
"Terimakasih Allah, untuk segalanya. Kau tidak pernah biarkan aku tidak mendapat cahaya-Mu. Kau tidak pernah ingin aku tersesat begitu jauh,” kutipan isi buku.
Setiap yang namanya hidup, otomatis akan menghadapi masa-masa sulit juga masa-masa senang. Kita hidup tidak mungkin akan terus bahagia, senang dan tenang. Adakalanya kita akan dihadapkan dengan peliknya ujian dan teguran dari Sang Maha Kuasa, guna meningkatkan ketakwaan kita pada-Nya, dan boleh jadi itu cara Ilahi Rabbi menaikkan derajat ketabahan dan keikhlasan kita dalam menghadapi rintangan dari-Nya. Dari itu, yang perlu ditanamkan adalah tidak berprasangka buruk pada Sang Khalik, akan tetapi yakinlah Allah itu takkan menguji hambanya diluar batas kemampuan hamba itu sendiri.
Sungguh Allah ituMaha Adil, mari berpikir kembali bukan saja manusia yang mendapatkan masa-masa sulit itu. Coba lihat sekitar, bunga-bunga yang tumbuh di pinggir jalan ada yang hampa dan kering karena tidak disiram, itu bentuk masa sulit bagi si bunga. Pepohonan ditebang hingga tumbang sampai tersisa hanya batang-batang, itu juga masa sulit bagi si pohon.Ulik lagi dampak pohon ditebang, merampas tempat tinggal binatang yang perlahan hidupnya dikikis kematian, akhirnya alam tak lagi terlihat memesona, itu pun bentuk masa sulit untuk si binatang dan hewan.Pastinya, setiap makhluk akan menjalani masa-masa sulit apapun itu bentuknya.
Kalau masih bisa merasakan masa-masa sulit artinya beruntung, sebab kita masih bisa merasakan betapa sayangnya Allah pada hambanya.Kita masih dijaga dan dipelihara-Nya.Maka tetap tabah dan bersyukur juga tidak menyerah, itu saja yang dilakukan.Kalau merasakan masa-masa senang jangan lupa mengingat-Nya, bersyukur, dan jauhi jumawa.
Terkadang kita pernah bertanya-tanya tanpa jawaban, kenapa aku hidup? ketika diterpa masalah bertanya, kenapa aku di uji? Bahkan mengumpat bahwa hidup ini melelahkan, astaghfirullah. Bagi kita yang bila mana pernah melakukannya, janganlah diulangi lagi. Di dalam buku yang berjudul “Tenanglah Ada Allah” begini dikatakan,“Hidup adalah untuk beribadah, karena aku hidup pada akhirnya aku mati. Cukuplah itu menjadi alasanku untuk hidup dan bergerak setiap harinya menjalani aktifitas duniawi, yang bisa dijadikan media beribadah dan dakwah demi meraih rida Allah”. Hal. 7
Begitu menyentuhnyaisibuku yang ditulissebanyak 272 halaman ini. Di sini, Yusrina Sri sebagai penulisnya menyampaikan, tugas hidup yang utama itu adalah beribadah dan akhir dari kehidupan itu meraih surganya Allah. Dalam buku yang dituliskannya dengan sudut pandang orang pertama ini, ia katakan begini, “Sejak awal aku dihidupkan dengan satu tujuan; menyembah Allah, beribadah pada Allah. Lalu hari-hari, pekerjaan, harta, takhta, jabatan, gelar, bahkan keluarga dan sanak saudara malah melalaikanku dari tujuan utama.
Harusnya pekerjaanku, hartaku, takhta, jabatan, gelar, dan keluarga, semuanya bisa dimanfaatkan sebagai media ibadah. Harusnya aku bekerja diniatkan lillah, karena Allah, maka akan bernilai ibadah, yang mana jika aku mati dalam bekerja, surga telah tersedia, insyaallah”.
Buku yang dirampungkan dengan begitu menarik ini, mengajak pembaca untuk meluapkan keyakinan dengan penuh, yakin dengan utuh, yakin pada Allah subhanahu wa taala. Bahwa Ia itu tahu apa yang tengah dihadapi hambanya, luka apa yang sedang melanda umatnya, derita apa yang kini tengah menimpa makhluknya, kita pasti akan diberi-Nya jalan keluar dari setiap permasalahan, akan ada jawaban untuk setiap pekara, ingatlah Allah itu tak pernah tidur. Seperti yang tertulis begitu menyentuh di buku berkover biru ini, “Bila yakinmu pada Allah adalah yakin yang utuh, maka luka mu yang menganga akansembuh, cemasmu yang berlebihan akan hilang, hatimu yang dirongrong gelisah akan jadi tenang, jalan hidup yang kelam jadi terang, dan bahagia telah menyambut dengan tangan terentang.”
Jangan lagi kita berpikiran yang tidak-tidak tentang mengapa kita diciptakan, untuk apa kita hidup, mengapa kita di uji begitu berat, menyerah dengan mengatakan aku lelah dengan hidup ini, jangan. Mari bersama kita memohon ampunan-Nya.
Sungguh, buku ini sangat direkomendasikan sekali untuk dibaca, isi yang dikuak tidak membosankan, sub-sub tema yang diulas mengangkat kisah-kisah yang sesungguhnya dialami manusia. Pun, buku ini memberikan solusi yang bisa membuka pikiran pembaca. Hanya saja sedikit yang menjadi kekurangan buku ini, dari pemilihan warna latar belakang (background) halaman buku yaitu abu-abu, tampaknya akan memberikan efek jenuh, selebihnya buku ini bagus dan bermanfaat sekali.
Sekali lagi, yakin dan ingatlah Allah itu tidak pernah tidur, dia selalu sedia bagi hambanya. “Kamu hanya perlu yakin seyakin-yakinnya pada Allah. Yakin yang utuh.Yakin yang sungguh.Yakin yang tanpa rumpang dan kurang sedikitpun,” sepotong dari berbagai potong kutipan yang memotivasi dari buku ini.
Peresensi: Ayu Wulandari Hasibuan, Mahasiswa Jurusan Hukum Pidana Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumatera Utara, dan Kru LPM Dinamika UIN SU