DILARANG MENCINTAI KUNANG-KUNANG

dilarang-mencintai-kunang-kunang

DILARANG MENCINTAI KUNANG-KUNANG

Titan Sadewo

Lihat! gua dipenuhi cahaya

orang-orang lampau pernah

ke sana dan tak kembali

"bukankah kita akan ke sana?"

ya, tapi kau harus tahu

di sana cuma ada

derap langkah penuh cemas

bukankah sejarah bisa

kita terjemah dari

coretan dinding

atau jejak kaki?

tak ada sisa

pun kalau dengar suara

itu juga cuma kinayah

lihat! gua dipenuhi cahaya

tanah dan dinding seakan

rumah bagi kunang-kunang masa silam.

FKIP UMSU / FOKUS UMSU

 

AKU TIDAK INGIN

Titan Sadewo

Aku tidak ingin melihatmu diguyur hujan sampai bajumu basah dan kau harus menggantinya setelah sampai di rumah aku tidak ingin melihatmu diserang surya sampai keringatmu mengucur deras dari dahi hingga dagu

dan menghapusnya menggunakan lengan bajumu.

FKIP UMSU / FOKUS UMSU

 

DI LEMARI : BAJUMU

Titan Sadewo

Di lemari tersimpan aroma tubuhmu membangun tumpukan rindu di lemari tersimpan gugur rambutmu menyisakan helai kenang di lemari tersimpan luka punggungmu meresap tangisan pilu.

FKIP UMSU / FOKUS UMSU

 

TUMPUKAN RINDU

Titan Sadewo

Jam tujuh pagi waktu indonesia bagian libur ayam jago menyanyikan lagu rindu dengan suara merdu matahari sedang hangat sehangat pelukan ibu ibu memasak di dapur ayah minum teh di beranda sedangkan aku menghancurkan tumpukan rindu yang

sudah ditata dari senin hingga sabtu.

FKIP UMSU / FOKUS UMSU

 

DESAKAN MIMPI DI KEPALA

Tanita Liasna

Pada desakan mimpi di kepala

aku bergegas membunuh perlahan

menitipkan semacam racun di serunut baranya membinasakan asa yang sembraut menyungging di jantungnya

Rumah Cerita, 030219

 

UNTUK SEBUAH KEHENINGAN

Tanita Liasna

Untuk sebuah keheningan yang kau berikan kuucapkan terima kasih

telah menjadi batu jantungku

berkalang segala rupa tak tersampaikan isyarat untuk sebuah keheningan yang kau berikan terima kasih sebab darimu aku tahu bagaimana hidup dalam sunyi tak bernama

Rumah Cerita, 160319

 

DAN UNTUK KESEKIAN KALINYA AKU BICARA

Tanita Liasna

Untuk kesekian kali kusampaikan

begitu hampa ini terkesiap di rintih senja memandang kosong matamu di labirin dadaku sendiri aku selalu merindu meski telah singgah jarak merapal kesunyian aku tetap mengasa

pada sebilah kisah antara kita

di antara dekap senja dan kalut malam

Rumah Cerita, 160319

 

SERAPAH

Tanita Liasna

Mungkinkah kau berlagak menjadi Tuhan untuk sebuah ingin dalam kefanaanmu larut kau pada semacam ambisi upayamu membunuh lembar demi lembar nuranimu sendiri

tidakkah detak dadamu mengingat Tuhan sedetik saja mengenang betapa sungguh kau bukan penunjuk arah hidup orang lain apakah telah menjadi tuli dan buta akal bathinmu melupa bahwa waktu kapan saja dapat menghabisi helai-helai usia yang kau banggakan pahamilah wahai manusia bermulut serakah akan tiba masa segala murka habis melumer di dada kerontangmu

Rumah Cerita, 290119

 

BAIT HITAM

Tanita Liasna

Kelam menyeruak

mentari jauh menelan pelita

rentan suaraku tercenung hampa

biar sunyi memangku malam

 

jikalau matahari telah enggan bersinar

biar malam menelan bahagiaku

biar galau hati kurangkai sendiri

menjelma menjadi bait-bait hitam

Rumah Cerita 11-19

 

