Saat Perubahan Iklim Terjadi

Homo Sapiens Kalahkan Neanderthal

HOMO (istilah bahasa Latin yang ber­arti "manusia") adalah genus dari Kera be­sar yang terdiri dari manusia modern dan kerabat dekatnya. Genus ini diper­ki­rakan berusia sekitar 2,3 hingga 2,4 juta ta­hun, kemungkinan berevolusi dari lelu­hur australopithecine, dengan munculnya Homo habilis.

Beberapa spesies, termasuk Aus­tra­lo­pithecus garhi, Austra­lopithecus sediba, Aus­tralo­pithecus africanus dan Australo­pi­thecus afarensis, telah diajukan sebagai tu­runan langsung dari garis keturunan Homo.

Setiap dari spesies tersebut memiliki fitur-fitur morfologi yang mensejajarkan me­reka dengan Homo, tetapi tidak ada kon­sensus mana yang sebenarnya mem­beri kemunculan pada Homo.

Sementara itu, Neanderthal adalah ang­­gota genus Homo yang telah punah dan berasal dari zaman Pleistosen. Spe­si­mennya ditemukan di Eurasia, dari Eropa Barat hingga Asia Tengah dan Utara. Spe­sies ini dinamakan Neandertal sesuai de­ngan lokasi tempat pertama kali dite­mukan di Jerman, Neandertal atau Lem­bah Neander.

Neanderthal dapat diklasifika­sikan se­bagai subspesies manusia (Homo sapiens neanderthalensis) atau spesies yang berbeda (Homo neanderthalensis). Jejak proto-Neanderthal pertama muncul di Eropa 600.000–350.000 tahun yang lalu.

Dari pemaparan di atas, kini sebuah pe­nelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Procee­dings of the National Academy of Sciences, mengungkapkan bah­wa pergantian dua periode dari dingin menuju kering menjadi pemicu punahnya spesies Nean­derthal.

Perkiraan waktu hilangnya Neanderthal sekitar 40.000 tahun yang lalu, ter­nyata terjadi bersa­maan dengan mulainya pe­riode dingin. Tidak hanya itu, meng­hilang­nya Neanderthal juga di­ikuti peris­tiwa munculnya spesies Homo Sapiens yang hanya ber­jarak beberapa ribu tahun. Na­­mun, peneliti masih belum dapat me­mas­tikan apakah periode dingin tersebut mengakibatkan Neanderthal mati atau hanya berpindah tempat.

Masih banyak lagi fak­tor

Perdebatan kemudian muncul dari ka­langan ilmuwan. Seba­gian peneliti me­yakini bahwa peru­bahan iklim berperan jauh dalam kepunahan Neanderthal. Na­mun, sebagian lainnya meyakini bahwa penyakit epidemi hingga penda­tang baru adalah faktor yang berperan dalam hal ini.

Sejalan dengan perdebatan ini, Michael Staubwasser dari Univer­sity of Cologne di Jerman, mela­kukan penelitian dengan meman­faatkan data iklim, arkeologi, dan ekologi yang ada, serta menam­bahkan in­di­kator baru berupa iklim purba dari studi dua gua di Rumania.

Penelitian tersebut menyoroti dua periode, yaitu dingin dan kering. Periode pertama dimulai sekitar 44.000 tahun yang lalu dan berlangsung sekitar 1.000 tahun. Sedangkan periode kedua mulai sekitar 40.800 tahun yang lalu dan berlangsung enam abad.

Kejadian tersebut sesuai dengan pe­riode ketika artefak dari Neanderthal meng­hilang dan tanda-tanda Homo Sapiens mun­cul di situs-situs dalam lembah Sungai Danube dan di Prancis.

Pergeseran iklim tersebut ber­dampak pada hutan yang tergan­tikan dengan pa­dang rumput. Homo Sapiens, sebagai penda­tang baru diketahui lebih mampu untuk beradaptasi dengan ling­kungan baru itu daripada Nean­derthal.

Menanggapi penelitian terse­but, Kate­rina Harvati, ilmuwan dari Universitas Tue­bingen di Jerman mengatakan pene­litian tersebut sangat membantu untuk mengetahui data iklim baru dari Eropa tenggara. Wilayah yang men­jadi area persebaran Homo Sapiens.

Namun, Harvati masih mera­gu­kan ten­tang Neanderthal yang menghilang dan Homo Sapiens muncul pada masa yang ditun­juk­kan para peneliti. Me­nurutnya, bukti yang ditunjukkan pada penelitian tersebut masih terbatas dan terbuka untuk diperdebatkan.

Sedangkan Chris Stringer dari Natural History Museum di Lon­don mengatakan bahwa peneli­tian tersebut menampilkan kasus yang bagus untuk dampak peru­bahan iklim pada Neanderthal. Meski begitu, menurutnya masih banyak lagi faktor yang menye­babkan hilangnya Neanderthal. (ngi/wkp/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi