Singapura, (Analisa). Sebagian besar mata uang Asia beringsut lebih rendah terhadap dolar AS, Selasa (20/8), tertekan oleh dolar AS yang lebih kuat di tengah ekspektasi stimulus baru dari para pembuat kebijakan di sejumlah bank sentral utama.
Para investor secara luas memproyeksikan Federal Reserve AS (Fed) akan kembali memangkas suku bunga acuannya pada September mendatang. Pasar akan fokus pada pernyataan Ketua Fed Jerome Powell pada simposium tahunan bank sentral global yang akan dimulai pada Jumat pekan ini di Jackson Hole, Wyoming.
Analis di OCBC Bank mengatakan bahwa untuk sekeranjang mata uang regional, pemulihan sentimen risiko diimbangi oleh melemahnya yuan setelah perubahan peraturan di bank sentral Tiongkok (PBoC).
Sebelumnya, peluncuran referensi tingkat pinjaman yang dilakukan oleh Tiongkok, dengan menunjukkan sedikit pemotongan suku bunga awal, tidak memiliki dampak yang cukup signifikan pada penguatan yuan.
Di antara sejumlah mata uang Asia, yuan memimpin pelemahan dengan penurunan 0,3 persen. Disusul oleh rupee dengan penurunan 0,2 persen.
Yuan melemah mencapai level terendah satu pekan meski suku bunga acuan Bank Sentral Tiongkok (PBoC) ditetapkan lebih rendah pada Selasa. Rencana reformasi tingkat bunga pinjaman tersebut telah disampaikan oleh bank sentral negara itu pekan lalu, bertujuan untuk menurunkan suku bunga kredit korporasi.
PBoC pada Sabtu mengatakan bahwa suku bunga dasar pinjaman akan menjadi tolak ukur pemberian pinjaman bagi bank-bank ketika menetapkan suku bunga kredit rumah tangga maupun korporasi, bukan suku bunga rata-rata pinjaman satu tahun yang dipatok bank sentral.
Rupee melingsir setelah India mengatakan akan membebaskan pemberi pinjaman dari persyaratan cadangan surat utang dalam upaya untuk meningkatkan ketersediaan uang untuk pinjaman.
Rupee semakin tertekan di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kemerosotan ekonomi dan aliran keluar dana asing yang berkelanjutan. Terlebih lagi, kenaikan harga minyak mentah dan dolar AS yang lebih tinggi juga turut menjadi katalis negatif bagi rupee.
Pedagang valas mengatakan investor sedang menunggu intervensi pemerintah untuk menghidupkan kembali ekonomi yang melambat. Ada harapan bahwa Pemerintah India akan kembali dengan stimulus khusus dalam waktu dekat.
Rupiah melemah terhadap dolar AS pada Selasa seiring meredanya kekhawatiran seputar resesi ekonomi AS. Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta mengatakan, dolar AS menguat di tengah kekhawatiran pasar yang memudar tentang resesi ekonomi AS. Imbal hasil (yield) obligasi AS yang cenderung meningkat menandakan bahwa resesi ekonomi di Negeri Paman Sam itu mulai mereda.
Di sisi lain, ungkap Ariston, Pemerintah AS yang sepakat untuk memperpanjang penangguhan sementara hukuman perusahaan telekomunikasi Huawei turut memengaruhi penguatan dolar. Kondisi tersebut membuat kekhawatiran mengenai politik dan ekonom antara AS dan Tiongkok di pasar keuangan mereda sehingga dolar AS kembali diminati dan memudarkan permintaan terhadap aset berisiko.
Pada awal perdagangan rupiah dibuka pada 14.230
Pada pukul 10.00 rupiah berada pada level 14.255
Di akhir perdagangan rupiah berada pada tingkat 14.255, melemah dari perdagangan sebelumnya.
