Hewan yang Memiliki Kekuatan Super

hewan-yang-memiliki-kekuatan-super

BERBICARA mengenai superhero, ternyata ke­kua­­tan super yang dimilikinya tak hanya berlaku pada ma­nusia saja, tapi juga hewan.

Kadal bertanduk. Kadal ber­tan­duk atau horned lizard ada­lah kadal yang masuk dalam genus Phryno­so­ma dan hidup di kawasan Ame­rika Utara. Kadal ini dinamakan de­mikian karena memang terlihat seperti memiliki tanduk-tanduk di kepalanya.

Di seluruh badannya juga ter­dapat sisik yang menyerupai duri-du­ri. Kadal ini memiliki ke­mam­puan unik saat merasa terancam, yaitu mampu menyemprotkan da­rah dari matanya.

Semburan darah itu berasal dari pem­buluh darah yang ada di sekitar mata. Semburan darah itu mem­buat hewan lain yang ingin me­mang­sa kadal ini tidak jadi me­mang­sanya.

Selain itu darah yang disem­prot­kan juga mengandung zat ki­mia tertentu yang menyebabkan aro­ma dan rasanya tidak enak yang tidak disukai hewan lain. Zat kimia tersebut berasal dari semut-semut yang biasa dimakan kadal bertan­duk tersebut.

Cara kerja dari semburan darah dari mata itu, kadal bertanduk akan menghentikan pembuluh vena di ke­palanya. Hal tersebut akan me­nyebabkan tekanan darah di kepala menjadi meningkat tajam, se­hing­ga membuat pembuluh darah kecil di sekitar mata pecah dan akhirnya menyebabkan darahnya menyem­ bur keluar.

Hubungan menyemburkan da­rah ini dengan kemampuan su­per­hero, jika diibaratkan, sem­buran darah yang berasal dari mata ini bagaikan kemampuan me­nge­luar­kan laser dari mata seperti yang di­miliki Superman.

Ular terbang. Ular terbang di sini maksudnya bukan ular yang me­miliki sayap layaknya burung atau kupu-kupu, lalu bisa terbang seperti mereka. Ular terbang di si­ni maksudnya ular itu memiliki kemampuan untuk melompat dari satu pohon ke pohon lainnya, dan se­lama berada di udara ular ter­se­but terlihat seperti melayang. Ular ini tersebar luas di Asia Tenggara ter­masuk Indonesia, kepulauan Me­­lanesia, dan sebagian India.

Ular terbang biasanya meluncur dari pohon ke pohon untuk mencari mangsa atau menghindari bahaya. Mereka melayang di udara dengan cara membentuk tubuh seperti hu­ruf "S" lalu me­loncat kemudian me­­mipihkan badan dan merega­ng­kan tulang iga sehingga terlihat seperti sedang terbang.

Ular ini mengarahkan gera­kan­nya dengan ekornya. Begitu akan sampai di pohon tujuan, ular ini mengembalikan posisi tulang iga­nya. Setelah mendarat di ran­ting, ba­dan ular ini kembali ke bentuk biasa.

Spesies

Ular terbang ini juga memiliki berbagai spesies, salah satu­nya adalah ular terbang firdaus, yang disebut juga paradise tree snake atau paradise flying snake. Ular ini tergolong besar dibandingkan ular terbang lainnya, karena pan­jangnya bisa mencapai lebih dari 1 meter dan mampu meluncur sam­pai sejauh 100 meter. Sesuai nama­nya, ular terbang ini mengingatkan orang pada superhero yang memiliki kemampuan bisa terbang di angkasa, seperti misalnya Super­man, atau Captain Marvel.

Ada lagi hewan superhero, Kum­bang Pembom, atau bombardier beetle, memiliki satu cara yang unik untuk bisa mempertahankan di­rinya bila ada ancaman. Ketika kumbang ini merasa terganggu atau ada bahaya di sekitar lingku­ngan­nya, kumbang ini akan me­nyem­protkan cairan kimia dari bagian ujung buntut tubuhnya yang di­sertai dengan letupan seperti sen­jata yang sedang menyemprot lawannya.

Cairan kimia yang dihasilkan kumbang ini bersifat panas dan ko­rosif, karena panas dari cairan ki­­mia ini mencapai 100 derajat Cel­cius. Cairan yang disemprot­kan kumbang pembom ini meru­pakan campuran antara hidro­qui­no­ne dan hidrogen peroksida yang tersimpan dalam perutnya.

