Masjid Sulaimaniyah Bersejarah dan Bercorak Melayu

masjid-sulaimaniyah-bersejarah-dan-bercorak-melayu

Oleh: Amirul Khair. CORAKNYA khas Melayu. Dindingnya didominasi balutan kuning dan sedikit variasi hijau tua. Konsentrasi hijau tua juga menyeluruh pada bagian atap bangunan utamanya. Dari aspek arsitektur, Masjid Sulaimaniyah di Kelurahan Simpang Tiga Pekan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) ini terlihat mengesankan dan unik.

Berbeda dengan bentuk masjid kebanyakan, bangunan religi yang sudah berusia lebih seabad ini, didukung menara berbentuk silinder menyerupai roket yang tidak terlalu tinggi pada sisi kanan fasadnya. Khusus menara tersebut, merupakan bangunan tambahan karena baru beberapa tahun lalu dibangun oleh Dewan Nazir.

Melihat fasadnya, kita akan langsung berkesimpulan jika masjid tersebut merupakan bangunan khas Melayu. Selain kuning dan hijau tua yang menjadi penandanya, juga adanya ornamen pucuk rebung yang memanjang bahkan mengelilingi lisplang masjidnya.

Lisplang khas Melayu itu pun disempurnakan dengan bentuk atap plana ganda, yang lisplangnya juga berhias pucuk rebung. Posisi atap plana ganda yang tengah segitiganya bertuliskan nama masjid ini, juga sebagai penanda posisi pintu utama.

Pada bagian atas bangunan utama masjid, dihiasi atap piramida bertingkat yang dipuncaki limas menjulang dengan bintang-bulan sabit. Tiga dari empat sudut penjuru mata angin bagian atas masjid, terdapat kubah kecil berbentuk limas. Sedangkan salah satu sudutnya merupakan posisi menaraterpisah Dari luar posisi mihrab menonjol terpisah dari bangunan utama masjid yang empat persegi panjang.

Sebelum menapak memasuki masjid, pintu utama model kupu-kupu yang juga berhias khusus, dilengkapi ventilasi besar dengan sedikit jalusi.

Bagian dalam masjid didukung 4 tiang besar untuk menyangga bagian atas. Persis di tengah bangunan yang dibatasi ke-4 tiang penyangga itu, ada langit-langit persegi delapan yang menjorok ke atas. Sekeliling sisi langit-langit ini dihiasi kaligrafi Arab dan pas di tengah langit-langit itu berhias ornamen khas Arabian.

Pada sisi paling belakang ruang mihrab terdapat kaligrafi berlafal Allah. Sedangkan di bagian depannya yang dilengkapi dua penyangga di kiri-kanan mulut mihrab, juga dihiasi floral Arabian. Nilai historis masjid ini diperkuat dengan keberadaan mimbar lama bercorak khas Melayu. Hingga kini mimbar tersebut tetap digunakan khatib saat menyampaikan khotbah salat Jumat.

Lokasinya yang persis di pinggir Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) membuat masjid ini menjadi persinggahan banyak pelintas. Mereka yang singgah, mulai dari yang berkendaraan roda empat hingga roda dua. Ada yang memang ingin menjalankan kewajiban kepada Allah Swt lewat salat lima waktu, bahkan ada juga pengunjung yang sekadar singgah untuk beristirahat setelah lelah dalam perjalanan.

Lokasinya juga cukup nyaman juga menjadi daya tarik bagi pengunjung sehingga mereka ingin melihat dari dekat keberadaan masjid ini.

Seabad lebih

Masjid dengan 4 kubah kecil bertingkat berbentuk persegi 4 memanjang itu ternyata berumur sebad lebih. Pendiriannya bersamaan dengan berpindahnya Keraton Kesultanan Serdang dari Rantaupanjang (Kecamatan Pantailabu, Kabupaten Deliserdang) ke Perbaungan (sekarang Kabupaten Serdangbedagai) pada tahun 1894.

Masjid ini merupakan bangunan peninggalan sejarah yang didirikan Sultan Serdang V yakni, Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah (1879-1946). Informasi di dinding masjid pada bagian kiri menerangkan, pada 29 Juli 1889, Sultan Sulaiman membuka Pekan Simpang Tiga-Perbaungan (Bandar Setia) dan mendirikan Istana Darul Arif di Keraton Kotagaluh.

Kemudian tahun 1894, ibukota Kesultanan Serdang dipindahkan dari Rantaupanjang ke Keraton Kotagaluh Perbaungan serta didirikanlah Masjid Raya Sulaimaniyah yang selanjutnya tahun 1901 dibangun permanen yang jaraknya tidak jauh dari Istana Darul Arif tempat Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah bersinggasana.

Sejak didirikan sampai sekarang, Masjid Sulaimaniyah sudah mengalami beberapa kali renovasi, di antaranya tahun 1964 dan 1974. Renovasi perdana kubah mahligai, keramik bagian dalam dan dekorasi interior serta bilik toilet dilakukan tahun 2004 sampai 2005 berkat bantuan Dewan Nazir Wakaf Sultan Serdang, Presiden RI Megawati Sukarnoputri, Gubernur Sumut Tengku Rizal Nurdin, mantan Sekjen Departemen Kesehatan RI Dr Syafii Ahmad MPH dan dermawan yang tidak mengikat.

Wisata sejarah

Keberadaan masjid ini layak sekali dijadikan  objek wisata religi dan sejarah. Selain usianya yang sudah seabad lebih dan masih terawat, nilai-nilai sejarah yang melekat sebagai peninggalan dari kejayaan masa silam Kesultanan Serdang patut dijadikan sebagai peninggalan sejarah yang harus dipelajari dan dikenang. Apalagi Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah, pendiri masjid ini, merupakan tokoh nasional yang mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Adipradana dari pemerintah pusat semasa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Selain bangunan utama masjid, di sekitarnya juga terdapat makam (Kuburan) Orang-Orang Besar Kesultanan Serdang di antaranya, Sultan Serdang V Tuanku Sulaiman Syariful Alamsyah, Putra Mahkota (Sultan Serdang VI) Tuanku Tengku Rajih Anwar, Sultan Serdang VII Tuanku Abunawar Sinar Syariful Alamsyah dan Sultan Serdang VIII Tuanku Luckman Sinar Basarsah II. Sistem Kerapatan Kesultanan Serdang saat ini dilanjutkan Sultan Serdang IX Tuanku Akhmad Thalaa Syariful Alamsyah selaku Pemangku Adat karena dua fungsi sebelumnya selaku Kepala Pemerintahan dan Kepala Agama Islam sudah diambil perannya oleh pemerintah saat ini.

Masjid Sulaimaniyah serta nilai-nilai kearifan lokal yang melekat serta keberadaannya dapat menjadi objek wisata sejarah. Namun, perlu dukungan pemerintah setempat agar dapat hadir dan melakukan intervensi dalam menjaga nilai-nilai sejarah ini sehingga tidak hilang ditelan masa.

()

Baca Juga

Rekomendasi