
Medan, (Analisa). Sebanyak 60 Fasilitator Lokal (Faslok) mendapatkan pelatihan program STEP (School Transition and Empowerment Project) Tanoto Foundation-Asian Agri selama tiga hari, mulai 26-28 Maret 2019 di Grand Inna Medan. Bertajuk ‘Refresher Fasilitator Lokal Guru’, pelatihan ini berfokus pada penguatan forum Kelompok Kerja Guru (KKG), Faslok yang berasal dari Tebing Tinggi, Kabupaten Batu Bara, Asahan, Labuhan Batu, Labuhan Batu Selatan, dan Kabupaten Rokan Hilir Riau ini mendapatkan pelbagai materi didik demi mendukung terselenggaranya pengelolaan pendidikan yang bermutu.
Sebutlah seperti materi Guru Mandiri, Penguatan Pembelajaran Aktif, Pengembangan Lembar Kerja berbasis HOTS, Pengelolaan KKG dengan Lesson Study, dan Praktik Mengajar dan Rencana Tindak Lanjut dan pendampingan sekolah. Rahmat Hidayat Setiawan selaku Program Manager STEP Tanoto Foundation melalui Provincial Coordinator Yusri nasution mengungkapkan bahwa program ini bertujuan untuk membangun kemandirian sekolah dalam peningkatan kualitas pendidikan yang berkelanjutan, terutama untuk mendukung kesiapan sekolah-sekolah yang telah mendapat intervensi Program Pelita Pendidikan (2010-2017) agar semakin mandiri.
“Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi Faslok untuk mengembangkan kapasitas sebagai fasilitator yang andal terutama dalam meningkatkan kemampuan memfasilitasi kegiatan belajar bersama dalam forum Kelompok Kerja Guru (KKG) dan pendampingan bagi kepala sekolah,” ungkapnya, belum lama ini.
Secara khusus pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada fasilitator tentang desain program yang akan diimplementasikan di masing-masing sekolah, gugus, dan kecamatan, terutama melalui forum KKG, memperkuat pemahaman Faslok guru terhadap substansi penerapan praktik-praktik pembelajaran aktif khususnya pembelajaran yang mendorong pengembangan potensi siswa.
Sementara itu Fauzi Aksana Rustam selaku Provincial School Coordinator Asian Agri P1 Sumatera Utara menyampaikan, bahwa Faslok diharapkan memiliki kemampuan dalam mengelola kebutuhan pelatihan dan pendampingan bagi guru melalui modul-modul yang sudah dilatihkan.
“Dengan adanya kegiatan penyegaran kembali para Faslok ini diharapkan mereka dapat memiliki kemampuan dalam menerapkan hasil-hasil pelatihan yang nantinya dapat menjadi role model bagi guru-guru di sekolah dampingan yang tersebar di enam kabupaten dan Kota di Sumatera Utara, kami melalui kontribusi sosial ini mengharapkan terjalinnya kolaborasi aktif dari sekolah dan masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan di wilayah kerja kami,” bebernya.
Persis yang diakui Deni Nasution, Faslok asal Batubara, Sumut. Diungkapkannya cukup banyak perubahan yang terjadi di sekolah, tempat dia mengajar pasca mendapatkan pelatihan mendidik siswa-siswi. Seperti metode ajar yang tidak monoton. Tidak hanya di dalam ruang kelas semata, pun belajar di lingkungan sekitar. Senada dengan itu, Marlina, Faslok asal Labuhan Batu mengungkapkan, setelah mengikuti pelatihan, ada pakem-pakem didik yang membuat murid-murid menjadi senang untuk belajar.
“Ada piramida cerita, sehingga anak-anak tidak jenuh, tapi jadi semangat untuk belajar. Ada metode pijak huruf, mengajak anak untuk belajar membaca. Ada juga metode belajar permainan ular tangga, sehingga materi ajar menjadi lebih cepat masuk kepada siswa,” pungkasnya. (del)