Hanya selang beberapa menit sejak kabar kecelakaan yang menewaskan dokter Burhan Samin M.Kes di Napoli, Italia, tersebar di sosial media pada Minggu 17 Juni, ratusan ungkapan duka, doa, simpati dan testimoni deras mengalir. Sebuah akun atas nama Agnes Ratna Beru Ginting menulis: RIP..trimasih dokter utk kebaikan yg dokter beri terutama utk pengungsi gunung sinabung.
Pemilik akun lain menulis: Turut berdukacita Dr Burhan, aku msh teringat thn 1993 engkau pernah menolong anakku dr kecelakaan, hr udh larut mlm, engkau bersedia datang, aku teringat sampe skrg, selamat jalan dokter yg baik, jasa mu selalu ku kenang.
Lalu pemilik akun atas nama Herlina Puteri menulis: Selamat Jalan Dokter Burhan. Semoga semua kebaikan mu membawamu ke alam bahagia. Saya selalu ingat kebaikanmu, kerjasamamu untuk membantu orang tak mampu yang sudah gratis berobat malah dapat uang beca lagi. Perhatianmu dan rasa khawatir mu saat saya sakit. Terimakasih Dokter yang bijaksana.
Melayani dengan hati
Dokter yang melayani pasien dengan welas asih, mungkin itulah julukan yang tepat untuk menggambarkan lakon hidup almarhum.
Namun tokoh wushu nasional asal Medan, Supandi Kusuma, lebih senang menyebutnya sebagai dokter yang melayani dengan hati. Setiap ada atlet wushu yang cedera atau sakit ia langsung turun tangan. Almarhum dokter Burhan Samin, tak menyoal masalah biaya.
Ketua Yayasan Sosial Angsapura, Tony Harsono, menuturkan, baru kurang lebih seminggu lalu Yayasan Sosial Angsapura mengadakan pengobatan gratis untuk pengungsi Sinabung.
"Dokter Burhan Samin rela meninggalkan prakteknya selama seminggu demi menjalankan misi kemanusiannya sebagai dokter," ujar Tonny Harsono. Hal ini dibenarkan Ketua Dewan Pembina Yayasan Sosial Angsapura, Djumin. Karena itu seluruh pengurus Yayasan Sosial Angsapura, mengaku sangat kehilangan putra terbaik yang mereka miliki, demikian ujar Djumin dan Tony Harsono.
Lapangan pengabdian dokter Burhan Samin memang luas. Ketua Pengprov Wushu Indonesia (WI) Sumut Darsen Song menyebutkan, sejak Yayasan Kusuma Wushu Indonesia (YKWI) berdiri, ia sudah terlibat membantu mengawal kesehatan para atlet wushu Sumut. Tak hanya saat mereka mengikuti kejuaraan, tapi juga saat mengikuti training center jangka panjang.
"Setiap kejurnas Wushu di Medan, beliau jadi anggota tim medis," tutur Darsen. Almarhum tak menyoal harus meninggalkan praktek pengobatannya di Jalan Wahidin. Ia dengan tulus hati mendampingi para atlet wushu sampai kejuaraan berakhir. Bahkan saat berobat ke tempat prakteknya pun, ia tak mau memungut biaya dari atlet wushu.
Atas pengabdiannya dalam olahraga wushu, Supandi Kusuma atas nama Pengprov WI Sumut pernah menganugerahkan medali emas kepada almarhum pada saat tahun 2014 lalu.
Tapi siapa sebenarnya dokter Burhan Samin itu?
Suami dari dokter Erna ini lahir di Deli Serdang pada 11 September 1953. Menamatkan pendidikan kedokterannya dari Universitas Methodist Indonesia (UMI) Medan. Almarhum adalah seorang PNS dan telah mengabdikan ilmunya sebagai dosen di almamaternya. Belum lama ini ia mendapat penghargaan dari Presiden Joko Widodo atas dedikasinya sebagai dosen yang telah mengabdi selama 30 tahun.
Supel
Supandi Kusuma, yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni Sutung/ Sutomo menyebut bahwa almarhum adalah alumni Sekolah Sutomo tahun 1972. Almarhum juga salah seorang pendiri Ikatan Alumni Sutung/Sutomo. Dalam kepengurusan periode 2017 - 2020, dokter Burhan Samin menjabat sebagai Wakil Ketua Umum I.