Uniknya, cairan yang dapat membahayakan musuh ini tidak melukai kumbang karena bagian tubuh kumbang sudah dilapisi dengan bahan tahan panas.

Kumbang jenis ini diketahui ada di berbagai belahan dunia dan benua kecuali Antartika. Kumbang jenis ini juga diketahui sebagai se­rangga karnivora atau memakan daging. Sebagai hewan karnivora, kum­bang ini diketahui aktif ber­buru pada malam hari untuk men­cari mangsanya. Meskipun demi­kian ia tidak menggunakan cairan korosif tersebut untuk berburu, ia hanya menggunakannya sebagai bentuk pertahanan diri saja.

Ada lagi Cacing Bobbit. Hewan bernama ilmiah Eunice aphro­ditois ini termasuk dalam jenis cacing Polychaete. Sebutan lain yang pas untuk cacing ini adalah alien dasar laut, karena dia merupakan hewan predator yang hidup di dasar laut. Biasanya, dia bersembunyi di pasir dalam laut, dan hanya menyisakan kepala­nya agar siap untuk menang­kap mangsanya.

Mengerikan

Bentuk fisik dari cacing ini me­mang cukup mengerikan, mi­rip de­ngan monster laut yang ada di dalam film. Ukuran tubuhnya me­mang mungil, hanya berdia­meter sekitar 25 mm. Tapi, panjang­nya bisa mencapai 3 meter. Ha­nya saja hanya sebagian tubu­hnya saja, ter­utama kepalanya, yang muncul di permukaan.

Sebelum mengintai mangsa, hewan ini mengubur dirinya ke dalam lubang di dasar laut. Ia meng­­gunakan kerikil, pasir, lum­pur dan karang untuk menyem­bunyi­kan dirinya. Lalu, salah satu dari lima antenanya akan membe­rikan rangsangan agar mangsa mendekat.

Saat mangsanya lengah, Ca­cing Bobbit langsung menyerang mang­sanya dengan kecepatan ting­gi dan gigi tajamnya. Tanpa disa­dari, tubuh mangsa tersebut sudah ter­belah dua. Supaya mangsa tak bisa melawan, hewan ini me­nyun­tikkan racunnya.

Karena kemampuannya ini, hewan yang ukurannya lebih besar dari Cacing Bobbit saja bisa men­jadi mangsanya, misalnya gurita.

Kambing Alpine Ibex. Hewan ini bukan kambing biasa yang se­ring orang lihat . Hewan ini me­miliki kemampuan yang lebih superior dibandingkan kambing biasa. Kambing Alpine Ibex adalah kambing liar yang hidup di pe­gunungan Alpen, Eropa.

Mereka menghuni tebing yang curam, berbatu, dan berumput. Temp­at tinggal yang ekstrem itu mem­buat mereka pandai meman­jat tebing. Kemampuan memanjat te­bing ini bisa disetarakan dengan superhero Spider-Man, yang bisa memanjat gedung tinggi dengan mudah.

Karena kegesitannya dalam ber­jalan di tebing yang curam, me­reka pun jadi lebih mudah lolos dari ancaman predator yang me­mangsa mereka seperti serigala, be­ruang, rubah, dan lynx. Bahkan pre­dator paling hebat-pun meng­alami kesulitan menangkap alpine ibex di tebing yang curam di Eropa.

Kambing ini, baik yang jantan maupun betina, memiliki tanduk. Ukuran tanduk kambing jantan jauh lebih besar dan lebih panjang dibandingkan tanduk kambing betina. Tanduk ini berguna untuk bertarung mempertahan wilayah dan memperebutkan betina. Juga untuk menarik perhatian betina.

Keunikan lain dari kambing ini adalah mereka secara rutin berganti kulit, seperti ular. Mereka meron­tok­kan bulu untuk menumbuhkan bulu yang baru. Pergantian bulu itu, pertama dilakukan pada bulan Ap­ril atau Mei, dan kemudian dila­kukan lagi pada bulan September.

Di musim panas, binatang itu berbulu pendek. Sedangkan di mu­sim dingin, bulunya menjadi tebal seperti bulu domba.

Karena diburu secara besar-be­saran untuk dikonsumsi, pada abad ke-19, kambing ini sempat punah dari wilayah Pegunungan Alpen.

Beruntung, beberapa ekor binatang itu masih ditemukan di beberapa kebun binatang, dan kini hewan ini menjadi salah satu hewan yang dilindungi agar tak punah. (atn/au/ar)

()

Baca Juga

Rekomendasi