Menelusuri Dunia Bawah Laut di Sabang

Oleh: Pearl Rein

Apa yang tidak terlihat, menjadi hal yang saya pikirkan. Kehidupan bawah laut yang misterius meng­gelitik rasa ingin tahu saya untuk menyelam ke dalam laut maha luas.

Saya dan beberapa rekan memutuskan untuk belajar menye­lam di Sabang karena bagi para penyelam, Sabang selalu menjadi destinasi favorit. Pulau kecil yang dikelilingi laut biru yang bersih menyuguhkan dunia bawah laut yang sungguh indah. Kami berangkat dari Medan melalui jalan darat.

Selama 12 jam perjalanan, saya menikmati pemandangan dari jalan lintas Sumatera. Jalan yang sudah mulus menambah semangat saya menuju kota Serambi Mekkah. Kami sampai di Kota Banda Aceh sebelum matahari sampai di ufuk mata dan segera ke Pelabuhan Ulee Lheue untuk naik kapal menuju ke Pulau Weh karena kapal pertama berangkat pada pukul 8 pagi.

Sesampai kami di Pulau Weh, kami menuju ke Pantai Iboih yang terletak di barat laut pulau. Pantai Iboih berdekatan dengan berbagai titik menyelam yang berbeda. Untuk menuju ke sana, kami menyewa mobil karena perjalanan ke Iboih ditempuh dengan mengitari Pulau Weh. Perjalanan sekitar 50 menit di jalan yang berliku terbayar dengan berbagai pemandangan tepi laut dan pulau – pulau nan indah. Jalanan dan perkotaan juga sangat bersih dan udaranya sangat segar.

Di sepanjang pesisir Pantai Iboih terdapat akses langsung ke laut dan ada banyak sekali dive center. Pilihan kami jatuh kepada dive center yang tertua di Sabang, karena mereka ber­asosiasi langsung dengan Professional Association Diving Instructors (PADI), institute terbesar di dunia sebagai pener­bit sertifikasi untuk menyelam. Sertifikat PADI sudah diakui di seluruh dunia jadi jika suatu hari kami berkesempatan untuk diving di belahan dunia yang lain, kami sudah mendapat izin resmi.

Kami belajar untuk tahap dasar menyelam, yaitu open water diver, dalam arti menyelam di air yang tidak berbatas, misalnya laut atau danau. Kebalikan dari pelatihan awal penyelam di air terbatas seperti kolam renang. Dalam open water diver, berarti penyelam memiliki akses vertikal langsung ke permu­kaan air yang bersentuhan dengan atmosfer bumi.

Bahasa Isyarat

Hari pertama pelajaran menye­lam dimulai dengan perkenalan tentang segala pengetahuan dasar diving, segala masalah dan solusi di dalam air. Semua itu kami pelajari melalui media video resmi dari PADI. Kami juga belajar bahasa isyarat agar tetap bisa berkomunikasi di dalam air.Masing –masing peserta akan menda­patkan buku asli PADI open water diver, yang memuat lengkap pelajaran teori dan soal – soal yang akan diujikan.

Hari kedua, dimulai dengan diskusi teori dan latihan dari buku manual. Kemudian kami diper­kenalkan dengan segala perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan saat diving. Dimulai dari pemilihan wet suit (baju menyelam), fins (sirip kaki), regulator (alat bantu nafas melalui mulut), weight belt (pemberat di pinggang), dan Bouyancy Control Device atau BCD (rompi yang berfungsi untuk membantu menja­ga kese­imbangan badan). Instruk­tur akan melakukan perkenalan alat dan fungsinya, dilanjutkan dengan cara pemasangan alat – alat ke tabung oksigen dan aplikasi ke badan masing – masing.

Tahap awal pelajaran praktek dimulai di air dangkal sedalam +/- 2 meter yang dekat dengan pesisir pantai. Latihan awal mencakup masalah – masalah kecil seperti latihan signal, cara mengambil regulator yang terlepas dari mulut, cara mencuci masker yang berembun di dalam laut, hingga cara membantu teman yang keha­bisan oksigen. Pelatihan ini memakan waktu hampir 2 jam. Di kedalaman ini, jumlah ikan yang berenang masih sedikit dan laut tidak berkarang, tetapi ombak tetap terasa. Selama belajar dan menung­gu giliran, kami wajib dalam posisi berlutut untuk memperta­ha­n­kan keseim­ba­ngan dari deru arus ombak.

Setelah sele­sai makan siang dan beristirahat, pelajaran dilan­jut­kan di lokasi berna­ma Rubiah Jetty, de­ngan kedalaman awal sekitar +/- 3Mtr. Di sini kami belajar tentang titik netral air dan cara untuk menyeimbangkan badan di dalam air. Salah satu latihan kecemasan yang kami lakukan adalah mengganti tabung oksigen yang kosong saat masih di dalam laut. Semua latihan yang berlangsung hampir 1 jam ini sangatlah penting untuk menjaga agar setiap penyelam bisa mengapung di air jadi tidak menginjak dasar laut dan merusak terumbu karang.

