Menteri ESDM Ignasius Jonan:

PLTMG Nias Beroperasi Awal 2019

Gunung Sitoli, (Analisa). Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Mobile Power Plant (MPP) 25 MW (EPC PLN) yang saat ini tengah dibangun di Idanoi, Gunung Sitoli, Nias, akan beroperasi (COD) pada awal 2019.

Demikian Menteri ESDM Ignasius Jonan saat meninjau progres pem­bangunan pembangkit di Nias, Kamis (6/12).

Jonan pun mengharapkan kepada PT PLN (Persero) dan kontraktor pem­bangkit itu, untuk mempercepat pem­bangunan PLTMG MPP 25 MW tersebut.

Hadir Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu, Direktur Bisnis Regional Sumatera PT PLN (Persero) Wiluyo Kusdwiharto, GM PLN UIW Sumut Feby Joko Priharto, GM PLN UIP Sumbagut Octavianus Padudung dan GM PLN Kitsbu Bambang Is.

Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN Wiluyo Kusdwiharto mengata­kan keberadaan PLTMG MPP 25 MW tersebut dibutuhkan Nias saat ini untuk mendukung operasional pem­bangkit MPP Nias 1x25 MW. SL

Selama ini jika terjadi gangguan pada MPP 1x25 MW itu, maka sistem Nias akan berpotensi mengalami kon­disi defisit, atau disebut dengan tidak memenuhi kriteria N-2 pada sistem isolated.

"Jadi solusi terhadap kendala ini ialah kami sedang membangun pem­bangkit gas

lain (PLTMG) dengan unit size yang lebih kecil, yaitu 5x5 MW, sehi­ngga N-2 dapat terpenuhi. Pembang­kit tersebut ditargetkan akan beropera­si pada awal 2019," jelas Wiluyo.

Siap

Sementara itu, General Manager PLN UIW Sumut Feby Joko Priharto mengatakan kesiapan pihaknya untuk memberikan layanan listrik bagi masyarakat rumah tangga maupun pelaku usaha.

"Kami persilahkan pemerintahan di Kepulauan Nias ini mengundang para investor berinvestasi di Nias. Listrik kita saat ini ada dan akan terus meningkat di tahun mendatang. Kami siap memberikan layanan terbaik bagi investor, agar juga hadirnya keandalan listrik di Nias mendorong pertum­buhan ekonomi," tambah Feby.

Sebelumnya, Pemerintah melalui PT PLN (Persero) terus berupaya melakukan pemerataan pemba­ngun­an di kepulauan-kepulauan di seluruh Indonesia, termasuk Kepu­lauan Nias, Sumatera Utara.

Sistem Nias merupakan sistem isolated yang tidak terhubung dengan grid Sumatera. Karenanya, PLN akan mengembangkan lagi kelistrikan di Nias menambah daya dari yang ada saat ini.

Rencana pengembangan kelistrik­an itu diantaranya pembangunan Pem­bangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Mobile Power Plant (MPP) 25 MW (EPC PLN) dan ditargetkan beroperasi (COD) awal tahun 2019.

Kemudian sesuai Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik 2018, PLN juga akan membangun PLTMG Nias 2 dan 3 berkapasitas total 50 MW pada tahun 2020, tahun 2021, dan tahun 2024.

Selain itu, direncanakan pe­ngem­­­ban­gan potensi biomass dan PLTS yang saat ini sedang dalam tahap studi olehITS. Kemudian juga akan diusulkan pembangunan GI 70 kV Nias Utara dan Nias Barat untuk memperkuat sistem tegangan tinggi di Nias.

Rencana pengembangan kelistrik­an di Nias itu diungkapkan Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN Wiluyo Kusdwiharto dihadapan Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu dan Bupati Nias Utara Marselinus Ingati Nazara di Sitolu Ari Nias Utara. Saat ini total beban puncak di Nias 31,6 MW dengan total daya mampu pem­bangkit sebesar 57,2 MW, sehi­ngga terdapat cadangan daya sebesar 25,6 MW.

Pasokan utama daya di Nias berasal dari PLTG MPP (PLN Batam) 25 MW, PLTD PLN 8,2 MW dan PLTD sewa 24 MW.

Dominasi

Kosumen listrik di Nias masih didominasi konsumen rumah tangga sebesar 94%. Selebihnya adalah bisnis 2%, sosial 3% dan publik 1%. Seluruh konsumen dilayani Unit PLN Pelak­sana Pelayanan Pelanggan (UP3) Nias, yang didukung 3 Unit Layanan Pe­langgan, yaitu Teluk Dalam, Gunung Sitoli dan Nias Barat.

Disebutkannya juga sistem kelis­trik­­an Nias cukup mengalami perkem­bangan yang signifikan. Jika diban­dingkan antara tahun 2014 dengan tahun 2018, jumlah pelanggan meningkat 24% dari 77,3 ribu menjadi 95,9 pelanggan.

Meningkatnya jumlah pelanggan berimbas pada peningkatan penjualan sebesar 14% dari97,9 MWh menjadi 100,4 MWh dan kapasitas pembang­kit juga bertambah 37% dari 41,7 MW menjadi 57,2 MW. Jumlah desa berlistrik bertambah dari 330 menjadi 669 desa, dan rasio elektrifi­kasi bertambah dari 36,2% menjadi 53,9%.

Penambahan signifikan juga terjadi sehubungan dengan beropera­sinya sistem tegangan tinggi di Nias.

Kapasitas gardu induk saat ini menjadi 90 MVA dengan panjang transmisi 70 kV 192,6 kms.

Sedangkan panjang JTM mening­kat 25% dari 956 kms menjadi 1.194 kms, JTR meningkat 23% dari 906 kms menjadi 1.118 kms dan jumlah trafo distribusi bertambah dari 912 menjadi 1.302 buah dengan kapasitas total mencapai 88 MVA.

Wiluyo menambahkan saat ini jumlah desa yang ada di Nias sebanyak 950. Sebanyak 669 desa di antaranya sudah berlistrik. Sehingga rasio desa berlistrik sebanyak 70,4% dan rasio elektrifikasi saat ini 53,85%. Pada akhir 2018, ditargetkan RD sebesar 85% dan RE 54%, dan tahun 2019 ditargetkan seluruh desa sudah berlistrik (RD=100%) dan RE 66%.

Dia menyebutkan kendala dalam pemenuhan rasio elektrifikasi dan peningkatan rasio desa berlistrik ialah infrastruktur jalan yang kurang memadai, tidak adanya jembatan penghubung antar desa, serta banyak­nya pohon yang sulit dite­bang. Kon­disi-kondisi itu menye­babkan sulitnya mobilisasi peralatan untuk pemba­ngun­an sarana kelistrikan. (aru)

()

Baca Juga

Rekomendasi