Memahami Makna Syawal

Ramadan sudah berlalu, kini kita sudah berada di bulan Syawal. Bulan Syawal dalam penanggalan atau Kalen­der Hijriah Islam, ada­lah bulan ke-10. Arti kata Syawal adalah naik, ringan, atau membawa (mengandung).

Ibnul ‘Allan asy Syafii mengatakan, “Penamaan bulan Syawal itu diambil dari kalimat Sya-lat al Ibil yang maknanya onta itu mengangkat atau menegakkan ekornya. Syawal dimaknai demikian, karena dulu orang-orang Arab menggantungkan alat-alat perang mereka, disebabkan sudah dekat dengan bulan-bulan haram, yaitu bulan larangan untuk berpe­rang.”(Dalil al Falihin li Syarh Ri­yadh al Shalihin).

Selain itu, ada juga yang mengatakan, dinamakan bulan syawal dari kata syalat an-Naqah bi Dzanabiha, artinya onta betina menaikkan ekornya. ( Lihat Lisan Al-Arab, 11/374). Bulan syawal adalah masa di mana onta betina tidak mau dikawini para pejantan. Ketika didekati pejantan, onta betina mengangkat ekor­nya. Keadaan ini menyebabkan muncul­nya keyakinan sial di tengah masyarakat jahiliyah terhadap bulan syawal. Sehingga mereka menjadikan bulan syawal sebagai bulan pantangan untuk menikah. Ketika Islam datang, Rasulullah Saw justru menikah dengan salah seorang isteri beliau yaitu Aisyah di bulan syawal.

Aisyah radhiallahu anha mengatakan, “Nabi Saw menikahiku di bulan Syawal, dan beliau tinggal satu rumah denganku juga di bulan Syawal. Siapakah diantara istri beliau yang lebih beruntung dari pada aku.” (HR. Ahmad & Muslim)

Apa yang dilakukan Rasulullah ini un­tuk membantah anggapan sial masya­rakat jahiliyah, bahwa di bulan Syawal tidak boleh menikah, jika nekad menikah maka akan mendapat sial.

Tadi sudah dijelaskan bahwa secara bahasa, Syawal diartikan dengan naik, ringan, membawa (mengandung). Bila kata naik dimunculkan maka pikiran kita akan berasumsi ada proses dari tempat rendah ketempat yang tinggi yang harus dilewati. Atau, anak sekolah yang naik kelas dari kelas satu ke kelas dua, ini juga bisa diartikan syawal yang secara bahasa artinya menaik.

Lalu bila dikaitkan dengan Ramadan, maka tentunya tidak mungkin kita naik tanpa melewati yang rendah. Artinya di bulan Ramadan kita telah melakukan tarbiyah (pendidikan) di mana Allah menginginkan manusia yang telah mencicipi jamuannya di bulan Ramadan selepas Ramadan maka diharapkan amalnya akan tersebut naik tingkat atau derajat.

Keistiqomahan beribadah di bulan Ramadan seharusnya lebih ditingkatkan lagi setelah Syawal hadir. Bukan sebaliknya terjadi penurunan dalam beri­badah.

Di bulan Ramadan, orang-orang yang beriman diajarkan untuk mampu menahan lapar dan dahaga. Bukankah lapar dan dahaga ada­lah lambang dari kebutuhan pe­rut manusia, maka bukti dari keberhasilan tersebut diapli­kasikan dalam bentuk sikap terhadap dunia ini yang tidak terlalu dominan, yang tidak hanya berorientasi kepada kebutuhan perut saja, tetapi juga harus mampu menyeimbangkan dalam bentuk kebutuhan spritual.

Syawal juga dimaknai dengan ringan. Ri­ngan adalah sebuah kata yang berlawan dari kata berat, di bulan Ramadan manusia mampu untuk meringankan langkah untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan larangan Allah sehingga mencapai nilai takwa. Pembuktian tersebut dilakukan lewat ringannya kita melaksanakan hal-hal yang wajib dan sunat di bulan Ramadan seperti ringannya langkah dalam beribadah kepada Allah untuk menuju masjid agar mampu melaksanakan salat tarawih secara berjamaah, ringannya memberi kepada orang yang membutuhkannya, ringannya membaca Alquran. Lalu setelah Ramadan, maka muncul Syawal maka keringanan yang dilakukan pada bulan Ramadan juga diharapkan akan berlanjut di bulan Syawal ini. Bukan berhenti setelah bulan Ramadan usai.

Terakhir pengertian dari makna Syawal adalah membawa. Lalu pertanyaannya apa yang dibawa? Tentu saja yang dibawa di bulan Syawal ini adalah pelajaran-pelajaran yang kita bawa pada saat di bulan Ramadan. Apa yang ada di bulan Ramadan tidak harus kita lupakan segera, karena banyak institusi ilahi di bulan ramadhan yang tidak boleh kita tinggalkan tetapi harus dibawa di antaranya yaitu:

Pertama, bahwa Ramadan merupakan bulan diturunkannya Alquran, maka setelah Ramadan konsep-konsep Alquran tersebut haruslah dibawa dalam kehidupan sehari-hari. Ca­ranya dengan terus mempelajari dan mengamalkan isi kandungan Alquran tersebut.

Kedua, salat. Ramadan telah mengajarkan kita bagaimana nikmatnya salat berjamaah di masjid. Kita tidak hanya salat berjamaah pada salat yang wajib saja, tetapi juga salat sunat yaitu salat tarawih. Ini yang harus kita bawa dalam kehidupan kita sehari-hari.

Ketiga adalah bersedekah, Ramadan me­ngajarkan kita untuk ringan bersedekah. Orang yang bersedekah tidak akan melarat tetapi sebaliknya ia akan menjadi orang kaya baik di dunia maupun di akhirat. Maka setelah Ramadan berlalu, pelajaran bersedekah itu harus terus kita bawa bukan kita tinggalkan, karena sedekah menyebabkan kita mensyukuri nikmat rejeki yang Allah berikan kepada kita.

Paling tidak dari tiga konsep yang harus kita bawa dalam kehidupan kita sehari-hari setelah Ramadan usai ini, tidak hanya berkaitan de­ngan hablum minnalllah, tetapi juga mempererat hablum minannash.

Ini makna secara bahasa dari kata Sya­wal yang hari ini kita hidup di bulannya. Mudah-mudahan kita mampu me­nye­lami makna Sya­wal ini agar kita menjadi orang-orang yang terbaik di masanya.

()

Baca Juga

Rekomendasi