Kurs terakhir berbagai mata uang Asia terhadap dolar AS, tercatat sebagai berikut:
Dolar Singapura: 1,385, stabil
Dolar Taiwan: 31,40, turun dari 31,34
Won Korea: 1208,10, naik dari 1211,50
Baht Thailand: 30,81, naik dari 30,86
Peso Pilipina: 52,32, turun dari 52,29
Rupee India: 71,58, turun dari 71,22
Ringgit Malaysia: 4,180, turun dari 4,166
Yuan Tiongkok: 7,067, turun dari 7,047
Di Tokio, yen melemah terhadap dolar AS pada Selasa di tengah ekspektasi bahwa bank-bank sentral utama akan melancarkan paket stimulus agresif baru di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global, memudarkan minat investor terhadap aset berisiko dan cenderung meningkatkan imbal hasil (yield) obligasi AS.
Yield AS mengakhiri penurunan tiga pekan pada Selasa didukung oleh prospek bahwa Jerman mengesampingkan aturan keseimbangan anggaran dalam upaya untuk meningkatkan belanja dan langkah dukungan ekonomi lebih lanjut oleh Tiongkok.
Dolar AS terakhir tercatat 106,58 yen, naik 0,5 persen dibandingkan dengan level sebelumnya.
Di London, euro beringsut lebih rendah terhadap dolar AS pada Selasa tergerus oleh imbal hasil (yield) obligasi AS yang lebih tinggi, sementara ketidakpastian politik di Italia juga mendorong mata uang tunggal ini mengalami tekanan lebih lanjut.
Gejolak politik di Italia terus berlanjut, dengan Wakil Perdana Menteri Italia Matteo Salvini menyerukan pemilihan perdana menteri lebih awal dari jadwal yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan Salvini dengan harapan bahwa dia akan unggul dalam pemilihan tersebut. Chris Turner, Kepala strategi forex di ING mengatakan, ketidakpatian pemilu di Italia saat ini diproyeksikan akan terus memberi tekanan lebih lanjut bagi euro.
Yen Jepang: 106,25, turun dari 106,64
Franc Swiss: 0,9804, turun dari 0,9814
Dolar Kanada: 1,3329, naik dari 1,3259
Sterling terhadap dolar: 1,2084, turun dari 1,2116
Euro terhadap dolar: 1,1070, turun dari 1,1099
HARGA EMAS
Di Comex New York, harga emas menguat pada pembukaan Selasa.
Kontrak Desember 2019 diperdagangkan pada level $1.514,50 per ounce, naik $0,19.
Harga spot kitco pada pukul 13.30 GMT (20.30 WIB) tercatat $1.503,10 per ounce, naik 0,54 persen.
Di London, harga emas meningkat pada Selasa dan mengakhiri penurunan pada sesi sebelumnya karena pasar menantikan pertemuan kebijakan Federal Reserve AS (Fed) dan kekhawatiran seputar pertumbuhan ekonomi global.
Julius Baer, analis di Carsten Menke mengatakan, kenaikan harga emas saat ini sekaligus mengakhiri penurunan sebelumnya akibat meningkatnya sentimen di pasar keuangan dan para pelaku pasar yang cenderung melakukan aksi ambil untung. Namun, pelemahan harga emas terbatas di tengah ekspektasi bahwa Fed akan kembali memangkas suku bunga acuannya pada September mendatang.
London, harga emas $1.506,65 per ounce, naik 0,8 persen dari penutupan sebelumnya di New York.
Harga perak tercatat $17,03 per ounce, naik 1,0 persen dari penutupan sebelumnya.
Di Singapura, harga emas stabil pada Selasa karena investor masih menantikan pertemuan kebijakan Fed yang dianggap sebagai tolak ukur langkah pelonggaran moneter.
Di Singapura, harga emas $1.497,07 per ounce, stabil dari penutupan sebelumnya di New York.
Di Tokio, kontrak benchmark Agustus 2019 mencapai 5,120 yen per gram, menguat 15 dari penutupan sebelumnya. (Rtr/AP/AFP/ant/htb)