
Sumatera Utara patut berbangga memiliki perwakilan pada pertukaran pemuda antar negara (PPAN) 2018 dengan turutnya Shitaaram sebagai Delegasi Utama Sumut. Ia juga sekaligus salah satu delegasi Indonesia dalam PPAN 2018 utnuk kapal Asia Jepang (The Ship for South East Asian and Japanese Youth Program/SSEAYP). SSEAYP ini diikuti 28 pemuda-pemudi Indonesia yang terseleksi secara ketat.
Shitaaram merupakan gadis kelahiran Selangor Malaysia 6 September 1996 yang sudah tinggal di Medan sejak berumur lima tahun dengan status kewarganegaraannya suah menjadi warga negara Indonesia sejak ia berumur 18 tahun. Hal ini menjadi cerita unik dibalik perjalannya untuk bisa lulus seleksi PPAN 2018 lalu.
Ia menggaku sudah mengikuti seleksi PPAN sejak tahun 2016, 2017 dan 2018 menjadi ketiga kalinya, akhirnya terpilih menjadi salah satu kandidat Sumut dalam PPAN 2018.
Perjuangan dan usaha Shitaa sangat luar biasa selama tiga tahun berturut turut untuk menjadi salah satu delagasi yang mewakili Indonesia di mata dunia.
Terlahir dari keluarga yang memiliki etnis India Tamil-Sunda, Shitaa di nilai cukup berani melalwan tantangan ini. Ia mengaku kendala yang ia rasa menjadi salah satu penghambat terkait etnis dan suku. Setelah dua kali gagal, tidak sedikit teman-temannya memberi saran kepada Shita agar mundur. Tetapi tidak dihiraukannya.
Shita menjadi pemejah rekor program PPAN yang berlangsung selama 45 tahun di Indonesia yang digelar Dinas pemuda dan olahraga serta Purna Caraka Muda Indonesia sebagai tim penyelenggara seleksi dianggap berhasil menampilkan representasi diversity cultural (keberagaman budaya) dari Sumut.
Gadis yang menempuh pendidikan terakhir di USU mengaku sedah bermimpi sejak kelas dua SMA untuk mengikuti ajak PPAN ini. Ia pertama kali mengetahuinya dari novel berjudul “Negeri lima menara” karya Ahmad Fuadi.
Awalnya, ia mengira program PPAN hanya settingan serita dalam novel. Namun setelah mencari tau lebih lanjut akhirnya menemukan artikel yang menyatakan program ini memang ada.
“Saya sudah menjadikan PPAN sebagai salah satu wishlist dalam kegiatan perkuliahan disamping target lainnya. Jadi pasti saya tidak mau membuang kesempatan ini,”kenangnya.
Dalam seleksi PPAN, ia ditanya mengenai aksi sosial yang sudah dilakukannya di masyarakat sebagai wujud nyata. Bahwa kita siap pakai dan siap terjun kemasyarakat ketika meneri amanah sebagai delegasi PPAN Indonesia.
Menurut penuturannya, ada niat yang paling mendasar mengapa ia tidak pantang menyerah untuk mengikuti program PPAN berulang kali, yakni mendorong teman-teman yang lain khususnya India Tamil untuk mengikuti program ini, agar memperkenalkan etnis budaya kita sehingga menunjukkan rasa cinta kepada Indonesia.
Kita sebagai pemuda, dapat berkontribusi memperkenalkan nama baik Indonesia di mata dunia.
“Siapapun kita dari latar belakang apa saja kita tetap sama, kita bagian dari Indonesia. Kita bertanggung jawab untuk mengharumkan nama bangsa tanpa memandang minority or majority,” ucapnya dengan haru. (rel/Radif Publisher)