Sebagai Tuan Rumah KTT Ke-35 ASEAN

Thailand Turut Pamerkan Kerajinan Tangan Tradisional

thailand-turut-pamerkan-kerajinan-tangan-tradisional

KERAJINAN tangan meru­pakan ke­giatan seni yang menitik­beratkan pada keterampilan ta­ngan dan fungsi untuk me­ngolah bahan baku yang sering dite­mu­kan di lingkungan menjadi benda-ben­da yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis.

Dengan keahlian yang ditu­runkan dari generasi ke generasi, seni kerajinan Thailand telah lama menjadi cermin kreativitas dan kecerdasan rakyat Thailand.

Detail yang rumit dan metode teliti jadi pertunjukan dari pene­muan seni, dan desain yang rumit jadi bukti adanya ke­te­kunan.  Selain itu, banyaknya bahan ala­mi seperti rotan, daun palem, dan kelapa memungkinkan peng­rajin Thailand untuk mempro­duksi kerajinan yang cantik dan murah.

Selama beberapa tahun tera­khir, jum­lah pengrajin terus menurun, tetapi dengan dukungan luar biasa dari Yang Mulia Putri Maha Chakri Sirindhorn, sekolah kerajinan Royal Craftmen Colle­­ge, yang terletak di Grand Palace, didirikan untuk me­ngajar mereka yang tertarik mem­pe­lajari ilmu kerajinan yang tengah teran­cam ini, dan untuk memperta­hankan­nya sebagai bagian dari warisan budaya negara.

Kini hasil kerajinan tangan warga Thailand, yang menjadi tuan rumah penyeleng­garan Ko­nferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-35 Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dipamerkan. Pame­ran berbagai jenis kera­jinan tangan turut memeriahkan KTT tersebut di IMPACT Arena, Nonthaburi, Thailand, Sabtu (2/11).

Bertajuk Green Café: Thailand Going Green for Sustainable ASEAN 2019, pa­me­ran tadi me­nampilkan karya kerajinan seperti tas dan dompet berbahan dasar pe­le­pah pisang, rotan, serta kain tra­di­sional Thailand.

Selain itu, disediakan pula stan loka­kar­ya agar para pengunjung di Media Cen­ter IMPACT Arena dapat mem­prak­tikkan cara pem­buatan mainan tradisional dari janur kelapa.

Pembangunan berke­lanjutan

Orang tua biasa mengajarkan teknik mem­buat mainan tradi­sio­nal ini kepada anak-anak mereka, ujar Saranya Ruang­jariyasilp, staf yang bertanggung jawab me­­ngelola Tanggung Jawab Sosial Peru­sa­haan (CSR) Central Group kepada Antara.

Central Group adalah salah satu peru­sahaan yang bekerja sama dengan pe­merintah Thai­land untuk menyediakan stan-stan kerajinan tangan di lokasi penye­lenggaraan KTT ASEAN.

Keberadaan stan-stan kera­jinan tangan tersebut sesuai de­ngan tema keketuaan Thai­land untuk ASEAN tahun ini yakni “Me­majukan Kemitraan untuk Keber­lanjutan”.

Di bawah tema tersebut, Thai­land ingin membangun keber­lanjutan di semua dimensi, ter­masuk keamanan berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi berke­lanjutan yang meliputi ekonomi hijau dan pembangunan berke­lanjutan.

Aspek inklusivitas juga ditun­jukkan melalui pameran kerajin­an yang digagas Thailand, dengan melibat­kan para pe­nyan­dang disabilitas. Pakjitpakjai, salah sa­tunya, adalah merek karya kera­jinan yang bertujuan member­dayakan tunanetra.

Didirikan Thailand Associa­tion of the Blind pada 2018 di Chiang Mai, lokakarya ini meng­hasilkan produk karya seni se­perti tas, syal, dan dompet dari kain katun yang disulam mengikuti metode Jepang yakni Sashiko.

Kami ingin menciptakan pe­luang kerja bagi orang-orang yang memiliki keter­batasan pengli­hatan yang mengandalkan indera sentuhan mereka, jelas Wandee Suntivumetee, pengelola loka­karya yang saat ini telah member­dayakan hingga 32 orang tuna­netra. (ant/tst/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi