
Oleh: dr.Helen Widiani. Lupus Eritematosus Sistemik (LES) mungkin sudah sering didengar masyarakat. Penyakit ini sudah banyak menyerang penduduk di seluruh dunia. Meskipun LES bukan suatu penyakit baru, namun masih banyak yang belum mengetahuinya.
LES merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan adanya inflamasi luas yang dapat menyerang sel, jaringan, organ dan sistem di dalam tubuh. Penyakit autoimun penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh kita sendiri.
Dalam keadaan normal, antibodi berfungsi untuk melindungi tubuh dari berbagai zat asing yang dapat menyebabkan penyakit. Namun, pada orang yang mengalami penyakit ini, antibodi yang dimiliki justru menyerang sel-sel tubuh sendiri, sehingga mudah mengalami infeksi ataupun inflamasi.
Inflamasi akibat penyakit lupus dapat menyerang berbagai bagian tubuh, seperti kulit, sendi, sel darah, ginjal, paru-paru, jantung, susunan saraf pusat.
Menurut dana WHO, tahun 2017 jumlah penderita penyakit lupus di seluruh dunia mencapai 5 juta orang, di mana setiap tahun ditemukan lebih dari 100.000 penderita baru.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tapi paling banyak dan rentan pada usia 15-40 tahun. Frekuensi pada wanita dibandingkan pria berkisar 9:1.
Hingga saat ini, penyakit lupus merupakan penyakit autoimun kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, memiliki variasi gambaran klinis yang luas, dan tampilan perjalanan penyakit yang bervariasi.
Faktor genetik, imunologik, hormonal, serta lingkungan diduga juga berperan dalam perjalanan penyakit.
Faktor resiko penyakit lupus adalah:
- Faktor genetik: sekitar 7% pasien LES memiliki keluarga dekat (orangtua/saudara kandung) yang juga terdiagnosis LES.
- Faktor hormonal: perempuan lebih banyak terkena penyakit LES dibanding laki-laki. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit LES sebelum periode menstruasi atau selama kehamilan mendukung dugaan bahwa hormon, khususnya estrogen menjadi pencetus LES.
- Faktor lingkungan: infeksi, stress, makanan, antibiotik (khususnya kelompok penisilin), sinar UV, merokok merupakan factor pencetus timbulnya LES.
Gejala yang ditimbulkan sangat beragam dan sering kali pada keadaan awal tidak dikenali sebagai penyakit lupus. Gejala yang muncul ada yang ringan, dan berat hingga yang mengancam jiwa.
Kecurigaan akan penyakit lupus eritematosus sistemik perlu dipikirkan bila dijumpai 2 atau lebih kriteria sebagaian tercantum di bawah ini,yaitu:
1. Wanita mudah dengan keterlibatan dua organ atau lebih.
2. Gejala konstitusional, yakni kelelahan, demam, penurunan berat badan.
3. Muskuloskletal, nyeri dan peradangan sendi
4. Kulit, ruam kemerahan pada pipi hingga hidung, polanya seperti kupu-kupu (butterfly atau malar rash)
5. Ginjal, hematuria, proteinuria, sindroma nefrotik
6. Gastrointestinal: mual, muntah, nyeri perut
7. Paru-paru: hipertensi pulmonal, lesi parenkim paru
8. Jantung: perikarditis, endokarditis, miokarditis
9. Retikulo-endotel: organomegali (limfadenioati, splenomegali, hepatomegali)
10. Neuropsikiatri: psikosis, kejang
Pemeriksaan laboratorium juga dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis lupus eritematosus sistemik, yaitu dengan melakukan test (Antinuclear Anti Body (ANA) atau anti ds-DNA (anti double stranded DNA).
Untuk pengobatan lupus ini meliputi edukasi konseling, rehabilitasi medik dan medikamentosa. Terapi medikamentosa berupa pemberian kortikosteroid merupakan pengobatan utama dengan dosis yang bervariasi.