
Oleh: Alda Muhsi
SUDJIWO Tedjo pernah mengatakan bahwa menghina Tuhan itu bukanlah harus dengan menginjak-injak kitab suci-Nya, khawatir besok tidak bisa makan saja itu sudah menghina Tuhan.
Berkenaan dengan hal di atas, penulis ingin menyinggung soal rezeki. Banyak orang bijak sering mengatakan kalau sudah rezeki pasti tidak ke mana. Misalnya pedagang yang memasang harga mahal atau murah, ya kalau sudah rezeki tidak ke mana, dagangan pasti laku saja.
Anggapan itu boleh kita yakini bagi para pekerja atau pencari rezeki yang telah berikhtiar susah payah untuk mendapatkannya. Namun yang jadi persoalan saat ini adalah anggapan demikian dijadikan sebagai alasan bagi orang-orang pemalas. Jika orang-orang malas telah beralasan kalau memang rezeki tidak akan ke mana, maka dapat kita sambung dengan kalimat ini: kalau tidak ke mana-mana bagaimana mau dapat rezeki?
Tak dapat disangkal bahwa rezeki kita memang telah ditetapkan Yang Maha Kuasa. Akan tetapi bukan artinya rezeki itu akan datang tanpa kita harus mencarinya. Seperti ini ilustrasinya, Tuhan telah menetapkan rezeki hamba-hamba-Nya, dan itu disadari penuh oleh setiap hamba. Nah, sekarang apakah kita tahu di mana Tuhan meletakkan rezeki kita? Mungkinkah ada di bawah tilam? Di bawah bantal? Atau di kolong tempat tidur? Artinya apa? Bahwa kita memang harus berusaha mencari rezeki yang telah ditetapkan itu. Bisa saja rezeki kita ada di sekolah, di pasar, di kantor, dan sebagainya. Untuk itulah kita harus bekerja dan berusaha mendapatkannya.
Sebagai contoh lagi, ada dua pemuda, katakanlah pemuda A sepanjang hari berdiam diri di kamar, dan pemuda B sibuk menjual dagangan dengan sepeda motor misalnya. Secara logika dan akal sehat, manakah di antara pemuda ini yang akan menerima rezeki? Tentu saja pemuda B yang menjajakan barang dagangannya berpeluang besar meraup rezeki daripada pemuda A yang hanya berdiam diri di kamar. Bukankah rezeki sudah diatur? Ya, pengaturan rezeki itu akan berpihak kepada orang-orang yang mau berusaha.
Satu hal lagi yang perlu diketahui, bahwa rezeki yang kita terima tidak akan pernah berkurang atau bahkan melebihi dari apa yang telah ditetapkan Tuhan. Jadi segiat apa pun kita mencari, segigih apa pun kita berusaha, selelah apa pun kita bekerja, jangan berkecil hati, rezeki kita tiap harinya selalu pas dengan takaran Tuhan.
Jadi kesimpulannya, rezeki memang sudah diatur Tuhan bagi tiap-tiap hamba. Tinggal bagaimana cara kita mengejar dan meraih rezeki itu. Ingat, Tuhan tidak menyukai orang-orang yang malas. Jadi bergegaslah menjemput rezeki yang telah ditetapkan itu.
Benarlah kata Sudjiwo Tedjo, khawatir tidak bisa makan besok (dalam hal ini khawatir tidak dapat rezeki) artinya kita sudah menghina Tuhan, karena mengingkari ketetapan Tuhan sama saja dengan menghina Tuhan.
* Januari 2018