Oleh: H Harun Keuchik Leumiek.
DALAM suatu kunjungan ke Yogyakarta belum lama ini, Analisa berkesempatan mengunjungi Desa Kumang, Kecamatan Cipogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Di desa ini terdapat beberapa unit usaha kerajinan tembaga dan kuningan. Di antara beberapa unit usaha tembaga-kuningan itu, salah satu yang terbesar, pusat kerajinan tembaga dan kuningan di Kumang ini adalah milik Haslian SE (51).
Untuk menjangkau desa pusat kerajinan tembaga dan kuningan ini, mobil yang membawa Analisa dari kota Yogya ke Kumang, kami menempuh jalur melalui Klaten dengan kondisi jalan dua jalur yang sangat mulus. Setelah melewati Klaten untuk menuju Boyolali, barulah mulai menyusuri jalan yang sedikit agak kecil.
Menuju Desa Kumang dari kota Kecamatan Cipogo harus melewati jalan yang sangat sempit dengan kondisi jalan naik turun yang belum bagus dan sedikit berkelok-kelok.
Dari Boyolali juga bisa terhubung Semarang-Solo. Solo dikenal sebagai sentral penghasil sayur hijau yang segar dan murah. Sedangkan Kecamatan Cipogo, Boyolali yang menjadi tujuan, selain dikenal sebagai sentral kerajinan tembaga juga ditetapkan sebagai destinasi agrowisata sapi perah, penghasil keju, yogurt, susu dan steik susu. Jarak Boyolali ke Cipogo sekitar 13 kilometer.
Sekilas, Boyolali agak mirip Selandia Baru sebagai negara penghasil susu dan daging sapi terbesar. Kemiripan itu terlihat di kota Bayolali yang banyak terdapat patung-patung sapi di hampir setiap sudut kota sebagaimana terlihat di Selandia Baru.
Sampai di Kumang, Analisa langsung menuju tempat usaha “Berkah Tembaga” milik Haslian. Usaha yang terdapat dalam kawasan perumahan penduduk ini, bangunan usahanya boleh dibilang cukup besar dengan jumlah tenaga perajinnya sebanyak 20 orang.
Dua puluh perajin itu memiliki keahlian masing-masing dalam bidang pahatan logam. Mulai dari ahli ukir, desain, dan ahli merangkai berbagai bentuk kerajinan, seperti membuat kubah masjid, lampu hias, desain pintu masjid seperti pintu Kakbah, hiasan tiang masjid dan berbagai hiasan interior bangunan lainnya menurut kesukaan pesanan konsumen.
Usaha kerajinan tembaga dan kuningan milik Haslian ini adalah usaha industri rumahan yang sudah merupakan regenerasi dari aktivitas keluarga.
“Usaha kerajinan logam-kuningan ini terus kami pertahankan dari generasi ke generasi sebagai rasa penghargaan kami terhadap warisan budaya Indonesia dalam bidang seni ukir tembaga dan kuningan,” kata Haslian yang didampingi Kepala produksi, Rahmad Wiyono (33).
Di bengkel tembaga dan kuningan milik Haslian, terlihat seluruh tenaga perajin terus bekerja secara tekun dengan mengukir dan memahat lempengan-lempengan tembaga dan kuningan untuk pembuatan kubah masjid dan lampu hias pesanan dari Malaysia. Mereka memahat sambil duduk. Satu lempengan tembaga atau kuningan ada yang dikerjakan oleh dua tenaga perajin sekaligus.
Kedatangan penulis ke tempat usaha kerajinan tembaga dan kuningan milik Haslian di Desa Kumang Cipogo Boyolali ini adalah untuk memesan beberapa lampu hias, ukiran untuk tiang masjid, ukiran pintu untuk masjid yang sedang dibangun di Desa Lamseupeung, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh.
Hingga mancanegara
Haslian yang telah membuka usaha kerajinan ini sekitar 15 tahun lalu, katanya, mengaku banyak menerima pesanan dari dalam dan luar negeri. Kalau dari Aceh, dia menyebutkan, daerah-daerah yang telah memesan kepada pihaknya antara lain dari Kabupaten Bireuen, dan Simeulue.
Dia juga menerima pesanan dari berbagai daerah di Indonesia. Misalnya, paparnya, menerima pesanan ukiran dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Papua, Nusa Tenggara Timur, Riau, Jambi, dan Lampung.
Sementara, dari luar negeri, akunya, pesanan datang antara lain dari Kuala Lumpur, Kuching, Johor Baru, Jepang, Australia dan negara-negara lainnya.
Menurut Haslian, bila ada pesanan, baik dari dalam maupun luar negeri, dia akan langsung datang ke lokasi untuk mengukur bentuk pesanannya sekaligus menaksir harganya. Setelah itu kedua belah pihak, pemberi dan penerima pesanan, membuat perjanjian kerja sama di atas kertas bermaterai.
Industri usaha kerajinan tembaga dan kuningan milik Haslian dikerjakan dengan tangan sehingga hasilnya memiliki nilai seni sangat tinggi. Itu sebabnya usaha industri kerajinan ini tidak pernah sepi dari pesanan, baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Pertimbangan pemesannya mungkin lebih disebabkan karena nilai seni tadi. Misalnya, lampu hias. Meski lampu hias ini banyak dijual di toko, termasuk hasil produksi pabrik modern dengan harga jauh lebih terjangkau, namun pemesan yang mengerti keindahan nilai seni, lebih memilih mengajukan pesanan pembuatan kepada Haslian. memang, karya itu dikerjakan secara manual, tapi karya seninya cuku mengagumkan.