DERAI-DERAI MAWAR

derai-derai-mawar

DERAI-DERAI MAWAR

Titan Sadewo

Mawar layu di atas meja kenangan adalah asbak penuh abu masa lampau, sekali isap dan embus asap kesedihan ada penantian dalam tubuhku menjelma serigala ditinggal koloni, lolongan merupa air mata bentuk suara dunia cuma keseriusan sia-sia jauh segala di depan mata ada yang tampak dan membayang seperti wujud duka raksasa.

FKIP UMSU / FOKUS UMSU

 

PERPISAHAN

Titan Sadewo

Di kepalaku: lambai tangan dan air mata yang memutar filmnya sendiri bodohnya, aku menonton itu sampai selesai tanpa sepatah kata bantah untuk tidak melanjutkan tanda-tanda aku menyukai apapun kecuali perpisahan.

FKIP UMSU / FOKUS UMSU

 

SELAMAT GELAP

Titan Sadewo

Aku kirim bismika melalui lampu tidurmu yang meredup perlahan ketika kantuk datang dinding kamar adalah tempat bola mataku menjaga tubuhmu dari bahaya mengintai selamat gelap, kekasih ada rindu esok hari merupa mentari yang bangunkan dari tidurmu.

FKIP UMSU / FOKUS UMSU

 

DIAM DAN RAHASIA

Titan Sadewo

Kita terjemah setiap diam dan rahasia yang menusuk hening sebab, kata-kata bersembunyi di antara kau dan aku ada ruang kosong menggema di ujung sana, di sebuah entah.

FKIP UMSU / FOKUS UMSU

 

FEBRUARI MENGALIHKAN NADA

Nurhasibah Nasution

Entah dimana mulanya, notasi itu tersusun diam diam di kedalaman hati, alunan syahdu mengiring doa menanti dalam senandung senja waktu perlahan melahap lirik satu satu Februari mengalihkan nada laguku terkunci dalam bibir yang beku

Tembung, Sketsa KONTAN, Februari 2019

 

KISAH MUSKIL

Nurhasibah Nasution

Matahari mulai mengusik lelap dari celah jendela tua kau menjelma fajar yang lenyap setelah mataku lena pada pesona membekas dalam pupil setelah bening bening turun tanpa aba aba

tercipta anak sungai, di alirannya kuhanyutkan segala kisah muskil itu

Tembung, Sketsa KONTAN, Februari 2019

 

PERLAHAN

Nurhasibah Nasution

Izinkan kususun beberapa larik tentang bisu yang membelenggu, tentang suara yang bungkam atau harap yang ditebas kemustahilan aku dan waktu berbaris rapi, menyaksikanmu pergi berdampingan menata keikhlasan perlahan, ya, perlahan sebab hati bukanlah bibir yang mampu mengalih fakta dalam satu ucapan

Tembung, Sketsa KONTAN, Februari 2019

 

FEBRUARI MENARIK ALIH PANDANGMU

Nurhasibah Nasution

Setelah Februari menarik alih pandangmu aku putuskan untuk berlari ke tengah air langit itu biarkan mata bercerita bersama rinainya berharap teduh di antara siramannya sebab menahan mendung hanyalah sesak yang tak berkesudahan

Tembung, Sketsa KONTAN, Februari 2019

 

SETELAH KEPERGIANMU/ 1

Marta Juliati S

Setelah kepergianmu, puisiku hanyalah kalimat-kalimat penuh pecundang mampu menggetarkan orang-orang berdasi namun selalu kalah di hadapan cinta

September, KMMDK 12

 

SETELAH KEPERGIANMU/ 2

Marta Juliati S

Setelah kepergianmu, puisiku selalu diguyur hujan bahkan sebelum kata pertama sempat dimulai menciutkan nyali yang hampir tak bernyali setelah ditinggal kekasih yang tak kan kembali

September, KMMDK 12

 

SETELAH KEPERGIANMU/ 3

Marta Juliati S

Kekasihku telah pergi, pada hari seharusnya kami mengucap janji suci

untuk hidup bersama dalam suka maupun duka berbagi nasi dan lauk di atas piring kehidupan yang penuh misteri

September, KMMDK 12

 

