"Cinema21" di Sekolah Sultan Iskandar Muda

cinema21-di-sekolah-sultan-iskandar-muda

Medan (Analisa). Rapat itu digambarkan berlangsung ricuh. Beberapa peserta sudah bangkit dari kursi masing-masing. Mereka sa­ling tuding. Kukuh memertahankan pendapat mereka. Ada yang meng­ingin­kan dasar negara berdasar syariat Islam, ada kelompok yang menolak.

Di tengah kericuhan itu, seorang laki-laki berperawakan tinggi besar, tiba-tiba bangkit dan berjalan ke arah podium. Laki-laki itu mengenakan peci hitam, celana panjang dan baju  putih. Ia lalu mengangkat tangan kanan­nya, menenangkan peserta rapat. Seperti tersihir, seluruh peserta rapat langsung duduk  terdiam. Saat laki-laki muda itu mulai ber­pidato, lamat-lamat mulailah mengalun instrumen­talia lagu Indonesia Pusaka.

'Izinkanlah saya menjawab perta­nyaan saudaraku. Apa dasar  negara kita? Ada lima azas. Satu rasa nasiona­lisme yang bisa menja­min seluruh war­ga bangsa. Negeri ini terdiri dari pulau-pulau. Suku-suku dan banyak bahasa. Hanya rasa kebangsaan yang bisa me­nyatukan itu semua. Rasa kebangsaan yang tidak sempit. Rasa kebangsaan un­tuk sebagian suku saja. Jadi saudara, saya seorang nasionalis, tapi nasio­na­lisme saya yang mengunggulkan per­sau­daraan.

Jangan sampai kita mengembang­kan nasionalisme yang mengisolasikan diri, tapi nasionalisme yang kukuhkan persaudaraan. Itulah yang saya sebut perikemanusiaan, butir kedua. Butir ketiga, setiap perselisihan yang ditim­bulkan pergesekan suku atau agama  diselesaikan secara musyawarah. Butir keempat, kesejahteraan sosial bagi se_luruh rakyat Indonesia. Butir kelima, bertakwah kepada Tuhan Yang Maha Esa."

Gedung bioskop pertama di sekolah

Kutipan dialog di atas diucapkan tokoh Bung Karno, yang diperankan aktor Ario Bayu dalam Film Soekarno garapan sutradara kondang, Hanung Bramantyo. Pemutaran perdana film Soekarno, Selasa (9/4) pagi menandai acara soft opening Auditorium Bung Karno dan Kolam Renang Sultan Is­kandar Muda di Kompleks Perguruan Sultan Iskandar Muda, Medan Sunggal.

Acara itu dihadiri kurang lebih 200 orangtua siswa yang ikut acara nonton bersama Film Soekarno. Sejumlah to­koh masyarakat Tionghoa, yang men­jadi donatur hadir seperti Rudy Kis­wanto, Peter Suhendra, Suhendra dan Johny Ang hadir dan ikut nonton bersa­ma.

Mewarisi semangat Bung Karno

Ketua Dewan Pembina Yayasan Per­guruan Sultan Iskandar Muda, dr. Sofyan Tan saat mem­berikan sambutan dalam acara itu menye­butkan kebera­daan bioskop itu merupakan yang per­tama ada di lingkungan sekolah di Su­matera Utara, bahkan mungkin di Indonesia.

Pemilihan nama Bung Karno, Presi­den pertama RI sekaligus salah satu tokoh prokla­mator RI  atau bapak bang­sa itu mengandung maksud agar siswa di Perguruan Sultan Iskan­dar Muda dapat meneruskan warisan nilai Bung Kar­no. Terutama kecintaan Bung Kar­n­o terhadap persatuan bangsa yang terben­tuk atas beragam suku bangsa.

Bung Karno bukan sekadar penggali dan perumus Pancasila tapi juga mampu menyatukan suku-suku yang berbeda itu. Seratus, bahkan seribu tahun ke depan nama Bungka Karno akan tetap dikenal sebagai tokoh pemersatu bang­sa Indonesia.

Sofyan Tan juga menyebutkan ke­beragaman bangsa Indonesia adalah se­buah fakta, sebuah sejarah yang tak bisa ditolak. Bangsa Indonesia terdiri atas  714 suku, dan memiliki lebih dari 1.200 bahasa daerah.

"Semua kekayaan itu harus kita peli­hara, lewat pemutaran film-film yan mendidik, kita akan mewariskan sema­ngat nasionalisme Bung Karno kepada generasi muda," katanya. Film sebagai media audio visual menurutnya memi­liki kemampuan lebih untuk menanam­kan nilai-nilai kebangsaan pada penon­tonnya.

"Kehadiran bioskop ini di sisi lain juga untuk mengurangi beban stres  sis­wa karena padatnya jadwal pelaja­ran," ujar dr. Sofyan Tan. (ja)

()

Baca Juga

Rekomendasi