
Oleh: Ahmad Afandi
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2002-2003 menyebutkan, remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun mencapai 34,7 persen untuk perempuan dan 30,9 persen untuk laki-laki. Mereka yang berumur 20-24 tahun yang pernah melakukan hal serupa ada 48,6 persen untuk perempuan dan 46,5 persen untuk laki-laki.
Hal serupa didapat dari data Komisi Nasional Perlindungan Anak tahun 2008. Dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kota besar diperoleh hasil, 97 persen remaja pernah menonton film porno serta 93,7 persen pernah melakukan ciuman, meraba kemaluan, ataupun melakukan seks oral. Sebanyak 62,7 persen remaja SMP tidak perawan dan 21,2 persen remaja mengaku pernah aborsi. Perilaku seks bebas pada remaja terjadi di kota dan desa pada tingkat ekonomi kaya dan miskin. Fenomena yang tidak lagi dalam kategori langka belakangan.
Remaja memang sering kali berkecimpung dengan perihal seks bebas. Salah satu penyebab adanya perlakuan seks bebas disebabkan oleh faktor lingkungan. Saat remaja datang dan menjamah hingar bingar dunia perkotaan bisa jadi pengaruh negatif yang berhembus merasuki jiwa mereka. Tidak adanya kontrol perilaku dari orang tua memang menjadi kendala utama maraknya kegiatan seks bebas. Bila menyoal keberadaan remaja di hiburan-hiburan malam bukan lagi menjadi barang baru. Klub-klub malam yang marak di Kota Medan contonya hampir 95% didominasi oleh kalangan remaja.
Pengaruh lingkungan yang dimaksud berakar pada pergaulan tanpa batas antara individu satu dengan yang lainnya. Pada masa remaja setiap orang akan berusaha membuka relasi pertemanan ke seluruh remaja yang lain. Mahasiswa dalam satu universitas di satu wilayah akan membuka relasi dengan mahasiswa universitas lainnya. Celakanya pergaulan itu bukan merujuk pada perlakuan baik, malah cenderung menjerumuskan.
Setiap remaja sering memberikan alasan seputar kurangnya hiburan bagi mereka. Hiburan inilah yang disalahartikan. Hiburan di sini bukan bermaksud memberikan edukasi bagi para remaja yang menikmati. Malahan menyimpang dari perlakuan sopan. Paling tidak perasaan penasaran dan ingin coba-coba menjadi alasan utama. Dengan modal pertemanan tiada batas kemudian menjalin kekerabatan dengan tempat setan bernaung. Mengenal minuman keras memabukkan yang pada akhirnya mencoba dan melampiaskan ke lawan jenis. Jika sudah begini, budaya malu sedikit menepi, tidak sungkan lagi untuk melakukannya.
Sebenarnya ada dua cara untuk mengatasinya. Yang pertama tentu haruslah ada kontrol orang tua. Mau tidak mau usia remaja memang sangat rentan untuk bebrbuat seks bebas. Nantinya orangtua akan menyampaikan pendidikan seks yang lebih dahulu dienyam. Mengawasi remaja bukan berarti harus langsung ada di sampingnya, akan tetapi lebih pada pengawasan dan tindakan apabila ada hal yang tidak wajar (diberikan hukuman). Lalu untuk para remaja yang berada di luar kota, di luar dari tempat tinggal orangtuanya bisa dilakukan pengawasan lewat media sosial dan elektronik lainnya. Bisa jadi ada perwakilan yang bisa dipercaya untuk melaporkan dari setiap perlakuan anaknya yang kemudian akan diberikan sangsi dari orang tuanya.
Yang kedua, remaja harus mengubah orientasi pertemanannya. Dengan kata lain harus ada wadah baru untuk memulai menjalin pertemanan dengan komunitas dan organisasi yang bermanfaat. Bisa jadi ilmu realigi atau keagamaan menjadi opsi paling musyawarah. Banyak yang menerangkan faktor yang menyebabkan terjadinya seks bebas karena tidak adanya literatur ilmu agama yang masuk dalam kehidupan remaja. Artinya memilih teman dan wadah dalam organisasi sangatlah penting untuk kelangsungan lingkungan yang “sehat”, yakni dengan cara mengikuti serangkaian majelis ta’lim di masjid-masjid yang diusahakan sejak dini dan dengan tekad yang kuat.
Karena bila membicarakan seputar dampak dari seks bebas maka semuanya akan berujung pada perilaku negatif. Paling tidak menghindari penyesalan yang datang belakangan hari. Hamil di luar nikah, masa depan terbengkalai, telantarnya anak menjadi kasus paling sering terjadi akibat perilaku seks bebas. Sekali lagi, sebelum menyesal sebaiknya kita semua selaku remaja menyerukan jauhi perilaku seks bebas detik ini juga.
* Maret 2018