
Lubukpakam, (Analisa). Hubungan negara Jepang dengan Indonesia sudah berlangsung lumayan lama lebih dari 60 tahun. Negara bunga Sakura itu punya kepentingan terhadap sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Karena itu Jepang sangat menyambut baik gagasan Yayasan Caritas PSE dalam merehabilitasi generasi Indonesia yang terlanjur menjadi pecandu narkoba.
Hal itu dikatakan Vice Consul Konsulat Jepang di Medan Masamu Yamamori saat berkunjung ke Pusat Rehabilitasi Narkoba Yayasan Caritas PSE KAM di Kota Lubukpakam, Sabtu (6/7) dalan rangkaian acara Japan Day and Family Support Gathering bertema ‘Generasi Milineal Tanpa Narkoba’.
Menurut Yamamori, pemerintah Jepang sangat menyambut baik setiap kegiatan positif yang berorientasi dalam meningkatkan kualitas SDM sehingga gagasan-gagasan bersifat meningkatkan kualitas mereka dukung termasuk rehabilitasi terhadap orang-orang yang terlancur menjadi pecandu narkoba.
Sebagaimana dimaklumi urainya, Sumatera Utara dan Kota Medan merupakan daerah yang sudah masuk dalam kategori darurat narkoba. Baik Pemerintah Sumut dan Kota Medan, keduanya sudah berupaya sangat keras memberantas peredaran narkoba.
Yayasan Caritas PSE dinilai menjadi bagian yang berupaya keras untuk membangun SDM sehingga Pemerintah Jepang melalui Konsulat di Medan pada 2016 memberikan bantuan dana berupa ‘Hibah Grassroot’ senilai Rp1 miliar lebih untuk proyek pembangunan ‘Pusat Perawatan dan Pemulihan Adiksi Narkoba’ dan telah diresmikan 2017 lalu. “Kami selalu welcome kalau ada permohonan seperti ini. Ke depan Konsulat Jenderal Jepang dengan bantuan lainnya tetap membantu seperti pendidikan,” terang Yamamori.
Bantuan hibah yang diberikan bersumber dari warga Jepang melalui pemerintah Jepang disalurkan kepada masyarakat melalui Yayasan Caritas PSE dan diharap bisa dirawat dengan baik dan digunakan untuk penyembuhan para pecandu narkoba.
Usai meninjau langsung fasilitas gedung rehabilitasi yang turut didampingi Ketua Yayasan caritas PSE Todo Agustinus Pasaribu dan sejumlah pengurus, Yamamori mengaku senang karena pihak pengelola merawat dengan baik. “Saya sangat senang gedung ini dirawat dengan baik dan ada banyak SDM residensi yang sedang masih penyembuhan, dan berharap proses seperti ini berjalan lancar,” ucapnya.
Representatif
Ketua Yayasan Caritas PSE Todo Agustinus Pasaribu menguraikan, gedung pusat rehabilitasi yang dibantu dari hibah negera Jepang itu sudah cukup refresentatif untuk memberikan pelayanan terhadap pecandu narkoba yang direhabilitasi dengan pelayanan maksimal untuk 80 orang.
Dalam proses berjalan saat ini, ada 32 orang yang mengikuti program rehabilitasi dengan lama perawatan dan penyembuhan 3-5 bulan. Dari peserta yang direhabilitas kurun waktu 2 tahun terakhir sejak diresmikan, sekira 70 persen berhasil dan sisanya ada yang kembali lagi harus mengikuti perawatan karena setelah keluar masih kembali kepada barang haram itu. "Sekitar 70 persen berhasil. Tapi ada juga yang kembali setelah keluar karena terkena narkoba lagi,” jelas Todo.
Karena itu, setiap peserta rehabilitasi yang keluar setelah mengikuti proses penyembuhan, diharapkan peran keluarga berfungsi untuk tetap memberikan dukungan kepada mereka. Stigma negatif terhadap mereka baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat menjadi sebab mereka tidak mampu dan kembali setelah direhabilitasi. "Peran keluarga untuk mendukung mereka sangat penting agar mereka tidak kembali menjadi pemakai narkoba lagi setelah keluar dari sini,” terangnya.
Dalam kesempatan itu, peserta rehabilitasi juga menampilkan kebolehan mereka dalam bernyanyi, menari kesenian Jepang dan tarian Tortor Batak Toba serta membacakan hasil puisi buatan mereka sendiri hasil pembinaan selama mengikuti proses rehabilitasi. "Upaya Caritas PSE sangat baik dilihat dari penampilan kesenian yang dipertunjukkan para peserta rehabilitasi tadi yang sangat positif,” puji Yamamori. (ak)