MENDEKAM MAUT

Desi Debora Lumban Gaol

Saut suara menyelelinap dideruan telinga secerca sapaan yang sedetik menghilang saat raga tidak bersatu dengan tubuh dan jiwa bagaimana aku sanggup diam dibalik sangkar?

melihat tubuh yang kian kaku dan bersimbah tawaan, ditiap sudut terkujur kaku dan diujung jalan

lintasan, hatimu bagikan biasan kaca yang menyiat mata membasahi seluruh jalan kota kala itu

 

DI AKHIR MARET

Desi Debora Lumban Gaol

Memandang paras yang penuh dengan desakan raut palsu tampak jelas dari tamparan sinar bukan hati jika hanya mengengis-ngeis luka gentarkan deruan jalan kota biarkan dia mengaum, ditempat persemsembunyian

 

SEBAIT DOA

Desi Debora Lumban Gaol

Jangan biarkan daku menghilang dari pandanganMu terlalu sulit daku mencari pertolongan ditempat fana

andai kuk menembus langit biru mencari Dia kukejar sampai senja ditelan petang

 

TERSAYAT

Desi Debora Lumban Gaol

Paras hanya gambaran dunia semata sahaja tak dapat mengerti dan di percaya sampai manakah engkau mengenal hatiku?

iya, aku hanya memakai topeng yang tak "tampak" di balik layar lebarmu yang tersayat sesaat

 

WAKTU TAK BISA JADI LAWAN

Herniwati Lahagu

Aku tidak bisa melawan waktu,

aku cukup diam dan hanya diam untuk saat ini, aku berharap ini berlanjut lama karena aku tak bisa membiarkanmu pergi dan menjauh dari hati dan pikiranku biarkan saja gumpalan-gumpalan rindu terus tersimpan sampai waktu mempertemukan kita

 

WAKTU DAN PENANTIAN

Herniwati Lahagu

Waktu yang akan menjawab semua pertanyaanmu aku tak sanggup dengan itu karena aku hanyalah

perindu senja yang wahana dan tak akan pernah sirna bila di bisikkan oleh hati yang terluka karena penantian yang sangat lama

 

LELAHMU

Herniwati Lahagu

Lelahmu aku hargai, keringatmu

dan rasa sakitmu akan terbalas

bila saja ada keikhlasan dari hati

yang memberikan keringanan

langkah yang sungguh-sungguh

mencecapkan hati bagi orang disekitarmu

 

DIAM YANG MENJULANG

Herniwati Lahagu

Diam bukan karena ada dendam

tetapi, karena ada kebahagiaan tersendiri yang hendak dirasakan oleh jiwa dan perasaan hati yang menjulang tanpa ada sentuhan dari puluhan batin yang sama

 

KESAKSIAN

Domi S Hayong

Kesaksian matahari

kalau engkau telah membara hasad

pada tiang pilar yang tegar di pulau

 

kesaksian pohon buah

kalau engkau telah memanjat

hingga ranting teratas

untuk sebuah kebanggaan

 

kesaksian air

kalau engkau telah membasuh wajah burukmu dengan air mata orang pinggiran

 

lalu dimana akan ku temukan

dipan berkasur empuk

untuk sejahtera menikmati

lupa?

Srigunting, Maret 019

 

JALAN KEGELAPAN

Domi S Hayong

Sudah ia tempuh jalan kegelapan

hanya sekejap ia menyimpan duka

hanya sesaat ia memendam sepi

lalu ia melayani malam

melontar bunga api membakar

dermaga tempat hati berlabuh

 

disana tubuh berpacu liar dan jengah

sepi terhalau di bentang malam

setiap kata memilih sunyi

sudah ia tempuh jalan kegelapan

Srigunting, Februari 019

 

MENGENANG

Domi S Hayong

(Telah berpulang ia diawal 018)

Surutkah aku dengan amarahmu?

gentarkah aku dengan belatimu?

lihatlah aku datang di pintumu

menyandang kebenaran di lidahku

menatapmu dengan mata baja

lalu kau sodorkan tangan salam

 

mengenangmu sahabat, musuh

dan sahabat lagi hari ini awal Desember, serasa kau datang dari alam astral melawat putri semata wayangmu di atas pelaminan ratu sehari sedang dalam sendu yang tertahan

Srigunting, Desember 018

 

GOCENG

Domi S Hayong

Aku hanyalah sosok yang ingin

berada disini dermaga membara

manusia berjubel peluk cium, jabat salam dan lambaian tangan

 

aku hanyalah sosok yang ingin berada di sini tak ada yang pergi dariku

tak ada yang datang buatku

 

lalu, tiba lelaki lima puluhan

dan dalam jubelan manusia

tersenyum ramah dan jabat salam

“eeh, apa khabar.. kita pernah bersama di Rawamangun-Jakarta

hmm... tolong, ada goceng!”

