Medan, (Analisa). Kolang kaling yang diproduksi dari buah pohon aren, ternyata tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab penganan yang satu ini ternyata, tidak hanya diminati oleh pasar dalam negeri. Namun juga sudah merambah pasar luar negeri dengan beberapa negera seperti Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina.
Bahkan permintaan setiap bulan Ramadan selalu mengalami peningkatan dibandingkan hari biasa. Hanya saja akibat keterbatasan bahan baku, pihaknya tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar.
Untuk Ramadan 1440 H saja, permintaan buah yang kaya akan khasiat ini meningkat hingga 100% baik domestik maupun untuk kebutuhan ekspor.
“Kalau permintaan meningkat ya dibandingkan hari biasa. Tapi jika dibandingkan tahun lalu menurun.Tahun lalu mencapai 500 ton dalam satu bulan. Ini, kalau saya prediksi hanya sekira 300 ton saja. Karena tidak ada bahan baku. Biasanya berapa pun yang kita sediakan ada saja yang menampung,"ujar Rusdi Gobam, perajin kolang kaling di Desa Sei Limbat Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat, Sabtu (18/5).
Didampingi istri Nurmayani, Rusdi yang merintis usaha tersebut sejak 35 tahun silam itu, menuturkan di hari biasa, pihaknya rutin setiap pekannya mengirimkan puluhan ton kolang kaling ke Jawa dengan tujuan Jakarta, Surabaya.
Selain itu, dia juga memenuhi permintaan ratusan ton lainnya dari sejumlah negara seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Singapura. Namun akunya, untuk eskpor tersebut sifatnya jual putus. Setidaknya dalam satu bulan, ekspor kolang kaling tersebut bisa mencapai 100 ton.
"Singapura, Malaysia tiap hari minta ratusan ton. Tapi kita tidak sanggup,"ujar Rusdi yang menerapkan konsep bisnis beli tunai ini. "Jadi kalau ada barang ada uang,"sambungnya.Dalam mengelola usaha ini, Rusdi mengaku memiliki dua varian kolang kaling yang dipasarkan masing-masing gepeng dan anggur. Untuk pasar ekspor, varian kolang kaling gepeng menjadi andalannya.
Untuk bahan baku, Rusdi memasok dari sejumlah daerah di Sumatera seperti Padang, Padang Sidimpuan, Aceh, Takengon, Sidikalang. Dalam proses pengolahan akunya tidak sulit. Sebab setelah direbus selama satu setengah jam, kolang kaling tersebut dikupas dan direndam selama tiga hari.
"Setelah tiga hari proses, jadi uang,"ujarnya.Usaha yang dirintis kecil-kecilan dengan investasi Rp400.000 itu, ternyata memberi berkah tidak hanya bagi keluarganya, namun juga warga sekitar. Sebab, mampu dengan kolang kaling ini mampu menggerakkan ekonomi masyarakat dengan menyerap ratusan tenaga kerja.
Dituturkan Rusdi, tidak mudah baginya membangun usaha tersebut. Sempat dipandang sebelah mata, dicibir bahkan disebut orang gila, namun tidak membuat surut semangatnya. Hingga akhirnya usaha itu, lima tahun kemudian sudah memiliki karyawan.
Berkat optimisme dan kegigihannya, Rusdi sukses mengembangkan dan mengangkat kolang kaling ini tidak hanya di pasar domestik namun juga manca Negara."Memang sudah dipikirkan dari awal, ke depan ini akan maju,"ujar pria yang mengaku hobi makan kolang kaling ini.
Dari usaha ini juga, dia berhasil menyekolahkan kelima orang anaknya. Serta mampu memenuhi segala kebutuhan hidup sehari-harinya. (ldi)