Perang Dagang AS-Eropa Akan Lebih Merusak

perang-dagang-as-eropa-akan-lebih-merusak
Berenberg, (Analisa). Amerika Serikat akan mengalami lebih banyak kerugian dari perang dagang penuh dengan Uni Eropa dibandingkan konfliknya saat ini dengan Tiongkok, para ahli mengatakan kepada CNBC, Kamis (22/8).

Presiden Donald Trump terus mempertahankan retorikanya yang keras terhadap Uni Eropa meskipun berfokus pada tarif Tiongkok dalam beberapa bulan terakhir. Tetapi pemerintahannya akan memutuskan dalam bulan November apakah akan mengenakan bea pada salah satu industri paling penting di Eropa, yakni otomotif.

Sudah ada tarif pada baja dan aluminium Eropa - yang menyebabkan blok itu mengenakan bea 25% atas US$2,8 miliar produk AS pada Juni 2018, dan, ada perselisihan yang se­dang berlangsung tentang Airbus dan Boeing - tetapi para ahli percaya percek­cokan yang lebih luas dengan Eropa akan jauh lebih merusak daripada saling serang saat ini dengan Tiongkok. Para pemimpin G-7, tujuh ekonomi terbesar di dunia, akan mem­bicarakan isu perdagangan global pada pertemuan di Prancis akhir pekan ini.

“UE-AS adalah perdagangan paling penting yang sejauh ini merupakan aliran perdagangan bilateral tunggal terbesar di dunia,” Florian Hense, seorang ekonom di Berenberg, menga­takan kepada CNBC melalui email. "Menghitung ekspor dan impor barang dan jasa, perdagangan bilateral AS-UE melebihi antara AS dan Tiongkok pada 2018, lebih dari 70%," tambah­nya.

Data dari Kantor Perwakilan Perdagangan AS menunjukkan bahwa pada 2018, AS mengimpor US$683,9 miliar barang UE dan US$557,9 miliar dari Tiongkok. Namun, dalam ekspor AS, ini mencapai US$574,5 miliar ke Eropa dan hanya US$179,2 miliar ke Tiongkok. Angka-angka ini termasuk barang dan jasa.

"Pada tahun 2018, AS mengekspor lebih dari tiga kali lebih banyak ke UE daripada ke Tiongkok," kata Hense, seraya menambahkan bahwa wilayah itu karenanya dapat menyerang balik dengan keras terhadap Washington. Untuk bagiannya, kepala perdagangan Uni Eropa Cecilia Malmstrom menga­takan, mereka lebih suka tidak berada dalam posisi memperkenalkan pungu­tan, tetapi akan melakukannya jika AS menyerang terlebih dahulu.

"Aturan perdagangan internasional, yang telah kami kembangkan selama bertahun-tahun bersama dengan mitra Amerika kami, tidak dapat dilanggar tanpa reaksi dari pihak kami," katanya pada Juni 2018. Sejak itu, setiap kali AS mengancam untuk memaksakan pungutan lebih lanjut, Brussels telah menyusun daftar barang yang berbeda untuk menunjukkan bagaimana hal itu dapat memukul balik terhadap Gedung Putih.

Lebih jauh lagi, AS dan Eropa tidak akan sanggup melakukan perang dagang pada tahap ini. "Sementara perang perdagangan AS-Tiongkok sekarang mulai memiliki efek pada kesehatan ekonomi yang lebih luas, dan telah memakan waktu cukup lama, beberapa efeknya diimbangi oleh iklim ekonomi yang melunak," Fredrik Erixon, direktur think tank ECIPE, mengatakan kepada CNBC. “Bukan itu masalahnya jika ada kenaikan serius dalam tarif antara AS dan UE di musim gugur, ekonomi keduanya akan melam­bat, dan efek siklus dari tarif kemungkinan akan cukup kuat,” tambahnya.

Stimulus

Data yang keluar akhir Juli menun­jukkan zona euro - wilayah 19 negara anggota yang berbagi euro - tumbuh hanya 0,2% pada kuartal kedua, turun dari 0,4% pada kuartal pertama tahun ini. Akibatnya, Bank Sentral Eropa (ECB), yang mengawasi kebijakan moneter di kawasan itu, akan mengu­mumkan stimulus lebih lanjut setelah musim panas.

Di AS, ekonomi tumbuh pada tingkat tahunan 2,1% pada kuartal kedua tahun ini - 1 persen poin lebih rendah dari kuartal sebelumnya - dan Federal Reserve (Fed) AS mengu­mumkan bulan Juli penurunan suku bunga pertama dalam lebih dari satu dekade. Berbicara di Senat AS pada pertengahan Juli, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa "arus lintas, seperti ketegangan perdagangan dan kekhawatiran tentang pertumbuhan global, telah membebani aktivitas ekonomi dan prospek. ”

Erik Jones, profesor ekonomi politik internasional di Universitas Johns Hopkins, menjelaskan bahwa model bisnis perusahaan multinasional dalam bahaya sebagai akibat dari potensi perang perdagangan AS-Uni Eropa.

“Sebagian besar perdagangan (UE-AS) terjadi di dalam perusahaan dari­pada di antara mereka… (sebagai hasil­nya) ketika Anda mengenakan tarif antara AS dan Eropa, Anda akhirnya menaikkan harga untuk konsumen dan mempersulit cara barang-barang dikumpulkan di kedua tempat, seperti dalam kasus AS-Tiongkok, tetapi Anda juga akhirnya mengganggu profita­bilitas model bisnis untuk perusahaan multinasional besar," katanya. "Karena banyak, jika tidak sebagian besar perusahaan multinasional besar itu adalah orang Amerika, ini akan membawa hambatan lebih lanjut pada ekonomi A.S.," tambahnya.

Menurut kantor statistik Eropa, barang-barang utama AS yang dieks­por ke Eropa pada 2018 adalah mesin dan motor, pesawat terbang dan peralatan terkait, serta produk obat-obatan dan farmasi. Dalam hal barang-barang impor, AS membeli sebagian besar mobil dari UE serta barang-barang farmasi dan medis.

“Perang perdagangan antara AS dan Eropa akan lebih menantang daripada perang dagang antara AS dan Tiongkok karena akan melemahkan perusahaan multinasional AS, mengurangi ukuran pasar yang dapat diakses oleh perusa­haan AS, dan menciptakan insentif bagi perusahaan AS untuk melakukan divestasi dari aset asing perusahaan mereka, dan dengan demikian melepas­kan persaingan asing lebih lanjut,” kata Jones dalam emailnya.

"Dengan kata lain, itu akan mem­batalkan semua keuntungan struktural yang dibuat berturut-turut oleh peme­rintah AS sejak akhir Perang Dunia Kedua," tambahnya. (CNBC/sy.a)

()

Baca Juga

Rekomendasi