“Kenapa harus belajar? Karena dengan belajar, kita akan mengerti. Membiasakan diri atau melatihnya dengan terus mengingat Allah,” ujar Buya KH Amiruddin MS dalam tausiahnya di Rumah Kulliah Tasawuf Baitul Mustaqfirin Al Amir, Minggu (27/5), di Jalan Suluh Medan.
Buya menyebutkan, saat sakratul maut lidah akan keluh tidak bisa menyebut apa-apa, dan badan terasa kaku. Karenanya dalam tasawuf selalu diajarkan zikir sir, yakni zikir dengan hati. Posisi lidah ditekuk ke atas tanpa suara dan hanya hati yang berzikir menyebut kebesaran Allah.
Latihan ini secara terus menerus dilakukan sebanyak 5.000 kali dalam sehari usai melaksnakan salat fardu. Tujuannya membiasakan diri untuk terus melapaskan asma Allah. Sehingga saat menghadapi sakratul maut hati sudah terbiasa untuk berzikir.
“Sesungguhnya hanya dengan zikir napas gumpalan darah hitam yang menjadi istana iblis di dalam jantung akan hancur, setelah itu baru terpancarlah nur-qalbu dan kemudian terpancarlah pula makrifah hingga sesorang itu memakrifatkan dirinya dengan Allah Taala dan dapatlah diri rahasia Allah yang menjadi diri batin kita membuat hubungan dengan diri zatul haq Tuhan Semesta Alam”, ujar Buya yang juga Ketua Umum majelis zikir Tazkira Sumut dan pendiri Rumah Kulliah Tasawuf Baitul Mustaqfirin Al Amir.
Di bagian lain Buya menyebutkan, melalui zikir sir juga mampu melembutkan hati dari kerasnya sifat-sifat yang dimiliki setan. Para sufi telah merumuskan ada tujuh titik pada diri manusia yang tempat bersemayamnya sifat-sifat keburukan. Tujuh titik itu adalah, lathifah al qalbi, yaitu yang berhubungan dengan jantung jasmani. Letaknya dua jari di bawah susu kiri. Di sini tempat bersemayam sifat-sifat kemusyrikan, kekafiran, ketahayulan, dan sifat-sifat iblis.
Kedua, lathifatul al ruh, terletak dua jari di bawah susu kanan berhubungan dengan hati. Di sini tempat bersemayamnya sifat bahimiyah (binatang jinak) yakni sfat menuruti hawa nafsu. Kemudian lathifatul sirri, terletak dua jari di atas susu kiri. Tempatnya sifat binatang buas (sabiiyah) yakni sifat zalim atau aniaya, pemarah, pendendam.
Lathifah al khafi, terletak dua jari di atas susu kanan, dipengaruhi oleh limpa jasmani. Letaknya sifat-sifat pendengki, khianat, yaitu sifat syaithaniyyah yang membawa celaka dunia akhirat. Lathifah al akhfa, letaknya di tengah dada yang berhubungan dengan empedu jasmani. Letaknya sifat-sifat rabbaniyah seperti riya, takabur, ujub.
Selenjutnya lathifah al nafsal natiqa, terletak antara dua kening. Tempatnya nafsu amarah, nafsu yang mendorong kepada kejahatan. Lathifah kullu jasad, yakni yang mendominasi seluruh tubuh jasmani. Di sinilah terletak sifat-sifat jahil dan ghafah (lalai). “Semua sifat itu hanya bisa dikalahkan melalui zikir,” ujar Buya.
Pengajian ditutup dengan salat tasbih, zikir, dan muhasabah dipandu ustaz H Muhammad Sidiq SAg. (sug)