan maupun pelayanannya sehingga menjadi identitas khas kuliner daerah. (twh)