Khartoum, (Analisa). Presiden terguling Sudan Omar Hassan al-Bashir, Senin (19/8), tiba di tengah pengawalan ketat di gedung pengadilan di ibu kota Khartoum, tempat ia menghadapi dakwaan korupsi, kata seorang saksi mata Reuters.
Bashir didakwa kepemilikan mata uang asing dan menerima hadiah dengan cara-cara tak resmi, kata jaksa penuntut Alaa al-Din Abdallah pada Juni lalu.
Persidangannya akan menjadi batu ujian betapa seriusnya upaya pihak berwenang untuk menghapus warisan 30 tahun otokratisnya, ditandai dengan meluasnya aksi kekerasan, kehancuran ekonomi dan pemisahan diri Sudan Selatan.
Bashir juga didakwa pada Mei atas tuduhan penghasutan dan keterlibatannya dalam pembunuhan pemrotes serta jaksa penuntut juga ingin menginterogasinya atas dugaan tindakan pencucian uang dan membiayai terorisme.
Sabtu, dewan militer berkuasa Sudan, yang mengambil alih setelah Bashir digulingkan pada April, menandatangani kesepakatan pembagian kekuasaan dengan koalisi utama oposisi, membuka jalan untuk pemerintahan transisi dan pada akhirnya menggelar pemilu.
Badan tersebut membentuk sebuah dewan kedaulatan sebagai otoritas tertinggi di negara itu, namun sebagian besar mendelegasikan kekuatan eksekutif untuk sejumlah menteri kabinet.
Dewan kedaulatan akan diambil sumpah pada Senin. Namun juru bicara untuk Dewan Militer Transisi, Letjen Shams El Din Kabbashi, mengatakan pembentukan badan berkuasa baru akan ditunda hingga 48 jam sesuai permintaan koalisi oposisi.
Koalisi - Pasukan Pembebasan dan Perubahan - telah memilih Aisha Mousha, Siddiq Tower, Mohamed Elfaki Suleiman, Hassan Sheikh Idris dan Taha Othman Ishaq sebagai utusannya di dewan, kata seorang sumber koalisi pada Minggu. (Rtr/echo)