Medsos Bukan Untuk Tempat Pamer

Oleh: Feby Farayola. Di tengah maraknya perkem­bangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini, media sosial (medsos) bukan lagi menjadi sesuatu yang tabu. Bahkan peng­guna medsos tak lagi mengenal batasan usia. Mulai dari anak-anak hingga orang tua telah sangat akrab dengan hal yang satu ini. Terlebih, dengan adanya smart­phone, medsos menjadi lebih mudah diakses. Sama seperti medsos, smartphone bukan sesuatu yang mustahil untuk dimiliki. Sebab kini banyak merek smarphone yang menawarkan harga murah kepa­da konsumen. Namun sebenarnya, apakah fungsi medsos itu?

Dikutip dari Wikipedia, medsos adalah sebuah media daring, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Sedangkan Andreas Kaplan dan Michael Haenlein men­defini­sikan medsos sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 dan memung­kinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.”

Berdasarkan kedua definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa fungsi medsos adalah sebagai media untuk berbagi, berpartisipasi, berkomunikasi, dan juga berkreasi. Tanpa sadar, kini medsos telah dialihfungsikan sebagai media untuk pamer. Meningkatnya pengguna medsos, kemudahan dalam mengaksesnya serta kemuda­han dalam membagikan hal apa saja di dalamnya menjadi pemicu utamanya. Tak dipungkiri, kebanyakan orang menyukai pujian. Maka para pengguna medsos berlomba-lomba membagikan hal-hal apa saja yang dapat menuai pujian.

Hal-hal yang dibagikan beragam. Tetapi yang paling sering adalah momen yang berkaitan dengan keseharian para pengguna medsos terse­but. Misalnya, prestasi apa saja yang pernah diraih, momen liburan ke tempat-tempat yang indah, kehidupan glamor seperti apa yang sedang dijalani, saat makan di restoran mewah dengan harga makanan dan minuman yang mahal, foto out fit of the day (OOTD) menge­nakan pakaian yang stylish dengan pose fashionable layaknya super model, atau sekadar membagikan foto selfie dengan tampilan dan ekspresi wajah terbaik.

Jika ditilik lebih dalam, untuk apakah sebe­narnya kita sebagai pengguna medsos memba­gikan hal-hal tersebut di akun medsos kita? Menurut hemat penulis, jawabannya adalah untuk eksistensi diri dan untuk menuai pujian. Lalu seandainya jika eksistensi dan hujan pujian telah didapatkan, apakah langkah selanjutnya yang akan dilakukan dengan hal-hal yang telah didapatkan itu?

Belakangan ini banyak ditemukan para pengguna medsos dengan cara yang dapat membuat geleng-geleng kepala untuk mendapat­kan eksistensi diri. Misalnya saja dengan mengunggah video yang merekam aksi konyol diri sendiri demi terlihat lucu dengan harapan video tersebut akan viral dan membuat sang pengunggah video terkenal. Lalu, apakah viral karena aksi konyol dapat menimbulkan kebang­gaan?

Alangkah baiknya jika akun medsos yang kita miliki digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Misalnya saja berbagi ilmu, infor­masi, dan sebagainya. Karena tak akan ada kata sia-sia jika kita melakukan kebaikan walau sekecil apa pun kebaikan tersebut. Ketika kita memba­gikan ilmu dan informasi melalui akun medsos yang kita miliki dan hal yang kita bagikan tersebut membantu pengguna medsos lainnya, akun medsos kita akan terasa lebih berguna.

Lain halnya ketika kita membagikan hal-hal lain yang hanya akan menimbulkan iri dan kompetisi tak kasat mata di antara para pengguna medsos yang lain.

Semakin banyaknya pengguna medsos, semo­­­ga semakin banyak pula pengguna medsos yang bijak dan menyadari bahwa fungsi medsos yang sebenarnya adalah bukan sebagai media untuk pamer, mendapatkan eksistensi dan sebagainya, melainkan untuk menebar kebaikan dan manfaat positif lainnya.

* Juli 2018

* Penulis, mahasiswi FKIP UMSU dan anggota FOKUS UMSU

()

Baca Juga

Rekomendasi