Wisata Rohani di Taman Bukit Gibeon

Oleh: Muhammad Ali, MLS

BUKIT Gibeon telah disulap menjadi sebuah taman yang tertata rapi. Selain air terjun dan kolam renang nan indah, sebagian bukit tersebut telah ditanami dengan tanaman serba guna. Bukit ini juga sebagai objek wisata rohani bagi umat Kristiani atau biasa disebut Pusat Seminari Bukit Gibeon (PSBG)

Objek Wisata Bukit Gibeon berada di Desa Par­saoran Sibisa, Kecamatan Ajibata, Sionggang Utara, Lumban Julu Kab. Toba Samosir. Lokasi ini sangat mudah dijangkau, hanya sekitar 8 kilo­meter dari Parapat menuju arah ke Porsea.

Gapura besar terletak di sebelah kanan jalan bertulis­kan Bukit Gibeon, setelah melewati sebuah pasar tradisional dengan jalan yang berlobang kemudian terdapat pintu gerbang masuk dengan pen­jagaan sangat rapi dan pengunjung harus mem­bayar Rp.15.000.- dewasa dan Rp.10.000 anak-anak (Sabtu dan Minggu). Untuk hari lainnya Rp.12.000 dewasa dan Rp.6000.- anak-anak.

Kemudian sekitar 500 meter dari gardu pertama, ada gardu kedua untuk merobek karcis kita untuk memastikan kesesuaian antara banyaknya karcis dan orang. Sedangkan untuk parkir kenderaan roda empat dikutip biaya Rp.5.000.- dan roda dua Rp.2.000.-

Objek wisata rohani dan Air Terjun Bukit Gi­beon dirancang dengan sangat teliti sehingga pe­ngunjung bisa menikmati bermacam-macam wi­sata sekaligus. Alam pedesaan yang masih kental dengan udara segar yang berhembus membuat pengunjung terbuai udara nan sejuk itu.

Air terjun yang indah dan bersih bercahaya bak cermin jatuh dengan derasnya dari Bukit Gibeon ini. Dengan memanfaatkan air dari air terjun ini dibuatlah tiga kolam renang beraneka ukuran dan kedalaman. Pengunjung yang membawa anak-anak bisa memilih kolam renang yang dangkal sehingga keluarga bisa menikmati suasana nyaman di dalam air. Sirkulasi air di kolam renang ini cu­kup lancar karena air dari air terjun langsung ma­suk ke kolam dan begitu juga air di keluarkan.

 Selain kolam renang dan taman bermain juga tersedia Rumarh Do’a, Gereja, altar-altar dan fasilitas lain untuk umat Kristiani, sehingga setiap hari Minggu tempat ini ramai dikunjungi untuk berwisata dan berdo’a.

Sejak diresmikan 14 Mei 2016 hingga kini tem­pat ini manjadi favorit untuk dikunjungi khu­susnya bagi wisatawan lokal dan ada juga wisa­ta­wan asing yang berkunjung ke air terjun dan me­manfaatkan rumah do’a ini untuk kegiatan keagamaan.

Pebukitan yang luasnya ratusan hektar ini seba­gian belum terjamah, tetapi sebagian telah ditanami kopi Ateng yang tertata rapi. Ada juga tanaman se­musim seperti jagung dan ada juga jeruk, jambu dan lainnya. Sekilas dapat dilihat bahwa taman ini dirawat secara profesional, sangat bersih semua tertata dengan baik. Kantin – kantin yang dibangun tidak jauh dari kolam renang cukup nyaman dan bersih. Tempat sampah terdapat di banyak tempat sehingga tidak ada alasan membuang sampah sem­barangan. Harga makanan di kantin sepertinya terkontrol sehingga tidak membuat pembeli jera. Managemen seperti ini yang patut dicontoh untuk tempat wisata lain agar kesinambungan objek bisa dipertahankan.

Tidak ada gading yang tak retak, itulah kata pe­patah. Ketika memasuki gerbang pertama G­a­pura Bukit Gibeon, pengunjung langsung diterima dengan jalanan macet karena setiap minggu ada pa­sar tradisional dan para pedagang menjual da­gangan di badan jalan.

Bagi bus pariwisata selalu agak sukar melewati pasar ini sehingga membuat macat, ditambah lagi jeleknya infrastruktur jalan membuat mobil-mobil kecil harus ekstra hati-hati. Tetapi setelah mema­suki area Bukit Gibeon jalanan sudah mulus mak­lumlah jalan swasta. Diharapkan pemerintah Ka­bu­paten Tobasa dapat mengatur pasar tradisional ini demi kelancaran perjalanan Wisata. Selain itu jalan ini juga adalah akses menuju lapangan terbang Sibisa sehingga pengaturan pasar dan per­baikan jalan sangat dibutuhkan.

Bukit Gibeon ini sebenarnya adalah Pusat Se­minari dan Sekolah Misionaris/ Sekolah Pendeta. Rumah Do’a yang berada di sini disebut dengan Rumah Do’a Segala Bangsa karena banyaknya wisa­tawan yang datang baik dalam negeri maupun luar negeri. Menurut cerita para pekerja di objek wisata ini dan hasil penelusuran melalui internet bahwa kawasan ini adalah milik pengusaha lokal almarhum D.L. Sitorus.

Mari menikmati keindahan alam dengan nuansa hutan dan tanaman semusim yang ditumpang sari dengan tanaman lain. Lokasi ini sebaiknya dileng­kapi dengan fasilitas outbound seperti flying fox dan lainnya agar dapat dimanfaatkan oleh pencinta alam, pegawai pemerintahan dan swasta untuk kegiatan yang berhubungan dengan alam. ***

()

Baca Juga

Rekomendasi