Pengasuh : dr. Syamsul Bihar, M.Ked. (Paru), Sp.P.

Malaria Penyakit Menular yang Mematikan

malaria-penyakit-menular-yang-mematikan

Oleh: dr. Celvin Angkasa

SEBAGAI salah satu negara tropis terbesar, Indonesia merupakan negara dengan frekuensi penyakit infeksi tropis yang cukup besar di dunia, salah satu contohnya adalah penyakit malaria.

Tentunya, malaria juga men­jadi ma­salah yang cukup di­perhatikan oleh pemerintah, mengingat pe­nya­kit menular ini merupakan penyakit yang cukup sering terjadi di wila­yah Indonesia.

Berdasarkan The WHO World Ma­laria Report 2009, 3,3 milyar ma­nusia beresiko tertular malaria di 109 nega­ra. 98% angka kematian aki­­­bat malaria dunia berasal dari 35 ne­­gara. Malaria di Indonesia dapat ditemukan di se­panjang tahun. Me­nurut Sur­vei Kesehatan Rumah Tang­ga (SKRT) tahun 2011, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap ta­hun.

Penyebaran malaria di Indonesia le­bih tinggi di daerah perhutanan, ter­utama di In­do­nesia bagian Timur, di ma­na sekitar 113 juta pendu­duk dari jumlah seluruh pen­duduk Indonesia (214 juta) berada di daerah be­re­siko tertular malaria. Ber­dasarkan data Dinas Kesehatan Sumut pasien malaria pada tahun 2012 sebanyak 13.682 jiwa, 2.419 jiwa di antaranya me­rupakan balita umur 0-4 ta­hun.

Kasus tertinggi pasien ma­laria se­lama tahun 2012 ber­ada di Kabu­paten Madina de­ngan jumlah pasien sebanyak 4.507 jiwa, Batu Bara 3.257 jiwa dan Kabupaten Asahan se­­banyak 1.327 jiwa. Perma­sa­lahan re­sistensi terhadap obat malaria se­makin lama semakin bertambah ter­u­tama pada wilayah Papua Nu­gini, Provinsi Papua, Papua Barat dan Sumatera.

Malaria berasal dari baha­sa Italia ya­itu mal = buruk dan area = udara. se­cara har­fiah malaria berarti pe­nya­kit yang sering kali terjadi pada da­erah dengan udara buruk akibat ling­kungan yang bu­ruk. Malaria adalah penyakit demam menular yang dise­babkan oleh protozoa genus plasmodium yang merupa­kan parasit pada sel darah me­rah (eritrosit).

Parasit ini ditularkan me­lalui gi­gitan nyamuk Ano­pheles yang meru­pakan vek­tor malaria, yang terutama meng­gigit manusia pada ma­lam hari mulai maghrib sam­pai fajar. Ter­da­pat lima pa­rasit penyebab malaria pada manusia, yaitu:

1. Plasmodium falcipa­rum, me­nim­bulkan banyak kom­plikasi dan mempunyai perlangsungan yang cu­kup ga­nas, mudah resisten de­ngan pe­ngobatan dan menye­babkan malaria tropika/fal­ciparum.

2. Plasmodium vivaks, me­ru­pa­kan infeksi yang paling sering dan me­nye­babkan malaria tertian/vivaks.

3. Plasmodium malariae, plasmodium malariae ini ja­rang ditemukan dan dapat me­nimbulkan sindrom nef­­ro­tik dan menyebabkan malaria quartana/malariae

4. Plasmodium ovale, plasmodium ini dijumpai di Afrika dan Pa­sifik Barat. Di Indonesia dijumpai di Irian dan Nusa Tenggara, membe­ri­kan infeksi yang paling ri­ngan dan se­ring sembuh spon­tan tanpa pengo­batan, menyebabkan malaria ovale.

5. Plasmodium knowlesi, dilapor­kan pertama kali pada tahun 2004 di daerah Sera­wak, Malaysia. Juga di­temu­kan di Singapore, Thailand, Myan­mar serta Filipina.

Plasmodium falciparum (penye­bab kematian paling utama) dan plas­modium vi­vaks me­ru­pakan pe­nye­bab ma­laria ter­banyak, plasmodium fal­ciparum. Akhir-akhir ini dila­porkan terjadi­nya penularan mala­ria yang disebabkan oleh Plasmodium know­lesi yang merupakan penyebab malaria pada kera, yang terjadi di ka­wasan hutan di Asia Tenggara.