SETELAH KEPERGIANMU/ 4

Marta Juliati S

Aku menatapnya lekat-lekat, suara nyaring yang dulu bergema di telinga­ku kini tidak lebih hanya hembusan angin yang beraroma kenanga mengisahkan tangis yang berakhir di atas tumpukan tanah merah

September, KMMDK 12

 

MEMBIARKAN HUJAN TURUN DI BAHUMU

Amrin Tambuse

Hujan adalah kenangan kita pernah menembus di dalamnya menari, berputar dan membiarkannya jatuh

di atas wajah kita yang kedinginan

 

membiarkan hujan turun di bahumu

serupa membuka kembali kenangan kita yang pernah ada

Babalam, Februari 19

 

NIR, DI SINI AKU MENUNGGU

Amrin Tambuse

Jendela dan pintu kubiarkan terbuka

ada sekuntum bunga kesukaanmu

selembar kertas bertuliskan puisi tentang hujan baru saja kutulis dengan tinta kerinduan di atas meja

 

Nir, pulanglah di sini aku menunggumu tanpa jeda

Babalan, Februari 19

 

MERAWAT RINDU

Amrin Tambuse

Ini senja yang kesekian namun tak ada tanda-tanda kepulanganmu burung- burung di ranting berkicau riuh setiap pagi, kehilanganmu dan biarkan aku tetap merawat rindu hingga kau ada di sini

Babalan, Februari 19

 

KATAMU

Amrin Tambuse

Katamu ini bulan kasih sayang yang bertabur bunga tapi sudahlah, ia sudah lewat aku hanya berharap kasih sayangmu bukan hanya di bulan ini saja

Babalan, Februari 19

 

MALAM FEBRUARI

Rizki Aldea

Tidurlah, menepikan rindu malam-malam bergelantung di sisi-sisi atap langit kamar bersama doa dan harap.

kita adalah kata yang bising di atas kepala malam-malam imaji.

Basastrasia UMSU

 

MALAM BERSAMA PUAN #1

Rizki Aldea

Tiba-tiba saja, perempuan itu menjadi rancu matanya selalu menjelma ketika senja magrib tiba liang-liang rahim melahirkan anak-anak puisi setiap malam di beranda malam.

Basastrasia UMSU

 

MALAM BERSAMA PUAN #2

Rizki Aldea

Kadang kala dia tertawa kepada bayangan matanya di genangan air hujan kadang kala dia kerap menangis

ketika tubuhnya basah bersama air mata ada perempuan yang seolah-olah memiliki hati seluas langit malam.

pokok-pokok bambu yang mengerit-erit

menjelma bersama senja di matanya.

Basastrasia UMSU

 

MALAM BERSAMA PUAN #3

Rizki Aldea

Lukis aku sayang, sebagai mimpi buruk yang kau punguti di pinggir gelap malam lukis aku sayang sebagai resah-resah yang menghantuimu

dalam gelap malam lukis aku sayang jerit perempuan bersama kaki kaki malam

Basastrasia UMSU

 

SEMBUNYI

Dwi Wulandari

Rembulan sembunyi

binarnya selalu datang

sosoknya tak pernah terlihat

namun, cinta kasih untuknya

selalu tersirat dalam tulisan amatiran

 

TAK MELIHAT RUPA

Dwi Wulandari

Air asin tak pernah salah

sebab langit selalu bersahabat

tak malu berbagi keindahan

tak melihat rupa; di atas atau di bawah

 

CEPAT BERTEMU

Dwi Wulandari

Senja datang mengajarkanku bahwa setiap yang kelam tidak selalu buruk bahwa setiap menunggu akan cepat bertemu

 

PUISI INDAH

Dwi Wulandari

Di matanya tampak buliran diksi indah

berbinar menggelegak manis tiap kali kupandang tak berhenti lahir puisi indah untuknya tercipta begitu saja saat melihatnya

FKIP UMSU

 

FEBRUARI MERAH #1

Anju Luis

Satu warna liku dalam satu bulan

buaian yang dahulu selancar alir sungai biar pekat namun melekat ketat

sayang, dendam kesumat jangan kau lumat bulat-bulat setidaknya jangan di bulan merah pucat

 

FEBRUARI MERAH #2

Anju Luis

Apalah arti sebuah kata bukan jadi nyata bukan jadi langkah berbulan telah aku ungkap tapi aku salah!

bukan kata yang membuat jenuh

tapi sikap beku hati tatkala jarak merekah

 

FEBRUARI MERAH #3

Anju Luis

Kendati setangkai amplop merah kusodorkan berisikan sajak di kertas perak dikau mendecak lidah di setiap kata memang sajakku tiada bisa melelehkan mata atau mengumbar kelopak bunga itu mekar seketika namun, sayang, setidaknya Februari kita tak perlu merah hanya itu harapan dari sajakku!