"Almarhum sangat aktif terlibat dalam kegiatan Ikatan Alumni Sutung/Sutomo. Ia tak segan meninggalkan prakteknya saat harus mengikuti rapat,"ujar Supandi Kusuma. Ia memuji almarhum sebagai pengurus organisasi yang penuh dedikasi dan luwes dalam bergaul.
"Pak Burhan dengan cepat bisa beradaptasi dengan pengurus yang lebih muda,"ujarnya. Sikap supel itu antara lain diperlihatkan dengan gaya bicaranya yang ramah, santun dan kadang penuh humor.
Soal sikap welas asih almarhum, terutama saat mengobati pasien miskin, baik Supandi Kusuma, Sofyan Tan, Djumin, Tony Harsono, dan Darsen Song tak menampik. Juga Tarman Hartono, mantan Ketua Dewan Gubernur Lions Clubs Indonesia.
Almarhum menurutnya adalah salah seorang pendiri dan Charter President Lions Club Medan Angsapura. Di Yayasan Sosial Angsapura sendiri, almarhum menjabat sebagai Sekretaris Dewan Pembina. Menurut Tarman Hartono, almarhum terlibat aktif membina olahraga tenis meja dan catur.
Beberapa kejuaraan veteran tenis meja pernah dimenangkannya. Tanggal 14 Juni adalah hari terakhir Tarman Hartono berkomunikasi dengan almarhum.
"Waktu itu dari Bandara Kualanamu, beliau menelpon dan mengajak berbincang tentang perkembangan Yayasan Sosial Angsapura," ujar Tarman Hartono. Karena itu ia nyaris tak percaya ketika tanggal 17 Juni ia mendapat kabar dokter Burhan Samin meninggal dalam kecelakaan di Napoli.
Ungkapan senada juga diungkapkan Sofyan Tan saat dihubungi Senin sore (18/6).
"Saya benar-benar kaget dan nyaris tak percaya mendengar kabar duka itu. Suara senior saya itu masih terngiang-ngiang di telinga saya," ungkapnya. Wajar, bulan Juni ini, ia dua kali duduk semeja dan ngobrol akrab dengan almarhum.
Pada 4 Juni lalu, saat menghadiri pesta pernikahan anak dari seorang pengurus alumni Sutomo di sebuah hotel di Jalan Perintis Kemerdekaan, almarhum menyendok sayuran ke piring politisi PDI Perjuangan Sumut itu. Sebuah pesan agar adik kelasnya itu mengurangi mengonsumsi daging.
Kenangan paling hangat tentu saat mereka ngobrol berlama-lama di Bandara Kuala Namu, menunggu penerbangan ke Kuala Lumpur.
"Di ruang tunggu bandara, kami banyak ngobrol, karena pesawat delay hampir 1 jam. Dari obrolan anak sampai politik," tutur Sofyan Tan. Salah satu obrolan mereka adalah soal pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Dokter Burhan Samin curhat perihal pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Dicontohkan anaknya yang setelah lulus mengambil spesialisasi di USU Medan, harus menunggu 5 tahun untuk bisa buka praktek.
Begitulah di saat-saat terakhir sebelum maut menjemputnya, dokter Burhan Samin masih berbagi kepedulian terhadap pengungsi Sinabung dan memikirkan masa depan pendidikan kedokteran, ajang pengabdian yang telah digeluti lebih dari 30 tahun usianya.
Jaga dan amalkan wasiat
Namun kini dokter yang welas asih, ramah dan periang itu telah mendahului kita. Tak hanya isteri, anak dan keluarga, kerabat organisasi yang merasa kehilangan. Namun juga masyarakat Medan dan Sumut yang pernah merasakan uluran tangan kasihnya.
Rest in Peace dokter Burhan Samin. Sekalipun kami sudah tak bisa lagi merasakan senyum dan tegur sapa ramahmu, namun kami akan selalu ingat dan mengamalkan wasiatmu untuk senantiasa mau berbagi terhadap sesama yang miskin dan papa. (J Anto)