Keluhan pada penderita malaria biasanya muncul Ke­luhan antara lain lesu, malaise, sakit kepala, sakit tu­lang belakang (punggung), nyeri pa­da tulang atau otot, ano­rek­sia, pe­rut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung se­belum keluhan demam mun­cul, dan nyeri pada pen­derita malaria biasanya sa­ngat hebat. Keluhan ini dise­but dengan keluhan prodromal.

Gejala klasik malaria ter­diri dari beberapa serangan demam dengan in­terval ter­tentu, diselingi dengan pe­­riodik bebas demam, serang­an de­mam dibagi atas tiga pe­riode (Trias malaria), yai­tu:

a. Periode dingin

Mulai menggigil, kulit di­ngin, dan kering, pasien se­ring mem­bung­kus diri de­ngan selimut atau sarung dan saat menggigil seluruh tubuh se­ring bergetar dan gigi-gigi saling te­rantuk, pucat sampai sianosis se­perti orang kedi­nginan. Periode ini ber­lang­­sung 15 menit sampai 1 jam di­ikuti dengan meningkatnya tempe­ra­tur. Hal ini terjadi ka­rena pecahnya eritrosit, dan hemoglobin berubah men­­jadi hemozin yang bersi­fat toksin.

b. Periode panas

Muka merah, kulit panas dan ke­ring, nadi cepat, dan panas tubuh tetap tinggi, da­pat sampai 40?C atau lebih, pasi­en membuka selimut­nya, res­pirasi meningkat, nye­ri kepala, nyeri retro-orbital, muntah-muntah, da­pat terjadi syok (tekanan darah turun), dapat delirium sam­pai terjadi kejang (anak). Pe­riode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan ke­adaan bekeringat.

c. Periode berkeringat

Pasien berkeringat mulai dari wa­jah, diikuti seluruh tubuh, sampai ba­sah, tempe­ratur turun, pasien merasa ke­lelahan dan sering tertidur. Jika pa­sien adalah penyebab kema­tian pa­ling utama ba­ngun akan merasa se­hat dan dapat melakukan peker­jaan biasa.

Namun gejala-gejala malaria yang sudah disebutkan juga bisa di­dapati pada pe­nyakit-penyakit in­feksi tro­pik menular lainnya seperti hal­nya pada demam tifoid, demam ber­darah dangue, IS­PA (Infeksi Sa­luran Perna­fas­an Akut), Leptospirosis. Maka dari itu untuk membe­da­kan penyakit malaria de­ngan penyakit infeksi tropis lainnya, perlu dilakukannya pemerik­saan lanjutan yang diajurkan untuk me­deteksi penyakit malaria, berupa:

1. Pemeriksaan Mikrosko­pis darah

Terhadap sediaan darah tetes te­bal dan tipis dilakukan pemerik­saan dilakukan pe­meriksaan mikros­ko­pis un­tuk menentukan:

a. Ada/tidaknya parasit ma­laria

b. Jenis spesies dan stadium para­sit malaria

c. Kepadatan parasit

2. Rapid Diagnostic Test (RDT)

Test ini digunakan di Unit Gawat Darurat (UGD), pada waktu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) atau untuk me­me­riksa malaria di daerah terpencil yang tidak tersedia sarana laboratorium atau un­tuk melakukan survei terten­tu.

Terdapat 2 jenis Rapid Diagnostic Test, yaitu:

a. Single Rapid Test: Un­tuk men­de­teksi hanya plasmodium falci­parum.

b. Combo Rapid Test: un­tuk men­de­teksi infeksi semua spesies plasmodium.

Pengobatan yang diberi­kan pada pen­derita malaria yang sudah ter­diag­nosa oleh dokter adalah pengo­ba­tan ra­dikal malaria dengan mem­bu­­nuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh ma­nusia. Semua obat anti malaria tidak boleh di­be­rikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi lam­bung.

Oleh sebab itu pasien ha­rus ma­kan terlebih dahulu se­tiap akan mi­num obat anti ma­laria untuk meng­hindari gejala mual, muntah, men­cret dan nyeri pada ulu hati. Pengo­batan malaria di Indonesia sendiri menggunakan Obat Anti Malaria Kombi­na­si (OAMK) yang dimaksud dengan pengobatan kombi­nasi malaria adalah penggu­naan dua atau le­bih obat anti malaria yang farma­kodina­mik dan farmakokinetiknya sesuai, bersinergi, dan efektif untuk membunuh parasit ma­laria tersebut.