Di wilayah Rubiah Jetty, terdapat banyak sekali objek foto di dalam lautan, mulai dari Tugu Nol Kilometer, kerangka mobil dan sepeda motor, meja, sampai lapangan upacara bendera. Lapangan ini biasanya diper­gunakan untuk upacara Bendera dalam air oleh Pihak Ke­po­lisian Republik Indonesia untuk mem­peringati hari kemerde­kaan. Karena wilayah ini berdekatan dengan pesisir, air laut kurang jernih karena arus bawaan dari pantai.

Di sekitar tempat kami berlatih, batu karang terletak berjauhan dan dasar laut lebih dido­minasi pasir.Berbagai jenis ikan sudah mulai banyak jumlah dan jenisnya.Teripang, bintang laut dan bulu babi juga terlihat di beberapa titik. Pada saat menyelam, kewaspadaan sangatlah penting karena kita harus menjaga ekosistem di bawah lautandan juga keselamatan diri sendiri.

Pada saat kami belajar, terlihat beberapa ikan yang bisa menyerang untuk perlindungan diri, misalnya lion fish dan ikan buntal. Apabila kita berada di dekat mereka, cobalah untuk menghindar dengan berenang ke arah lain atau mengusir me­reka dengan halus. Biasanya ikan tidak akan menye­rang manusia apabila territorial mereka tidak terganggu. Terka­dang mereka menunjukkan sikap menyerang untuk melindungi telur – telur yang mereka tunggu untuk menetas. Ibarat seorang ibu yang mengasihi anaknya, ikan yang menjaga telur memiliki kewas­padaan lebih tinggi.

Untuk masalah yang lebih rumit, kami pela­jari di hari ketiga dan keempat. Di hari terakhir, kami sudah harus mengerti segala teori dasar menyelam dan menangani masalah – masalah yang mungkin bisa terjadi di dalam air. Kami juga diberi pelatihan cara menolong rekan yang mendadak mendapatkan masalah saat berada di dalam air maupun setelah di permukaan.

Keindahan bawah laut di Sabang memang sungguh membuat kami semua terpesona.Ikan hias yang lebih beraneka ragam, belut laut (Moray Eel) dan ular laut bisa kami saksikan di wilayah ini.

Dinding lembah dipenuhi terumbu karang dengan jenis dan warna yang berbeda – beda. Pada beberapa koral yang keras terdapat ikan batu dan ular laut yang bersembunyi.

Di koral yang lembut dan lunak, terdapat berbagai ikan hias berukuran kecil dan berwarna warni.Kami berenang sambil menikmati berba­gai jenis ikan dalam jumlah yanglebih banyak lagi. Pada kedalaman 18 meter, kondisi laut masih terang karena tersinari oleh cahaya matahari.

Mengandalkan Kompas

Seiring kami menyelam, lembah yang landai membuat makin kami semakin jauh dari boat. Di saat seperti ini, kami mengandalkan kompas untuk kembali ke boat dan computer khusus untuk melihat sedalam mana kami sudah menyelam.

Pada saat saya sudah kembali ke boat, dari kejauhan saya melihat beberapa ekor ikan terbang yang melompat indah keluar dari laut maha luas.Biasanya ikan terbang bisa ditemukan di air jernih yang penuh dengan plankton dan berdekatan dengan daerah dengan massa air lebih tinggi (up welling).

Banyak lokasi wisata yang kami kunjungi setelah menyelam, seperti Tugu Nol Kilometer yang berada tepat di ujung paling barat Indonesia, gua sarang burung wallet, Benteng Jepang yang penuh misteri, Pantai Sumur Tiga, yang memiliki 3 sumur dengan air tawar walaupun terletak di tepi laut.

Sayangnya 2 diantara ketiga sumur ini sudah hancur diterpa badai Tsunami.

Untuk wisata bawah laut, ada lebih dari 30 titik diving di Sabang, 9 diantaranya bisa dije­lajahi oleh open water diver.Saya jadi memi­liki alasan lebih lagi untuk kembali ke Pulau Surga untuk para penyelam ini.

Apabila kita sudah memutuskan untuk menyelam, buatlah ketiga janji berikut dalam diri masing – masing, hanya boleh mengambil foto, hanya tinggalkan buih dan hanya meng­habiskan waktu. Kehidupan bawah laut yang indah dan rapuh patut dilestarikan agar menjadi warisan dan pelajaran untuk generasi men­datang. ***

()

Baca Juga

Rekomendasi