Sikapi Rencana Penjualan Kampus

Mahasiswa STKIP Budidaya Binjai Unjukrasa

mahasiswa-stkip-budidaya-binjai-unjukrasa

Binjai, (Analisa). Mahasiswa Sekolah Tinggi Kegu­ruan dan Ilmu Pendi­dikan (STKIP) Budidaya Kota Binjai unjukrasa dan mem­bakar proposal skripsi di ha­laman depan kampus mere­ka, Senin (20/5) pagi.

Aksi itu mereka lakukan sebagai upaya menuntut keje­lasan status dan legalistas se­kolah tinggi terkait, menyi­kapi rencana penjualan tanah dan bangunan kampus dari pihak yang mengaku sebagai pemilik yayasan.

“Kami tidak urus polemik di internal yayasan. Tuntutan kami hanya satu. Kami hanya ingin tahu, status dan legalistas STKIP Budidaya Binjai. Ja­ngan sampai kami jadi kor­ban,” ungkap Ansor Hidayat, selaku orator aksi.

Kejadian itu membuat ak­tivitas perkuliahan terhenti. Pasalnya, para ma­hasiswa me­milih bertahan dan melakukan aksinya, sembari menung­gu jawaban resmi dari pihak ya­yasan.

Bahkan akibat jumlah mas­sa yang cukup besar, sejumlah petugas kepolisian hadir di tempat itu. Hal itu mereka lakukan sebagai upaya penga­wasan dan pencegahan terha­dap kemungkinan terjadinya aksi anarkis.

Sekira satu jam berorasi, Ketua STKIP Budidaya Kota Binjai, Drs Irwan MPd, be­serta sejumlah dosen, menga­jak beberapa perwakilan mahasiswa untuk berdialog di aula lantai II kampus terkait.

Hasil pertemuan yang ber­langsung lebih dari 30 menit itu, Ketua STKIP Budaya Kota Binjai, Drs Irwan dan pa­ra dosen mengaku akan menyam­pai­kan aspirasi ma­hasiswa kepada Ketua Yaya­san Budidaya Kota Binjai, Ahmad Azrai Azis.

“Hasil keputusannya ba­gaiamana, kita belum tahu. Sebab, kita masih me­nunggu kehadiran pihak yayasan. Kemungkinan sore ini,” ung­kap salah seorang dosen.

Sri Agustina, salah se­orang ma­ha­si­s­wi STKIP Bu­di­daya Kota Binjai menga­takan, dia dan rekan-rekannya mengaku resah, jika sampai bangunan kampus tempatnya meng­ikuti kegiatan perku­liahan dijual dan berpindah kepemilikan.

Sudah muncul

“Setahu kami, polemik ke­pe­milikan di internal yayasan memang sudah muncul sejak setahun lalu. Tapi kami tidak menyangka situasinya akan seperti ini,” ujar Sri, didam­pingi rekannya, Maruf Wijaya Kesuma.

Dikatakanya, awal keresa­han mahasiwa dimulai sejak dipasangnya plank pengu­muman di depan Gedung STKIP Budidaya Kota Binjai, terkait rencana penjualan ta­nah dan bangunan kampus, Senin (13/5) pekan lalu.

Menyadari hal itu, Sri dan beberapa perwakilan mahasiswa lantas berau­diensi kepada Ketua STKIP Budi­daya Kota Binjai, Drs Irwan MPd, untuk mempertanyakan persoalan itu, termasuk bebe­rapa kemungkinan terburuk yang dapat saja terjadi.

Namun kekhawatiran Sri dan rekan-rekannya semakin memuncak, menyusul kelu­arnya somasi terkait per­mintaan pengosongan bangu­nan kampus, dari salah satu pihak yang mengklaim seba­gai pemilik yayasan.

“Somasi itu keluar dua hari setelah pemasangan plank, yakni pada Rabu (15/5),” katanya.

Merasa situasi semakin rumit, Jumat (17/5) siang, Sri dan rekan-rekan­nya kembali beraudiensi kepada Ketua STKIP Budidaya Kota Binjai. Da­lam pertemuan itu, pihak­nya me­nuntut STKIP Budi­daya Kota Binjai memfasi­litasi dialog dengan Yayasan Budidaya Kota Binjai.

Sebab menurutnya, seba­gian besar mahasiswa menga­ku bingung dengan masa de­pan mereka. Sebab, jika sam­pai tanah dan bangunan kam­pus dijual, dapat dipastikan ak­tifitas perkuliahan akan terhenti.

“Kalau sampai bangunan kampus jadi dieksekusi (di­kosongkan) dan dijual, kami bingung akan kuliah dimana, dan bagaimana status kema­hasiswaan kami,” ujarnya.

Sebaliknya, atas dasar pertemuan antara mahasiswa dan dosen, Sri dan rekan-re­kannya tetap menegaskan ke­ingin­an mereka untuk ber­dialog de­ngan pihak Yayasan Budidaya Kota Binjai, dan menunggu jawaban mereka.

“Jika memang jawabannya nanti tidak memuaskan dan tidak juga ada solusi, kami akan turun bersama de­ngan para dosen, menuntut paksa ketua dan pengurus Yayasan Budidaya Kota Binjai agar mundur,” tegasnya. (wa)

()

Baca Juga

Rekomendasi