 

FEBRUARI MERAH #4

Anju Luis

Berakhir sudah bulan yang dinanti

aku kan kembali ke teras kesendirian

mereka-reka makna dari kisah penuh tawa siapa tahu ada sesuatu yang terlupa siapa tahu merah bisa menjelma pelita serupa bara api yang menggema-gema serupa bulan yang terus berganti

 

B A T U

Anju Luis

Biarkan aku mengeras laksana batu yang terhempas liur gunung

menghantam setiap penghalang

petarung terkuat kadang terlahir dari ludah, bukan?

 

GENANGAN DAN KENANGAN #1

Teguh Ardiansyah

Hujan baru saja sidang dipelataran rumahku kenangan tergenang dihalaman tentang aku, engkau dan sepasang kursi goyang kita sanding berduduk santai syahdu dalam kemesraan hingga semua berlalu jadi kenangan kau pergi disisa nafas senja

malam merambat pilu dan kelam terus menghantam pada rindu

Gen PenA,2019

 

GENANGAN DAN KENANGAN #2

Teguh Ardiansyah

Jemarimu tak henti dentingkan nyanyian rindu melantun gusar pada kesunyian hati lahirkan kenangan pada genangan basahi ingatan pada etalase kerinduan lalu engkau hadir sebagai hayal dalam pelangi penantian

walau hanya selayang pandang 

Gen PenA,2019

 

DIALOG SENJA

Teguh Ardiansyah

Engkau yang berlalu pulang selepas menoreh kisah pada waktu diarak jingga merah yang haru menitip sunyi pada rembulan dan menitip sabar pada hati yang menanti

Gen PenA,2019

 

TENTANG WAKTU

Teguh Ardiansyah

Lagi lagi kita diatur sang waktu perihal temu, pisah dan rindu ialah kuasa waktu yang bertahta merajut asa

mengajar diri menenun sabar sebab waktu ialah penafsir dari segala tanya

yang tak mampu terjawab akal

Gen PenA,2019

 

MELATI

Susi Rida Simamora

Melati

Melati, bila senja kembali menegur sapa senyumanmu di dekatku

jangan berpaling lagi sebab hati ini memikat senyuman layaknya putri rupa memesona semat kebahagiaan dan aku merindukannya

 

MAWAR

Susi Rida Simamora

Mawar, ikhlaskan lara rindu ini pada sahabatmu; melati terhanyut, sembilu, resah aku tak mau itu engkau emban lebih dalam aku tak mau terlena, ragu karena kepingan harta dan maafkan aku sebab cinta telah bertemu dengan pendampingnya yaitu kesetiaan

 

SEPULUH METER

Susi Rida Simamora

Kata Rindu ; tepi saja bila semampu telah tiba di titik tuju berlarilah lebih kencang sekali pun abu jalanan menertawaimu melompatlah lebih jauh

sebagai pemenang lompatan jauh tak terkalahkan

 

DETIK WAKTU

Susi Rida Simamora

Detik melaju dengan namanya waktu selama itu senja berlalu kali ini nahkoda menyisir laut biru menghampiri senja bersamaku wahai senja adakah engkau menggenggam kepingan asaku? bilamana aku ingin datang, menemuimu tanpa ragu

 

KATA CINTA

Susi Rida Simamora

Ijinkan aku memandangimu tanpa alasan, engkau tahu lautan ini merindu

 

UNTUK PARA PEMIMPIN RI

Susi Rida Simamora

Akan aku sampaikan argumenmu untuk rakyat kelas apa daya akan kusampaikan pinta mereka; memimpinlah di jalan yang benar, menyatakan yang benar adalah benar

memimpinlah karena panggilan jiwa; dihadapan semesta, untuk rakyat, untuk Republik Indonesia (RI)

()

Baca Juga

Rekomendasi