Mencegah Kepunahan Tanaman Obat Anti Kanker

mencegah-kepunahan-tanaman-obat-anti-kanker

Oleh: Dr. Ahmad Dany Sunandar, S.Hut., M.Si.

TANAMAN Taxus sumatrana yang ada di Sumatera Utara terancam punah. Padahal tanaman ini punya potensi untuk mengobati berbagai jenis kanker. Untuk menyelamatkan tanaman obat itu, sejak tahun 2010, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli melakukan pembangunan areal konservasi (plot) eksitu T. sumatrana di Kabupaten Karo.

Tak dipungkiri, Indonesia merupa­kan negara dengan aneka kekayaan tumbuhan obat yang melimpah. Hutan tropika Indonesia adalah tempat tumbuh bagi 80% tanaman obat di dunia yang berjumlah 28.000 spesies. Dari puluhan ribu spesies tersebut, sebanyak 1.000 spesies telah digunakan sebagai tanaman obat dari 2.039 jenis tumbuhan obat yang ada.

Menurut Badan POM, terdapat 283 tanam­an yang telah diregistrasi untuk penggunaan obat tradisional/jamu. Sebanyak 180 di­an­taranya merupa­kan jenis tumbuhan obat yang masih dikumpulkan secara langsung dari hutan. Salah satu tanaman itu adalah taxus.

Menghambat Sel Kanker Ovarium dan Payudara

Sejak tahun 1970an, taxus sudah dikenal di dunia sebagai bahan obat anti kanker rahim dan kanker payu­dara. Penelitian mengenai taxus ini dimulai dari spesies Taxus Baccata di Amerika Serikat dan ternyata sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Ekstrak dari tanaman ini mengandung paclitaxel (TaxolTM) yang berguna untuk menghambat pertumbuhan sel kanker ovarium dan kanker payudara. Selain itu, taxus ternyata juga diketahui punya potensi sebagai obat untuk mengem­balikan kestabilan rangsangan sel saraf sehingga dapat mencegah atau mengatasi kejang (anticonvulsant), (obat penurun panas) antipyretic dan obat pereda nyeri (analgesic) serta mengandung antioksi­dan yang tinggi.

Meski pada awalnya penelitian taxus masih terfokus pada spesies Taxus Baccata, dalam penelitian lanjutan, ternyata semua genus taxus mempunyai potensi sebagai obat anti kanker. Tidak terkecuali Taxus Sumatrana.

Genus Taxus itu sendiri memiliki 24 spesies dan 55 varietas. Sebaran alami tumbuhan obat ini hanya terdapat di beberapa negara Asia seperti Taxus Cuspidata (Jepang), Taxus chinensis (China), dan Taxus Sumatra­na yang ditemukan di Indonesia, Taiwan, Vietnam, Nepal, dan Tibet. T. sumatrana ini tersebar di Sumatera Utara, Jambi, dan Suma­tera Selatan. Potensi jenis ini sebagai obat kanker telah banyak diteliti. Taxus Sumatrana ternyata bisa untuk mengobati berbagai jenis kanker seperti human liver carcinoma (Hepa59T/VGH), human large cell carcinoma of the lungs (NCI), human cervical epitheloid carcinoma (Hela), human colon adenocarcinoma (DLD-1), human medulloblastoma (Med) cell lines dan human PC-3 tumor ells.

Meski tanaman Taxus Sumatrana punya potensi untuk mengobati kanker, namun keberadaan tanaman obat ini masih kurang populer di masyarakat. Hanya sebagian masyarakat yang telah mengetahui khasiat tanaman tersebut dan memanfaatkan untuk pengobatan herbal. Masyarakat Jambi, adalah contohnya.

Pohon Taxus Sumatrana yang tumbuh sepanjang jalur pendakian Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh, telah banyak diambil kulitnya oleh warga dan para pendaki yang telah mengetahui manfaatnya. Berke­balikan dengan Jambi, di Sumatera Utara dan Sumatera Selatan, masih sedikit masyarakat yang terpapar informasi tentang manfaat tumbuhan ini untuk kesehatan. Lokasi tempat tumbuh tanaman ini yang sulit di jangkau atau berada di areal yang terlindungi, juga jadi kendala lain..

Terancam Punah

Meski di Sumut dan Sumsel, Taxus Sumatrana belum tereksploitasi namun populasi tanaman obat ini sebenarnya tengah terancam punah. Itu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tingkat regenerasi yang rendah, masa dormansi benih yang lama dan pertumbuhannya relatif lambat.

Selain itu, persebaran tanaman ini juga tidak terlalu luas dan hanya terkonsentrasi di temat tertentu (spotted) di beberapa wilayah. Wilayah penyebaran terluas ada di Jambi, yakni meliputi Gunung Kerinci, Gunung Tujuh, dan Danau Belibis. Di Sumatera Utara penyebarannya berada di sekitar Gunung Sibuaton dengan areal yang sempit. Semen­tara di Sumatera Selatan berada di sekitar Gunung Dempo.

Tingkat Regenerasi Rendah

Salah satu yang mengkhawatirkan dari pesebaran Taxus sumatrana ini adalah tingkat regenerasi yang rendah, terutama di Gunung Sibuaton dan Gunung Dempo. Di Gunung Sibuaton, regenerasi pohon untuk tingkat tiang bahkan tidak ada. Sedangkan di Gunung Dempo, hanya terdapat pohon dewasa tanpa ada regenerasi untuk tingkat di bawahnya, baik semai, tiang dan pancang. Untuk di Jambi, tingkat regenerasi Taxus Sumatrana masih baik namun jika dibandingkan dengan jenis lain, tingkatnya masih sangat rendah.

Panjangnya masa dormansi benih dan per­tumbuhan yang lambat menjadikan tanaman obat ini kalah bersaing dengan jenis lain. Diatas semua masalah itu, rendahnya tingkat rege­nerasi merupakan hal yang paling meng­khawatirkan. Jika tidak dilakukan tindakan penyelamatan, suatu saat jenis tanaman ini dapat punah.

Budidaya Lewat Stek dan Kultur Jaringan

Salah satu upaya penyelamatan Taxus Sumatrana dapat dilakukan dengan memba­ngun plot eksitu dan memperbanyaknya melalui stek. Balai Penelitian dan Pengem­bangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli telah mela­kukan upaya membangunan plot eksitu T. sumatrana sejak tahun 2010.

Langkah pertama dilakukan dengan mengumpulkan material genetik di Gunung Sibuaton, Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh. Setelah itu dilakukan perbanyakan lewat persemaian BP2LHK Aek Nauli. Saat ini telah dibangun tiga plot eksitu Taxus Sumatrana di Kebun Percobaan Sipisopiso, Kabupaten Karo, Suma­tera Utara. Total luas area untuk plot eksitu T. sumatrana adalah 2,8 hektar dengan jumlah tanaman 1.850 batang yang terdiri dari beberapa umur tanam.

Perbanyakan dan pengembangan Taxus sumatrana yang dilakukan BP2LHK Aek Nauli merupakan usaha penting. Tidak hanya dilihat dari sisi konservasi tanaman obat yang ada di Indonesia, tapi juga mengingat kan­dung­an zatnya yang memiliki potensi untuk me­ngobati penyakit kanker ovarium dan payudara yang paling menakutkan kaum perempuan itu.***

()

Baca Juga

Rekomendasi