Tanah Pinem, (Analisa). Reses anggota DPRD Sumut, Siti Aminah Br Perangin-angin meliputi wilayah Kabupaten Karo, Dairi dan Pakpak Bharat menampung sejumlah aspirasi masyarakat, termasuk masukan dari masyarakat Desa Sinarpagi, Kecamatan Tanah Pinem. Desa terisolir dan hidup masih seperti pada masa zaman batu.
Kurang mendapat perhatian pembangunan dari pemerintah. Sudah 72 tahun Indonesia merdeka, tapi hidup masyarakatnya belum masuk listrik dan jalan menuju desa semakin terisolir karena jalan menuju desa ini sampai kini terputus total, ujar Kepala Desa Sinarpagi Jamiher Tumanggor kepada anggota DPRD Sumut, Siti Aminah Peranginangin di lost Desa Jumaraja Dusun Barisen Kecamatan Gunung Sitember Kabupaten Dairi.
Pertemuan yang diselingi dialog dipandu Sekcam Kecamatan Gunung September Situngkir dan dihadiri utusan UPT Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provsu di Dairi Sianipar, Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura Sabar Pintubatu dari Berastagi. Termasuk kehadiran 8 Kepala Desa se-Kecamatan Gunung September (Kades Rantebesi, Laulebah, Batugunung, Gundaling, Kendit Lisang, Bukit Lau Kersik, Gunung September, Juma Raja. Juga tokoh masyarakat, tokoh agama berbagai gereja, masjid beserta ratusan masyarakat Desa Juma Raja.
“Sejak Indonesia merdeka, desa kami masih gelap gulita tanpa penerangan dari PT PLN. Jalan juga masih menggunakan jalan tanah dan bebatuan. Tapi jalan itu kini sudah putus total. Karena jembatan Rambing (jembatan gantung) yang dibangun sejak zaman Belanda tidak dapat lagi dilalui kendaraan roda dua maupun pejalan kaki,” ujar Tumanggor.
Jika masyarakat Sinarpagi ingin berurusan ke ibukota kecamatan di Tanah Pinem, terpaksa melalui jalan Kecamatan Siempatnempu Hilir - Kecamatan Brampu-Kecamatan Lae Parira- Sidikalang- Tanahnah Pinem dengan jarak tempuh 80 km.
Kalau Pemkab Dairi memperbaiki jembatan Rambing atau menggantinya dengan jembatan permanen, sudah pasti Desa Sinarpagi tidak akan terisolir. Karena jarak tempuh ke ibukota kecamatan hanya berjakar 7 km melalui jalan Lau Gunung-Pamah-Kecamatan Taneh Pinem via jembatan Rambing, tandasnya.
Berkaitan dengan itu, Tumanggor bersama seluruh masyarakat Desa Sinarpagi meminta kepada Siti Aminah Peranginangin untuk mengingatkan Pemkab Dairi agar tidak “menganak-tirikan” desa mereka yang tidak pernah menikmati hasil kemerdekaan Indonesia.
“Sudah beberapa kali kami buat surat permohonan kepada Pemkab Dairi, agar desa termiskin Sinarpagi diperhatikan. Tapi hingga kini belum ada perhatian. Desa kami seperti desa zaman batu, situasi gelap gulita tiap malam terjadi. Sarana infrastruktur jalan juga masih terisolir karena susah dijalani,” katanya.
Delapan kades se Kecamatan Gunung September yang hadir dalam pertemuan itu menyampaikan keluhannya menyangkut rusaknya infrastruktur jalan maupun minimnya tenaga pengajar di tingkat SD maupun SMP dan tingginya harga gas elpiji 3 kg seharga Rp26.000.
Berkaitan dengan itu, Siti Aminah berjanji akan menyampaikan keluhan masyarakat dan para Kades kepada Pemkab Dairi untuk segera merealisasikannya.”Jika Pemkab tidak juga memperhatikan keluhan masyarakat, saya akan usulkan agar pembangunan Jembatan Rambing dialokasikan dari dana Bantuan Keuangan Pemprovsu (BKP),” katanya. (alex)