Suriah Tolak Berdialog dengan Pemberontak Kurdi

suriah-tolak-berdialog-dengan-pemberontak-kurdi

Damaskus, (Analisa). Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Maqdad, Jumat (11/10), menge­cam pasukan pim­pinan Kurdi, yang didukung Amerika Serikat (AS), dan menyatakan tidak sudi melanjutkan dialog dengan kelompok itu, yang ia anggap telah berkhianat kepada negara.

Maqdad juga menuduh pasukan Kurdi memiliki agenda separatisme hingga memberi dalih bagi Turki untuk melanggar kedaulatan negara­nya.

Pasukan Kurdi saat ini sedang meng­hadapi serangan dari Turki, yang beru­paya mendepak kelompok itu keluar dari Suriah utara.

Ketika ditanya apakah Pemerintah Suriah perlu melanjutkan pembi­caraan dengan pasukan Kurdi, Maqdad me­ngatakan "kelompok bersenjata ini telah mengkhianati negara dan mela­kukan kejahatan terhadap negara."

"Kami tidak mau melakukan dialog atau pembicaraan dengan pihak-pihak yang telah menjadi sandera pasukan asing. Tidak akan ada tempat berpijak bagi kaki tangan Washington di wila­yah Suriah," tegas Maqdad kepada para wartawan di kantornya di Damakus.

Seorang pejabat Kurdi Suriah pada awal pekan ini mengatakan pihak berwenang pimpinan Kurdi di Suriah utara kemungkinan akan membuka diri untuk berdialog dengan Damaskus dan Rusia guna mengisi kekosongan ke­amanan setelah Amerika Serikat me­narik pasukannya secara penuh dari daerah perba­tasan Turki.

Seorang komandan utama juga mengatakan bahwa satu pi­lihan Kurdi adalah menye­rahkan kembali wila­yah kepada Peme­rintah Suriah.

YPG Kurdi, kelompok milisi yang kuat, pernah dibantu oleh Pemerintah Suriah mengambil kendali kota-kota yang berpen­duduk suku Kurdi pada awal-awal konflik.

Saat itu, Damaskus sedang memu­satkan perhatiannya untuk mema­dam­kan protes massal terhadap kepe­mimpinan Presi­den Bashar al Assad.

Rangkaian aksi protes itu sendiri kemudian berubah men­jadi pembe­rontakan bersenjata.

YPG Kurdi Suriah tidak pernah melawan pemerintah selama perang itu dan bahkan menerima keberadaan peme­rintah Suriah di kota utama yang dikuasainya, Qamishli.

Kelompok itu juga memiliki bisnis menguntungkan dengan Damaskus dari penjualan mi­nyak terlarang. (Ant/Rtr)

()

Baca Juga

Rekomendasi