Tujuan terapi kombinasi ini ada­lah untuk pengobatan yang lebih baik dan mence­gah terjadinya resis­tensi plasmodium terhadap obat anti ma­­laria. OAMK pada setiap jenis ma­­laria berbeda-beda, tergantung dari jenis mala­ria­nya dan beratnya ge­­jala yang menyertai malaria ter­sebut, sangat disarankan un­tuk meng­konsultasikan peng­gunaan OA­MK dengan tena­ga kesehatan yang berpe­ng­alaman untuk meng­ge­tahui efeksamping dan cara peng­gu­na­an yang baik dan benar.

Saat ini OAMK dapat di­temukan di fasilitas kesehat­an pemerintahan terdekat di sekeliling anda, dikarena ma­laria merukapan program ker­ja yang aka diberantas oleh peme­rin­tah, oleh karena ini ketersediaan OA­MK pasti didistribusikan secara merata di fasilitas kesehatan peme­rintah.

Seperti yang sudah dise­but­kan, bahwa malaria meru­pakan penyakit menular, yang artinya penyakit ini bisa diputuskan rantai penular­an­nya dengan melakukan pen­cegahan-pen­cegahan yang bersifat dinamis, agar pelak­sanaannya bisa lebih efektif. Pencegahan tersebut dapat berupa:

1. Berbasis masyarakat

• Pola perilaku hidup ber­sih dan se­hat (PHBS) masya­rakat harus se­la­lu ditingkat­kan melalui penyu­lu­han ke­se­hatan, pendidikan kesehat­an, diskusi kelompok mau­pun me­la­lui kampanye mas­sal untuk me­ngu­­rangi tempat sarang nyamuk (pem­beran­tasan sarang nyamuk). Ke­­­giatan ini meliputi menghi­lang­kan genangan air kotor, di antaranya de­ngan meng­alirkan air atau me­nim­bun atau mengeringkan barang atau wadah yang memung­kinkan sebagai tem­pat air tergenang.

• Menemukan dan meng­obati pa­sien sedini mungkin akan sangat mem­­bantu men­cegah penularan.

• Melakukan penyemprot­an me­lalui kajian mendalam tentang bio­nomik anopheles seperti waktu ke­biasaan meng­gigit, jarak terbang, dan resistensi terhadap insektisi­da.

2. Berbasis pribadi

• Tidak keluar rumah an­ta­ra senja dan malam hari, bi­la terpaksa keluar, sebaik­nya mengenakan kemeja dan ce­lana panjang berwarna te­rang ka­rena nyamuk lebih menyukai warna gelap.

• Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan mema­sang kasa anti nyamuk pada ventilasi pintu dan jendela.

• Menggunakan kelambu yang mengandung insekti­si­da.

• Menyemprot kamar de­ngan obat anti nyamuk atau meng­gunakan obat nyamuk bakar.

Menurut kriteria WHO ta­hun 1997, beberapa kompli­kasi yang mun­cul pada malaria dengan kondisi yang sagat berat, yaitu:

1. Malaria serebral dengan kesa­daran menurun, yang di mana infeksi malaria ini su­dah mencapai otak dan me­nyebabkan penurusan kesa­daran yang cukup memati­kan.

2. Anemia berat, yang di mana pen­derita akan meng­alami keku­ra­ngan Hb atau mungkin lebih dikenal de­ngan sebutan kurang darah oleh masnyarakatg awam.

3. Dehidrasi, gangguan asam basa (asidosis metabo­lik) dan gangguan elektrolit.

4. Gagal ginjal akut.

5. Gangguan paru-paru berupa pembengkaka paru.

6. Penurunan kadar gula darah.

7. Kegagalan sirkulasi atau syok di­sertai keringat di­ngin

Angka kesembuhan malaria yang disebabkan oleh plasmodium vivaks umum­nya baik, tidak menyebabkan ke­matian, walaupun jika ti­dak dio­bati, infeksi rata-rata dapat berlang­sung sampai 3 bulan atau lebih ka­rena mem­punyai sifat kekambuhan.

Sedangkan malaria mala­riae da­pat berlangsung sangat lama dengan ke­cenderungan untk kambuh kem­bali, per­nah dilaporkan sampai 30-50 tahun. Infeksi plasmodium fal­ci­parum tanpa penyulit ber­langsung sampai satu ta­hun. Prognosis infeksi plasmodium falciparum dengan penyulit menjadi buruk jika tidak ditanggulangi secara ce­pat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada gizi buruk.

()

Baca Juga

Rekomendasi