Seoul, (Analisa). Pemerintah Korea Utara (Korut), Kamis (22/8), mengatakan ujicoba rudal jelajah jangka AS dan rencana pengerahan jet F-35 beserta peralatan militer di semenanjung Korea merupakan langkah "berbahaya" yang dapat "menciptakan perang dingin baru" di kawasan tersebut.
Kementerian Luar Negeri Korut menginformasikan bahwa Korut tetap pada pendiriannya untuk menyelesaikan semua isu melalui dialog dan perundingan, namun "dialog yang diiringi dengan ancaman militer tidak menarik bagi kami," menurut KCNA.
"Sejumlah langkah militer berbahaya dan luar biasa kini berada di cakrawala, yang akan menimbulkan perang dingin baru di semenanjung Korea dan kawasan tersebut," bunyi pernyataan itu.
Pembicaraan antara AS dan Korut belum digelar kembali sejak tertunda oleh kandasnya KTT kedua antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong Un di Hanoi pada Februari.
Trump dan Kim bertemu kembali pada Juni di perbatasan antar-Korea dan keduanya sepakat untuk membuka kembali perundingan tersebut.
Utusan AS yang memimpin pembicaraan dengan Korut, Stephen Biegun, telah berada di Seoul sejak Selasa setelah singgah sejenak di Jepang untuk membahas denuklirisasi Korut.
"Kami siap untuk terlibat segera setelah mendengar dari mitra-mitra kami di Korea Utara," kata Biegun, Rabu.
Pernyataan KCNA juga menggemakan protes berulang-ulang Korut terhadap senjata teknologi tinggi yang diimpor oleh Korea Selatan seperti jet siluman F-35, dan menyebut mereka melakukan "provokasi serius."
Pentagon pada Senin mengatakan bahwa pihaknya menguji coba rudal jelajah yang diluncurkan di darat dengan jangkauan lebih dari 500 km (310 mil), suatu uji coba pertama kali sejak AS menarik diri dari Pejanjian Kekuatan Nuklir Jangka Menengah.
Sementara itu, Rusia dan Tiongkok meminta Dewan Keamanan PBB untuk bertemu, terkait "pernyataan pejabat AS soal rencana mereka mengembangkan dan mengerahkan rudal jangka menengah.".
Moskow dan Beijing ingin menggelar pertemuan dengan dewan beranggotakan 15 negara tersebut di bawah agenda "ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional" dan telah meminta agar kepala urusan gencatan senjata PBB, Izumi Nakamitsu, memberi pengarahan singkat kepada badan tersebut.
Pentagon pada Senin mengatakan pihaknya menguji coba rudal jelajah yang dikonfigurasi secara konvensional, yang menghantam targetnya setelah terbang lebih dari 500 km, uji coba pertama rudal jenis itu sejak AS mundur dari Pakta Nuklir Jarak Menengah (INF) era Perang Dingin.
Ujicoba tersebut akan dilarang berdasarkan pakta INF, yang melarang rudal berbasis darat dengan jangkauan antara 310 hingga 3.400 mil, mengurangi kemampuan kedua negara untuk meluncurkan serangan nuklir dalam waktu singkat.
Washington secara resmi mundur dari pakta bersejarah 1987 dengan Rusia pada 2 Agustus setelah memastikan bahwa Moskow melanggar pakta tersebut, tuduhan yang dibantah oleh Kremlin.
Presiden Rusia Vladimir Putin, Rabu, mengatakan AS kini dalam posisi akan mengerahkan rudal jelajah darat baru ke Rumania dan Polandia, skenario yang dia anggap sebagai ancaman, yang harus direspons oleh Moskow.
AS mengaku tidak berencana mengerahkan rudal darat baru ke Eropa. Jurubicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Geng Shuang, pada Selasa mengatakan bahwa ujicoba tersebut memperlihatkan AS sedang memprovokasi konflik dan perlombaan senjata baru, yang akan menjadi dampak negatif yang serius bagi keamanan kawasan dan juga global. (Ant/Rtr)