 

terkesima, aku merogoh dan menyodorkan goceng padanya yang melesat pergi diiringi wajah plongoh dariku

Dermaga Belawan, Februari 019

 

TENTANG HARI RAYAMU /1/

Shania Nur Arvisyah

Hari rayamu yang tak pernah kutunggu

akhirnya sampai kala kita membatu

hari itu kuharap ruang dan waktu

memutus jarak matamu dan mataku

FKIP UMSU

 

TENTANG HARI RAYAMU /2/

Shania Nur Arvisyah

Kuhapus segala sedih tanpa luka

seperti kejujuranmu yang tak terbaca

hari itu kutangkap sepasang pipi merah muda menyapu air mata

menyelamatkanmu lewat doa

FKIP UMSU

 

TENTANG HARI RAYAMU /3/

Shania Nur Arvisyah

Senyummu rasa air tawar

sedang kalbuku terkapar

kuterawang tiupan lilin samar-samar

pasca harapan terurai liar

adakah damai untuk kukejar?

FKIP UMSU

 

TENTANG HARI RAYAMU /4/

Shania Nur Arvisyah

Hari rayamu yang tak pernah kutunggu

akhirnya sampai kala api menyerbu

biar kutatap punggungmu untuk menancap kalbu sebab jalan untuk kuucap selamat hilang setelah meninggalkanmu lalu tersesat

FKIP UMSU

 

MEMINTA ANGIN

Satria Dwi Saputro

Terbuka terkatup setiap waktu mulut ini mengucap kata tanpa suara yang bisa didengar siapapun hanya ingin bisa dirasakan oleh hati yang sedang jauh dari pelupuk mata yang menanti kabar dengan wajah selalu dirundung gelisah

ah, ingin nya kata-kata ini segera beranjak pergi menuju peraduannya

mungkin angin yang selalu hilir mudik dapat membawanya.

Beranda Sanggar Pelangi, 2018

 

L O V E

Calvine Williams

Lazim terdengar lantunan cinta

orang-orang merayakan cinta

vitamin bagi rasa sepi

eksistensi cinta memang tiada akhir

 

semarak cinta

suara-suara cinta menggema

memenuhi langit cakrawala

seakan semua mabuk cinta

lupa akan kehidupan kelam

 

untuk kamu kutulis surat untukmu karena aku malu mungkin aku hanya penakut biar surat ini yang membantu

menyampaikan rasa diriku

 

ENIGMA /1/

Rizki Audina

Bagaimana lagi harus kuusahakan?

enigmamu begitu menyusahkan

seharusnya kau paham, aku bukanlah anak pramuka seharusnya kau paham, aku tak pandai menebak kode rahasia

bicaralah dengan jelas, agar bisa aku membalas

(#catatanina, Februari 2019)

 

ENIGMA /2/

Rizki Audina

Aku sudah terlalu lelah, mencari jawaban atas enigmamu

aku ingin menyerah, biarlah rasa ini membeku

(#catatanina, Februari 2019)

 

ENIGMA /3/

Rizki Audina

Kita suka sekali bermain enigma. berusaha untuk saling menyusahkan diri masing-masing. ingin kejelasan tanpa mau menjelaskan.ingin kepastian tanpa mau memastikan.

kita suka sekali bermain enigma. untuk selanjutnya lesap tak bermakna.

(#catatanina, Februari 2019)

 

DIMANA SENJAKU

Rizki Audina

Tuan, di manakah senjaku?

tega sekali kau rebut paksa ia dari pelupukku tuan, kembalikan senjaku

(#catatanina, Februari 2019)

()

Baca Juga

Rekomendasi