Kopi Gayo Bisa Menjadi Industri Kreatif

kopi-gayo-bisa-menjadi-industri-kreatif

Banda Aceh, (Analisa). Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menegaskan, pihaknya terus men­do­rong kopi Arabika Gayo mendapat pa­sar maksimal di seluruh dunia. Dengan demikian dapat menjadi usaha baru bagi generasi muda, baik di Aceh mau­pun Indonesia.

“Kopi Gayo sangat penting, karena selain nilai jualnya tinggi juga menjadi salah satu tanaman unggulan yang dimiliki Aceh. Potensi kopi Gayo ha­rus benar-benar dimanfaat­kan untuk kemaslahatan masyarakat banyak. Ko­pi Gayo harus bangkit bukan saja di ta­nah Gayo, melainkan juga di luar dae­rah, seperti Jakarta,” kata Nova Iriansyah di Jakarta, Rabu (13/3).

Siaran pers yang diterima Analisa di Banda Aceh kemarin menyebutkan, Nova menilai keinginan tersebut sa­ngat tepat mengingat kopi Arabika Ga­yo mendapat tempat khusus, baik aro­ma maupun cita rasa khas yang mem­bedakannya derngan kopi dari belahan dunia mana pun, dan tentu, yang lebih penting di Gayo berkebun kopi sudah menjadi tradisi, sehingga kondisinya terawat dan produksi kopi secara kua­litas dan kuantitas tetap terjaga.

Dijelaskannya, kopi bagi masya­ra­kat Gayo adalah penopang utama per­ekonomian.

Sebagian besar penduduk Gayo adalah petani. Bahkan, para pe­gawai negeri sipil (PNS) dan swasta di sana juga tetap memantapkan kehi­dupan dari hasil perkebunan kopi.

Tanah Gayo adalah penghasil kopi jenis Arabika terbesar di Indonesia, dengan produksi rata-rata 60 ribu ton lebih per tahun dari areal seluas 70 ribu hektare.

Arabika Gayo telah tersohor di ber­bagai belahan dunia, terutama Ame­rika dan Eropa.

Melihat geliat kopi Gayo, Peme­rin­tah Aceh mengambil langkah dengan membentuk kawasan ekonomi khusus Gayo-Alas untuk mengembangkan perekonomian berbasis kopi, industri kreatif dan pariwisata.

“Jadikan kopi sebagai bagian integrated tourism, dengan menggabung­kannya bersama industri kreatif. Ini de­visa negara yang paling efektif dan ramah lingkungan. Itu adalah pari­wisata,” ujar Nova.

Kopi Gayo, menurut Nova, bisa dik­elola dengan prespektif budaya, eko­nomi kreatif, pariwisata dan pendi­dikan.

Secara geografis, kawasan data­ran tinggi Gayo juga mendukung, de­ngan udara yang sejuk dan pemanda­ngan Danau Lut Tawar seluas 5.472 hektare, akan membuat para wisata­wan yang berkunjung betah tinggal ber­lama-lama.

Ditambahkan, geliat ekonomi kopi saat ini memang tidak terhentikan, apa­lagi gaya hidup dan keseharian ge­nerasi milenial ikut bicara tren kopi. Bahkan, kerap menggelar ngopi ba­reng di kafe.

Tren itu diyakini sebagai salah satu pendorong konsumsi kopi terus melejit dari tahun ke tahun.

Tekun berusaha

Peluang inilah yang dimaksud se­bagai geliat ekonomi kopi yang me­nyen­tuh langsung untuk kemaslahatan masyarakat.

Untuk itu, anak-anak mu­da harus tekun berusaha dan bekerja, sebab saat ini dunia usaha menjadi tren hebat di kalangan generasi muda.

Saat ini, seperti dilansir Badan Pu­sat Statistik (BPS), produk Kopi Gayo semakin diminati.

Hal itu terlihat dari peningkatan eks­por  sebesar 85,71 per­sen pada se­mes­­ter I tahun 2018 diban­ding periode sama tahun 2017.

Kepala BPS Aceh, Wahyudin me­nga­takan, terjadi pertambahan nilai ekspor sekitar 15 juta Dolar AS lebih dari satu komoditas ekspor kopi me­lalui berbagai pelabuhan di luar Aceh.

“Nilai ekspornya pada semester I tahun 2017 tercatat 17,5 juta Dolar AS, se­dangkan semester I tahun 2018 me­ningkat menjadi 32,5 juta dolar AS. Se­dangkan nilai ekspor kopi melalui pelabuhan di Aceh sendiri hingga semester I tahun 2018 baru 252 Dolar AS,” ujarnya. (mhd)

()

Baca Juga

Rekomendasi