Oleh: dr. Rahmad Gunawan.
Di dunia, kematian akibat cedera (trauma) pada tahun 2000 mencapai 5 juta orang. Beban akibat trauma lebih berat lagi, diperkirakan 12% akibat beban dari seluruh penyakit yang ada. Kematian akibat Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) diduga berjumlah 1 juta orang setiap tahun, 20 juta sampai 50 juta cedera berat. Ini merupakan penyebab utama kematian akibat trauma.
Di negara berkembang, termasuk Indonesia dengan kelompok usia 1-44 tahun menjadi kelompok usia terjadinya kematian akibat KLL bermotor. Saat ini diprediksi pada tahun 2020, diperkirakan 1 diantara 10 orang akan meninggal akibat cedera. Hal ini tentu akan diikuti dengan konsekuesi pengeluaran pembiayaan yang besar untuk perawatan dan pemulihan medis pada pasien akibat cedera tersebut. Serta dampak nonmaterial yang harus diterima orang yang mengalami cedera serta dampak sosial ekonominya yang juga terganggu, seperti resiko pemecatan dari tempat kerja, kecacatan, biaya yang harus dikeluarkan perusahaan, dan kehilangan nyawa akibat cedera yang dialami.
Kondisi-kondisi tersebut tentunya akan membuat kita lebih berhati-hati terhadap resiko cedera yang mungkin bisa dialamai oleh siapa saja, sehingga kita memerlukan jalan solusi terhadap apa pertolongan pertama yang bisa kita lakukan agar dapat mengurangi dampak kesakitan ataupun dampak kematian pada kasus cedera yang dialami. Hal ini juga membuat mengapa pertolongan pertama pada cedera sangat penting diketahui.
Ada pola pikir yang mengatakan, lebih baik mengetahui pertolongan pertama dan tidak memerlukannya, daripada memerlukan pertolongan pertama tetapi tidak mengetahuinya. Maka, setiap orang diharuskan mampu melakukan pertolongan pertama pada konsisi cedera, karena sebagian besar orang pada akhirnya akan berada pada situasi yang memerlukan pertolongan pertama untuk orang lain atau diri mereka sendiri.
Meskipun keterlambatan hanya beberapa menit saat seseorang mengalami cedera berat, dapat memberikan perbedaan antara hidup dan mati. Seumur hidupnya, sebagian besar orang hanya akan melihat satu atau dua situasi melibatkan keadaan yang mengancam nyawa. Menyelamatkan hidup penting, tetapi mengetahui apa yang harus dilakukan untuk kasus cedera (trauma) dapat memerlukan perhatian yang lebih besar serta latihan pertolongan pertama yang lebih banyak.
Dalam kasus cedera (trauma) yang terjadi, salah satu jenis trauma yang sering ditemui adalah kasus trauma patah tulang (fraktur). Hal ini membuat kita harus mempunyai pemahaman yang baik tentang apa itu trauma patah tulang (fraktur) serta penanganannya. Istilah patah tulang atau fraktur memiliki arti yang sama. Secara definisi fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang, secara umum terdapat dua jenis fraktur, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Menurut pengertiannya fraktur tertutup adalah tidak ada luka terbuka di sekitar tempat fraktur, sedangkan fraktur terbuka adalah adanya luka terbuka, dan ujung tulang yang patah dapat keluar menembus kulit.
Apa saja tanda fraktur yang dapat dikenali dengan segera, dapat disingkat dengan DOTS,
D (Deformitas), O (Open Wound) Luka, T (Tenderness) nyeri tekan, S (Swelling) pembengkakan dapat menunjukkan suatu tanda kemungkinan fraktur.
* Deformitas mungkin tidak jelas, maka bandingkan bagian yang cedera dengan bagian yang tidak cedera pada sisi lain.
* Luka terbuka dapat menunjukkan fraktur di bawahnya
* Nyeri tekan sering ditemukan hanya ditempat fraktur. Korban biasanya dapat menunjuk tempat nyeri atau merasa nyeri bila di sentuh
* Pembengkakan disebabkan oleh perdarahan yang terjadi secara cepat setelah suatu fraktur terjadi.
Tanda-tanda fraktur lainnya juga dapat berupa:
* Korban tidak mampu menggunakan bagian yang cedera secara normal
* Rasa tidak nyaman atau gemeretak dapat dirasakan dan terkadang bahkan terdengar ketika ujung-ujung tulang yang fraktur saling bergesekan.
Lalu selanjutnya hal apa saja yang dapat kita lakukan dalam penanganan pertama pada fraktur?, pada korban yang mengalami cedera fraktur harus dilakukan evaluasi dan ditangani dengan cara yang sistematis, dengan menekankan penentuan prioritas penanganan berdasarkan sifat dan beratnya cedera. Penilaian awal berupa survei primer secepatnya pada jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi (Airway, Breathing, Circulation), kemudian tahap selanjutnya adalah penanganan terhadap cedera yang dialami, berupa tindakan:
1. Buka dan periksa area tempat cedera.
* Cari deformitas, luka terbuka, memar, dan pembengkakan
* Rasakan area yang cedera untuk memeriksa adakah deformitas dan nyeri tekan saat disentuh
* Tanyakan apakah korban merasakan nyeri dan mampu menggunakan bagian yang cedera secara normal
2. Stabilkan bagian yang cedera untuk mencegah gerakan
* Ikuti tindakan pencegahan
* Jika layanan medis darurat segera tiba, stabilkan bagian yang cedera dengan tangan anda sampai mereka tiba
* Jika layanan medis darurat terlambat, atau jika anda membawa korban keperawatan medis, stabilkan bagian yang cedera dengan pemasangan bidai
3. Jika cedera adalah fraktur terbuka, jangan mendorong tulang yang tampak keluar. Tutup luka dan tulang yang terpajan dengan kassa steril. Tempelkan gulungan kassa di sekitar tulang, dan perban cedera tanpa menekan tulang.
4. Kompres dengan es atau kantong dingin jika memungkinkan untuk membantu mengurangi pembengkakan dan nyeri
5. Cari pertolongan medis. Hubungi layanan medis darurat setempat untuk setiap menjumpai korban cedera ataupun fraktur.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa jika korban mengalami fraktur maka kita perlu menstabilkan bagian yang cedera dengan pemasangan bidai, maka berikut ini merupakan panduan pemasangan bidai yang cukup mudah diaplikasikan dalam penangan cedera fraktur:
* Tutup setiap luka terbuka dengan kassa kering sebelum pemasangan bidai
* Gunakan bidai hanya jika tidak menyebabkan nyeri lanjutan pada korban
* Lakukan pembidaian pada area yang cedera pada posisi tegak
* Bidai sebaiknya memanjang melebihi sendi di atas dan dibawah alat gerak yang fraktur
* Pasang bidai secara kuat tetapi tidak terlalu kencang yang bisa mempengaruhi aliran darah ke alat gerak
* Tinggikan alat gerak yang mengalami fraktur
* Kompres dengan es atau kantong dingin untuk mengurangi pembengkakan dan nyeri
Semoga apa yang kita lakukan pada pertolongan pertama untuk korban yang cedera fraktur dapat memberikan dan mengurangi dampak kesakitan dan mengurangi resiko kematian yang dapat terjadi.